“Berapa usia kakek?”
“10 tahun”
“Ha? 10 tahun? Kalau saya lihat dari wajah kakek, paling kurang usia kakek 70 tahun.”
“Memang kalau dilihat usia dari saya lahir sampai sekarang adalah 70 tahun, tapi 20 tahun pertama ketika banyak orang menghabiskan waktunya untuk belajar saya hanya main-main yang tidak jelas. 20 tahun kedua disaat orang lain sibuk berkarir saya tidak bekerja karena orang tua saya kaya sampai tujuh turunan. 20 tahun ketiga ketika orang sibuk dengan persiapan di hari tua maka saya sibuk plesiran dari satu tempat ke tempat lain. Pada usia saya yang ke-61 barulah saya sadar bahwa saya tidak punya apa-apa dan baru mulai sekolah. Oleh karena itu saya baru memanfaatkan umur 10 tahun saya ini.”
Pelajaran dari kisah di atas adalah jangan sampai kita menyesal atas umur yang telah kita sia-siakan. Jangan sampai kita kuliah, sekolah ataupun bekerja tetapi hanya bermain-main dan tidak berbekas sesuatu apapun. Ingat, hidup itu sekali dan harus berarti.
Sejenak kita ingat kembali Olimpiade Barcelona tahun 1992. Ada dua peristiwa penting yang perlu kita catat :
1. Peristiwa peraihan medali emas yang pertama bagi bangsa Indonesia yang disabet oleh Alan Budi Kusuma dan Susi Susanti. Mereka menikah dan menjadikan medali emas itu sebagai kado pernikahan mereka.
2. Peristiwa yang kedua ini yang perlu digarisbawahi lebih tebal, yaitu peristiwa yang terjadi pada pelari USA, Derek Redmond. Waktu itu Derek digadang-gadangkan akan menjadi juara pada kejuaraan lomba lari tersebut. Pertama-tama Derek melaju paling depan dan memimpin jalannya lomba lari tersebut. Namun ketika berjalan 150 meter dirinya kesakitan karena cedera hamstring. Apa yang dia lakukan? Dia tidak berhenti meskipun kesakitan yang luar biasa. Dirinya terus berlari, tiba-tiba datang seorang laki-laki mendekatinya.
Lelaki itu adalah ayahnya. Ayahnya berkata lebih kurang seperti ini “Sudahlah nak, tidak usah dilanjutkan.” Namun Derek tetap bersikukuh melanjutkan lomba lari itu dengan pincang. Akhirnya sang ayah menemani anaknya untuk melaju ke garis finish. Menjelang garis finish ayahnya membiarkan Derek melaju mengakhiri pertandingan. Maka riuh standing applause datang dari penonton kepada Derek.
Ketika saya, Anda, dan kita semua ingin menjadi seorang pemenang untuk sekarang dan nanti maka jadikanlah hidup kita berarti. Contohnya adalah ketika orang menyebut lampu pijar, siapa refer yang dituju? Ya, Thomas Alva Edison. Maka sudahkah ketika orang menyebut sesuatu apakah itu benda atau yang lainnya maka seketika itu refernya adalah diri kita hingga nanti ketika kita sudah menyatu dengan tanah lagi? Itulah salah satu tanda bahwa kita memang berarti bagi banyak orang. Hadirnya membawa manfaat dan tidak adanya kita justru akan dirindukan kehadirannya oleh orang banyak.
Selanjutnya setelah berarti maka jangan menyerah dan terus mencoba. Seorang Derek Redmond yang terus berlari ditengah rasa sakit yang melanda, maka bagi saya tetaplah ia seorang pemenang. Walaupun dirinya tidak menjadi yang tercepat pada lomba tersebut, namun dia tetap menyelesaikan lomba walaupun dilanda rasa sakit yang luar biasa hebat. Orang tetap akan mengakui bahwa dialah sang juara sejati.