Inisiatif Indonesia menggunakan mekanisme ASEAN bahkan menghasilkan pertemuan segitiga Menteri Luar Negeri (Menlu) dari Indonesia, Thailand, dan Myanmar. Bahkan diplomasi Indonesia dapat mempertemukan para Menlu se-ASEAN.
Kemampuan bertahan
Kenyataan itu menjadi sangat menarik berkaitan dengan kemampuan ASEAN menghadapi berbagai tantangan besar dan tidak terduga selama ini. Kenyataan bahwa ASEAN masih tegak berdiri dan bertahan dari tantangan eksternal menjadi bukti dari kemampuan ASEAN untuk tetap bertahan dan menemukan relevansinya.
Dalam catatan saya, setidaknya ada tiga persoalan besar yang membuktikan kekuatan ASEAN bertahan sebagai organisasi regional hingga kini, yaitu selesainya perang dingin, krisis ekonomi Asia 1997-1998, dan pandemi Covid-19.
Pertama, selesainya Perang Dingin telah memaksa ASEAN untuk meninjau ulang eksistensinya. ASEAN dibentuk untuk alasan pertahanan keamanan kawasan Asia Tenggara dari pengaruh komunisme-sosialisme global Uni Soviet (US) dan, sebaliknya, berada dalam perlindungan hegemoni kapitalis-liberal global Amerika Serikat (AS). Ketika US bubar dan tidak ada lagi persaingan AS-US, ASEAN dipaksa lebih mandiri dari AS dan meninjau ulang keberadaannya di Asia Tenggara.
Salah satu upaya meninjau ulang itu adalah mengubah fokus perhatian lebih pada isu-isu sosial-budaya, ekonomi yang non-politik dan non-pertahanan-keamanan. Dalam konteks hubungan internasional, ASEAN mulai melihat isu-isu low politics yang diabaikan selama masa perang dingin.
Kedua, krisis ekonomi Asia 1997-1998. Banyak kritik mengenai ketidakmampuan ASEAN membantu negara-negara anggotanya yang terkena krisis itu. Walaupun ada usulan membentuk ASEAN Monetary Fund, namun tetap tidak banyak yang ASEAN bisa lakukan.
Meskipun begitu, ASEAN nyatanya tetap diperlukan negara-negara di kawasan ini di luar isu-isu ekonomi. ASEAN pun lolos dan mampu bertahan dari krisis ekonomi Asia 1997.
Persoalan ketiga adalah pandemi Covid-19. Sejak awal virus Corona menyebar di kawasan ini, ASEAN memang tampak tergagap merespon. Seperti kedua persoalan sebelumnya, ASEAN tidak dapat berbuat banyak. Apalagi negara-negara anggota ASEAN terlalu sibuk dengan dirinya sendiri dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Tantangan Brunei
Kemampuan Brunei mendefinisikan posisi di antara berbagai kekuatan global dan regional (termasuk ASEAN) akan menentukan perilaku diplomasi sebagai ketua tahun ini. Kegagalan Kamboja menghasilkan komunike bersama di antara negara-negara ASEAN (Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam) atas Laut China Selatan  merupakan realitas politik regional yang tidak ingin diulang oleh Brunei dan negara-negara anggota lain.