Masa Kecilku
Setiap kulalui
Jengkal demi jengkal
Terlihatlah semburat peristiwa
Walau kini telah  berbeda
Sungai yang dulu asri
Udara yang dahulu menyejukkan
Kawan yang dulu lekat
Desa yang dulu damai
Riuh canda riang
Anak-anak kecil bermain
Muda dan mudi turut serta
Setiap sore
Tak ada yang mengurung diri
Tua, muda, dan anak
Menikmati senja berganti
Menunggu Adzan Magrib berkumandang
Lalu ke surau
Begitulah saat itu
Sebelum air bah menerjang
Kukira hanya sampai saat itu
Ternyata aku salah
Rintik yang dulu ramah
Berubah menjadi bah
Meluluhlantakkan
Desaku tercinta
Kini, walau tak seindah dulu
Keramahtamahan desaku
Slalu terukir di sanubari
Lewat memori yang terlintas
Dalam setiap jengkal itu
Kini, jika ku sambangi
Kampung halamanku
Seiring lantunan adzan
Yang tak asing di telingaku
Begitu menyayat
Ada rindu
Ada pilu
Desaku kini tak seindah dulu
Namun kau selalu di sanubariku
Kau adalah tumpah darahku
Ada rasa yang tetap mekar
Dalam lubuk hati
Surau-surau sebagai napak tilas
Kini makmur dan gagah
Di tengah genting-genting yang tergerus bah dan cerita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H