Ini adalah Diary kuliah hari ke-4
Pagi ini tumben cuaca cerah. Sinar matahari sudah mulai panas sejak jam 7an tadi. Kelihatannya hari ini bakal panas, tapi siapa tahu jam 15an sore nanti hujan. Sudah hampir seminggu ini, hujan menjadi rutin di sore hari. Walaupun daerah sekitar tidak banjir, kewaspadan terhadap banjir memang tetap harus ada.
Diary kuliah hari ini membahas banjir sebagai tema pilihan blog competition. Agar bahasan agak berbeda dari tulisan-tulisan lain, saya membahasnya dari aspek kearifan lokal dalam pencegahan banjir. Harapannya adalah kearifan lokal tetap dapat dirawat, dipertahankan, dan dilestarikan sebagai bagian dari partisipasi masyarakat dalam pencegahan bencana, termasuk banjir.
Lokalitas
ManuÂsia memiliki cara terÂsendiri yang unik dan berbeda-beda untuk mencegah sebuah masalah terjadi, termasuk  bencana banjir. Cara-cara tradisioÂnal atau lokal untuk mencegah bencana (mitiÂgasi bencana) secara tidak langsung diwarisÂkan turun-temurun ke anak-cucu. Selanjutnya, cara-cara itu berkembang menÂjadi kebiasaan lokal atau setempat, yang dikenal dengan 'keÂarifÂan lokal'.
Yang menarik adalah cara atau strategi penanggulangan bencana tidak lagi hanya berkaitan dengan pembangunan fisik. Keperluan untuk mendorong partisipasi masyarakat telah menunjukkan bahwa penanggulangan bencana banjir telah merambah kepada aspek-aspek sosial.
Ada urgensi untuk memasukkan atau melibatkan persepsi individu atau masyarakat tertentu dalam strategi penanggulangan bencana banjir. Bencana bukan lagi dianggap sebagai bahaya yang menempatkannya sebagai sesuatu yang mustahil untuk dikelola. Akan tetapi, bagaimana kemudian  menempatkan unsur keselamatan (safety) dalam kearifan lokal mengenai penanggulangan bencana.
Kearifan lokal merupakan pengetahuan dan praktek mengenai sesuatu hal yang berasal dari suatu daerah (lokal, setempat). Sesuatu hal itu dapat berupa cara-cara lokal dalam mencegah banjir. Lokalitas dalam pencegahan banjir ini sangat menarik mengingat hal ini dapat membantu kita mengetahui sejauh mana masyarakat terpengaruh oleh cara-cara modern dalam mencegah banjir. Pengaruh itu dikawatirkan mengurangi atau menghilangkan/mengganti kearifan lokal.
Namun demikian, era global ternyata memungkinkan segala sesuatu dari sebuah daerah terpencil di negara lain dipraktekkan di daerah lain di negara berbeda. Globalisasi memungkinkan praktek dan pengetahuan lokal ditransfer ke daerah lain. Strategi atau cara yang telah berhasil di sebuah tempat diberi peluang dipraktekkan di daerah lain dalam bingkai 'lesson learned'.
Bukan nasionalisme atau identitas nasional yang dipakai sebagai tolok ukur untuk menerima atau menolak sesuatu. Kedua hal itu perlahan tidak berlaku lagi. Faktor fungsionalitas yang lebih dipertimbangkan. Sejauh mana sesuatu itu (pengetahuan atau praktek) bisa berfungsi dan memberi manfaat lebih besar menjadi pedoman di sebuah masyarakat untuk menerima atau menolaknya.
Masalah
Perkembangan ini menyebabkan lokalitas yang telah berakar lama di sebuah daerah berpotensi dipengaruhi oleh lokalitas lain yang berasal dari tempat lain. Padahal struktur sosial, ekonomi, budaya, dan politik yang berbeda yang seharusnya dipertimbangkan. Akibatnya, kearifan lokal harus dipertaruhkan dan kadangkala harus dikalahkan demi strategi lain yang baru dan terbukti berhasil.
Dalam konteks ini, globalisasi telah menjelma menjadi desa global (global village). Dunia tidak lagi dibatasi oleh wilayah-wilayah negara. Sebaliknya batas-batas negara akan berangsur hilang, sehingga dunia menjadi satu desa, yaitu desa global.
Apalagi bagi sebagian masyarakat, kearifan lokal sudah diangÂgap tidak relevan lagi. Dianggap kuno, ketinggalan zaman dan dianggap sekadar mitos beÂlaka. Kearifan lokal menjadi terpinggirkan atau hilang di tempat asalnya sendiri. Akibatnya, masyarakat seakan lupa dengan kebiasaan setempat yang sebenarnya berakar pada budaya setempat.
