Mohon tunggu...
Lucy Yolanda
Lucy Yolanda Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Baleendah

Lukislah harimu dengan tulisan yang bermakna :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan: Tertindas atau Menjadi Agen Perubahan

25 Oktober 2022   23:08 Diperbarui: 25 Oktober 2022   23:37 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Rayuan dan bujukan telah meluluhkan hatinya sehingga mencabut kembali laporan penahanan. Hal tersebut mencerminkan ketidakmatangan emosional dan pengetahuan. Memang luar biasa perasaan perempuan. Rasa cinta/perasaan mampu meluluhkan segalanya walau harus menderita kemudian.

Namun, kisah tersebut tak perlu kita contoh. Sebagai masyarakat yang cerdas, kita harus bisa menyaring berbagai informasi di era ini (era digital). Jangan mau menjadi objek pembodohan publik. Anak-anak dan masyarakat zaman sekarang walaupun telah 'terdidik' oleh konten-konten/aplikasi pada gawai. 

Norma, pendidikan moral dan agama tetap harus mereka miliki. Kita semua sudah mengetahuinya. Masa depan pertiwi tercinta ada di tangan kita, perempuan memegang peran utama dalam pembangunan nasional.  

Berdasarkan kasus di atas, membuat saya ikut menelisik mengenai KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Ternyata di Indonesia, bahkan organisasi-organisasi dunia ikut campur dalam permasalahan ini.  KDRT sering dikaitkan dengan perempuan dan anak.

 Kita tak perlu takut. Karena korban dilindungi oleh negara dan banyak lembaga yang menaungi, baik dari pemerintah maupun swasta. Jadi, apabila kita mendapatkan perlakuan kekerasan baik fisik maupun psikis segeralah meminta tolong, berbicara, melapor kepada yang berwajib, teman atau sanak keluarga. 

Kelemahan kita salah satunya adalah rasa segan atau malu untuk berbicara dan bercerita karena takut dan lain sebagainya. Padahal itu adalah hal yang salah dan dapat mengancam nyawa kita.

Di sini saya akan mengajak para perempuan untuk mengubah pola pikir dan memperbaharui kembali semangat yang dimiliki para kartini Indonesia pada masa kemerdekaan. 

Sebagai muslim kita pun bisa mengambil contoh/suri tauladan wanita-wanita Islam zaman Nabi Muhammad SAW atau Khalifah seperti Siti Khadijah, Siti Hajar, Siti Maryam, Aisyah, 'Asiyah, Fatimah, Robiatul Adawiyah, maupun para kartini masa kini di Indonesia. 

Agar senantiasa menjadi contoh dan penyemangat yang senantiasa terpatri dan melandasi segala aspek kehidupan kita. Mengiringi aktivitas dan apapun yang menjadi pekerjaan kita saat ini.

Saya paham peran perempuan lebih berat dibandingkan lelaki, karena saya pun seorang ibu rumah tangga merangkap menjadi wanita karier. Tapi ini patut kita syukuri, sebagai anugerah dan keistimewaan dari Allah SWT. Maka dari itu, fisik, mental dan pikir haruslah kita bina, dengan cara senantiasa kita beri 'asupan' pengetahuan maupun skill. 

Bahkan kita seimbangkan dengan hiburan yang kita sukai. Itu bisa menjadi 'pelarian' kita saat lelah, penat, atau stress menghinggapi. Sehingga kita menjadi wanita kuat secara mental, materi, mandiri, berdikari, membuat kita percaya diri dan berani menyongsong masa depan gemilang. Karena jika kita lemah akan membuat kaum lelaki dengan mudah merendahkan dan memperdaya kita (perempuan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun