Mohon tunggu...
Lucia Indrasworo Palupi
Lucia Indrasworo Palupi Mohon Tunggu... Auditor - Karyawan Swasta Manufacturing, Time Traveller, Menuangkan isi hati dan imajinasi ke dalam tulisan

'hari ini harus lebih baik dari kemarin'

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

You Are My DNA, Mom!

25 September 2023   13:10 Diperbarui: 25 September 2023   13:19 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ingat lima perkara, sebelum lima perkara (dok. pribadi)

***

"Wake up, Mom !" Teriak Inge berulang-ulang sambil mengguncangkan badan mamanya yang terjatuh tiba-tiba, sambil menangis tanpa henti. Pikiran mendadak buntu harus berbuat apa. Karena di rumah hanya mereka berdua dan seorang asisten rumah tangga yang tidak full sehari bekerja untuk mereka. Hanya satu orang yang bisa Inge hubungi disaat genting seperti ini. Minimal bisa membuat hati dan pikirannya tidak buntu. 

"Yes, sweetheart are you there..." Jawab suara diseberang ponsel, ketika Inge menghubungi dengan kode negara +41

"Ya, daddy...Mama tiba-tiba jatuh dikamar sebelum berangkat ke kantor pagi ini..." Ujar inge disela isak tangisnya

"Tenang Inge...Everything will be fine..."Suara diseberang ponsel yang ternyata ayahnya "You call ambulance RS terdekat segera, atau kalau Inge sanggup bawa sendiri, minta tolong Bibi ijah temeni Ok ?" Lanjut ayahnya menenangkan Inge

Inge mengangguk dan langsung berlari ke teras rumahnya memastikan apakah si Bibi Ijah sudah datang. Kebetulan si Bibi Ijah sedang menutup pagar halaman rumah Inge sambil sedikit tergesa-gesa, karena Inge telah mengirimkan WA agar dia datang lebih pagi karena mamanya sakit.

"Bibi...buruan..." Tangan Bibi Ijah langsung ditarik Inge menuju kamar mamanya

"Sabar non...Bibi ambil jahe dulu ya buat bikin minuman." Ujar Bibi Ijah "Siapa tau si Ibu masuk angin kadaluarsa."

"Gimana mau dikasih minum Bik...mama pingsan dan gak bangun-bangun dari tadi, kita harus bawa ke RS sekarang." Jawab Inge

"E...eee...iya..iya...yukkk non." Bibi Ijah makin gugup melihat Inge yang panik dan terus menangis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun