Mohon tunggu...
Lucy Yolanda
Lucy Yolanda Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Baleendah

Lukislah harimu dengan tulisan yang bermakna :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan: Tertindas atau Menjadi Agen Perubahan

25 Oktober 2022   23:08 Diperbarui: 25 Oktober 2022   23:37 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PEREMPUAN: Tertindas atau Menjadi Agen Perubahan (Oleh: Lucy Yolanda, Oktober 2022)

Berbicara soal perempuan memang tak akan ada habisnya. Bagaikan dua sisi pada sebuah koin mata uang yang tak dapat dipisahkan. Perempuan sering kali dicap kaum yang lemah ("Sudah kodrat perempuan itu lemah, jangan sekolah tingi-tinggi ujungnya ke dapur").

 Pernyataan itu sangat keliru. Perempuan tak kalah hebat. Tak sedikit prestasi membanggakan yang banyak ditorehkan perempuan. Allah SWT bahkan mengapresiasi kaum perempuan (Ibu) dengan 'meletakkan' surga di telapak kaki kita.

 Sungguh predikat yang sangat luar biasa, tiada yang lebih besar dari Surga, bukan? Pun menurut ilmu psikologi, otak perempuan memiliki kemampuan multitasking, yaitu kemampuan mengerjakan lebih dari satu aktivitas dalam satu waktu. Itu adalah beberapa kelebihan perempuan.

Tentu kita tidak mengesampingkan peran laki-laki, perempuan sangat memerlukan peran laki-laki dalam hal tertentu, misalnya karena fisik lebih kuat dari perempuan ada beberapa pekerjaan yang memang harus dikerjakan oleh ketrampilan tangan laki-laki. Laki-laki adalah pemimpin, kita sangat memerlukan peran pemimpin.

 Dalam segala aspek kehidupan ini, banyak hal yang pandai dilakukan oleh perempuan. Mulai dari urusan domestik, mendidik hingga mengurus anak, managemen, bahkan bidang/tatanan pemerintahan pun tak lepas dari peran perempuan di dalamnya. 

Apakah kita tidak ingat, banyak pahlawan wanita Indonesia yang ikut memperjuangkan kemerdekaan. Kemerdekaan yang telah kita rasakan saat ini, tak lepas dari peran para patriot wanita. Di antara mereka ada yang menjadi pemimpin musyawarah kemerdekaan dan ada pula yang ikut bergerilya melawan kolonial. 

Betapa gagah beraninya mereka. Hal itu merupakan perwujudan semangat Ketuhanan dan Patriotisme yang terpatri. Mereka adalah bunga-bunga bangsa yang mulia dan suci yang harus kita teladani.

Dalam tulisan ini, saya ingin mengkritisi isu yang sedang trending dibicarakan, mengenai seorang perempuan publik figur Indonesia yang sedang  menjadi buah bibir di berbagai kalangan serta linimasa. Sangat 'menggelitik' dan terusik dengan permasalahan ini. 

Selain popular, pasangan ini adalah generasi milenial, sehingga masyarakat tak asing dan menyenangi mereka. Sementara di negara lain sedang sibuk membuat tatanan dunia baru dengan penerapan teknologi digitalisasi di segala aspek, bagaimana hidup di Mars, aplikasi teknologi robot dalam kehidupan, dan lain sebagainya. Kita di sini masih sibuk dengan mengkritik kasus KDRT tersebut.

Mulai dari publik figur, ketua komnas HAM, bahkan pelajar pun mengetahui hal ini. Para fans fanatiknya berubah haluan karena kekecewaan kepada sang idola yang tak bisa menjadi teladan dan penyampai aspirasi. Hal yang sangat disesalkan karena sang biduan terkesan mengalah terhadap tindakan KDRT yang dilakukan suaminya itu. 

Rayuan dan bujukan telah meluluhkan hatinya sehingga mencabut kembali laporan penahanan. Hal tersebut mencerminkan ketidakmatangan emosional dan pengetahuan. Memang luar biasa perasaan perempuan. Rasa cinta/perasaan mampu meluluhkan segalanya walau harus menderita kemudian.