Contoh Kearifan Lokal
Berbagai daerah di Indonesia memiliki kearifan lokal yang berbeda untuk mencegah atau mewaspadai bencana banjir. Pemanfaatan kearifan lokal di masing-masing daerah diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan mengurangi risiko bencana.Â
Di Jawa Tengah, misalnya, kearifan lokal mengenai tanda-tanda banjir bisa diketahui melalui beberapa cara, yaitu merasakan udara yang lebih dingin dibandingkan biasanya, debit air meningkat dan berwarna keruh, hujan deras dalam durasi yang cukup lama.Â
Selain itu, kearifan lokal juga bisa dalam bentuk ilmu titen mengenai kemungkinan bencana. Ilmu ini mungkin semacam early warning system yang sudah terbukti sangat membantu mengurangi dampak dari banjir. Contoh lain adalah penggunaan kentongan sebagai sistem peringatan dini. Di desa-desa, dulu kentongan merupakan alat komunikasi tradisional yang efektif. Jumlah ketukan pada kentongan dapat menjadi kode untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu sesuai kesepakatan masyarakat setempat. Kentongan juga bisa menjadi alat sederhana untuk merawat semangat gotong royong atau solidaritas sosial di antara warga masyarakat.
Di beberapa tempat lainnya, kearifan lokal dalam menÂcegah bencana dapat berbentuk syair dan nyayian yang berisi berbagai naÂsehat dari para leluhur atau pendahulu di masyarakat itu. Isi syair atau nyanyian itu adalah mengingatkan agar selalu mempersiapkan diri terjadinya bencana, seperti tsunami, gempa, dan banjir.
Hampir tiap masyarakat memiliki cara unik dan khas untuk mencegah bencana (mitigasi bencana).
Selain Kearifan Lokal
Selain berbagai kearifan lokal itu, pencegahan bencana banjir juga mengandalkan cara-cara umum berbasis pada aturan main bersama yang didukung oleh negara (top-down). Pemerintah mewujudkannya melalui berbagai kebijakan dan lembaga negara, dari tingkat pemerintah pusat hingga daerah. Peran negara dalam penanggulangan bencana dilakukan melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) beserta struktur di bawahnya (Badan Penanggulangan Bencara Daerah/BPBD) yang juga melibatkan kelompok-kelompok masyarakat.
Upaya-upaya pencegahan bencana banjir juga dilakukan dengan cara belajar dari pengalaman negara-negara lain. Beberapa pemerintah daerah melakukan studi banding ke luar negeri untuk belajar secara langsung mengenai mitigasi bencana banjir. Sejumlah kota di dunia sudah banyak yang mengalami permasalahan banjir seperti Jakarta saat ini. Kota-kota yang berhasil mengatasi banjir tentu patut dicontoh dan dipelajari, seperti Curitiba (Brasil), Kuala Lumpur (Malaysia), Tokyo (Jepang), Roterdam (Bekanda), dan Bangkok (Thailand).
Tantangan
Pertama, kearifan lokal biasanya melibatkan partisipasi semua anggota masyarakat sebagai aktor utama dalam mitigasi banjir. Selain itu, masyarakat juga diajak untuk menjaga nilai-nilai kearifan lokal, dimulai dari kesadaran individu dan bersama-sama mencegah datangnya bencaÂna banjir. Kesiapsiagaan terhadap bencana dimulai dari saya dan anda atau kita semua tanpa terkecuali. Partisipasi semua warga masyarakat menjadi bagian terpenting dari semagat gotong royong.
Kedua, Peran masyarakat tidak hanya terbatas pada kegiatan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi paska-bencana. Namun, perannya termasuk dalam kesiapsiagaan sebelum bencana banjir terjadi
Ketiga, kearifan lokal perlu dilestarikan dan diajarÂkan di sekolah-sekolah. Jika perlu sosialisasi kearifan lokal dimasukkan ke dalam kurikulum atau mata pelajaran muatan lokal.
Keempat, strategi atau cara yang mana yang cocok akan tergantung pada banyak pertimbangan. Harapannya adalah bahwa cara-cara umum dan hasil studi banding itu bersifat alternatif dan melengkapi, bukannya mengurangi atau, bahkan, menghilangkan posisi kearifan lokal dalam penanggulangan bencana banjir. Kearifan lokal diharapkan tetap menjadi pilihan pertama karena praktik itu memang sudah lama dijalankan masyarakat setempat.
Dengan cara berpikir ini, kita bisa tetap merawat dan mewariskan pengetahuan dan praktek kearifan lokal dalam penanggulangan banjir kepada generasi selanjutnya. Mereka pun tetap bisa melestarikannya, tanpa khawatir atas resiko tercerabut dari akar lokal. Globalisasi tetap berjalan tanpa mengusik peran penting kearifan lokal dalam mencegah atau mitigasi bencana banjir.
Sekian dulu diary atau catatan kuliah hari ini ya. Terimakasih.
Sumber: 1
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI