Di antara berbagai isu itu, sengketa klaim Laut China Selatan diyakini menjadi salah satu agenda pembicaraan terpenting pada beberapa KTT. Sebagai salah satu negara anggota ASEAN, peran dan pengaruh Brunei relatif kurang menonjol. Sejak bergabung, Brunei cenderung mengambil sikap sebagai follower ketimbang leader.
Bahkan terkait sengketa klaim Laut China Selatan (LCS), sebagai salah satu negara pengklaim, negara ini justru kurang menunjukkan posisi dan sikap politik yang jelas dan tegas. Karena itu, sikap Brunei yang selama ini kurang jelas telah mendorong Amerika Serikat (AS), China, dan Indonesia, untuk menegaskan posisi Brunei dalam konflik klaim perairan tersebut.
Sebelum pandemi menyebar ke berbagai negara, KTT ASEAN juga meliputi beberapa rangkaian pertemuan. Pertemuan ASEAN itu mulai dari tingkat pejabat senior (senior official meeting/SOM), antar-menteri (ASEAN ministrial meeting/ AMM), hingga pertemuan puncak antar-kepala negara/pemerintahan (konferensi tingkat tinggi/KTT atau summit). Di masa pandemi ini, serangkaian pertemuan itu diadakan secara virtual melalui video conferencing.
Pada KTT mendatang, Brunei –-seperti negara-negara lain yang menjadi ketua-– akan memperlihatkan kemampuan kerja sama untuk menghasilkan kesepakatan atau komunike mengenai agenda utama dan hasil konferensi. Persetujuan bersama ini biasanya menjadi kerangka dasar kerja sama masa selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H