Namun, kisah tersebut tak perlu kita contoh. Sebagai masyarakat yang cerdas, kita harus bisa menyaring berbagai informasi di era ini (era digital). Jangan mau menjadi objek pembodohan publik. Anak-anak dan masyarakat zaman sekarang walaupun telah 'terdidik' oleh konten-konten/aplikasi pada gawai. 

Norma, pendidikan moral dan agama tetap harus mereka miliki. Kita semua sudah mengetahuinya. Masa depan pertiwi tercinta ada di tangan kita, perempuan memegang peran utama dalam pembangunan nasional.  

Berdasarkan kasus di atas, membuat saya ikut menelisik mengenai KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Ternyata di Indonesia, bahkan organisasi-organisasi dunia ikut campur dalam permasalahan ini.  KDRT sering dikaitkan dengan perempuan dan anak.

 Kita tak perlu takut. Karena korban dilindungi oleh negara dan banyak lembaga yang menaungi, baik dari pemerintah maupun swasta. Jadi, apabila kita mendapatkan perlakuan kekerasan baik fisik maupun psikis segeralah meminta tolong, berbicara, melapor kepada yang berwajib, teman atau sanak keluarga. 

Kelemahan kita salah satunya adalah rasa segan atau malu untuk berbicara dan bercerita karena takut dan lain sebagainya. Padahal itu adalah hal yang salah dan dapat mengancam nyawa kita.

Di sini saya akan mengajak para perempuan untuk mengubah pola pikir dan memperbaharui kembali semangat yang dimiliki para kartini Indonesia pada masa kemerdekaan. 

Sebagai muslim kita pun bisa mengambil contoh/suri tauladan wanita-wanita Islam zaman Nabi Muhammad SAW atau Khalifah seperti Siti Khadijah, Siti Hajar, Siti Maryam, Aisyah, 'Asiyah, Fatimah, Robiatul Adawiyah, maupun para kartini masa kini di Indonesia. 

Agar senantiasa menjadi contoh dan penyemangat yang senantiasa terpatri dan melandasi segala aspek kehidupan kita. Mengiringi aktivitas dan apapun yang menjadi pekerjaan kita saat ini.

Saya paham peran perempuan lebih berat dibandingkan lelaki, karena saya pun seorang ibu rumah tangga merangkap menjadi wanita karier. Tapi ini patut kita syukuri, sebagai anugerah dan keistimewaan dari Allah SWT. Maka dari itu, fisik, mental dan pikir haruslah kita bina, dengan cara senantiasa kita beri 'asupan' pengetahuan maupun skill. 

Bahkan kita seimbangkan dengan hiburan yang kita sukai. Itu bisa menjadi 'pelarian' kita saat lelah, penat, atau stress menghinggapi. Sehingga kita menjadi wanita kuat secara mental, materi, mandiri, berdikari, membuat kita percaya diri dan berani menyongsong masa depan gemilang. Karena jika kita lemah akan membuat kaum lelaki dengan mudah merendahkan dan memperdaya kita (perempuan).

Menurut survey KemenPPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) pada awal tahun 2022 (Januari--Februari) terjadi 1500 kasus KDRT atau dialami 80% perempuan Indonesia. Dan data tersebut sampai bulan Oktober masih bertambah. Ini menunjukkan kaum perempuan membutuhkan perhatian atau pendampingan khusus supaya tidak banyak menjadi korban.

Marilah para kartini masa kini, bersama-sama pasti kita bisa menjalaninya. Kita lihat ke depan. Tentulah kita ingin yang terbaik untuk masa depan anak-anak dan bangsa kita. Kita bangkitkan 'ruh dan jiwa kita. Tanam kembali semboyan hidup kita.

 Jangan lupa iringi dengan nilai spiritual (Ilahiah), semangat menebar manfaat, jiwa pejuang dan inovatif. Berjalanlah beriringan dengan semangat kebhinekaan. Karena untuk memajukan negeri bukan soal gender (lelaki atau perempuan), tapi kebersamaan, semangat perubahan, dan tujuan yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun