Malam semakin larut, Sinta sudah terlelap di kamar Cila. Sedangkan Cila masih asik belajar di depan laptopnya. Mempersiapkan bahan untuk presentasi esok hari. Sambil sesekali melirik mamanya yang tertidur pulas. "Ya Allah...berikan kekuatan dan kesehatan untuk mama." Doa Cila dalam hati. Memang benar, Cila belum pernah sekalipun melihat ayah membahagiakan mama...dari urusan kecil sampai besar, semua mama yang menyelesaikan. Dari urusan membayar iuran lingkungan sampai biaya hidup sehari-hari, semua mama yang memikirkan sendiri. Gak tau uang hasil ayah membela para klien di persidangan untuk apa...Hhhuuufffttt orang lebih mengenal cewek yang matre, jarang orang membicarakan cowok materialistis. Sungguh gak adil dunia ini. Pikiran Cila ngelantur, akhirnya ditutup laptopnya karena belajarnya terganggu dengan isi kepala yang berkecamuk tak menentu. Cila pun menyusul mamanya untuk istirahat mengumpulkan energy untuk esok hari.
***
"Haahhhh...yang bener Sin ?" Lisa terkejut melihat screen shoot dari ponsel Sinta
"Kapan sih aku pernah bohong ke kamu Lis ?" ujar Sinta kepada sahabat karibnya yang sudah seperti saudara sendiri
"Jadi..." Lisa melongo menunggu respon Sinta
"Iya Lisa bawel...jadi karena ini yang selalu aku tanyakan ke Mas Andi, yang ujungnya selalu berantem." Jawab Sinta sambil menepuk pipi Lisa yang masih melongo "Menurut Mas Andi, hanya salah ketik saja...kan gak mungkin petugas KTP ketik status orang menjadi cerai mati, padahal jelas-jelas aku masih hidup."
"Oke, aku paham sekarang...kamu tenang saja, fokus urus Cila dan karir kamu. Ini urusanku !" Jawab Lisa tegas, matanya berbinar tajam penuh kemarahan. "Dasar laki-laki tidak tau diri.." Gumamnya dalam hati.
Ada beban mental pada diri Lisa, karena perkenalan Sinta dengan Andi adalah atas rekayasa dia saat itu. Sinta yang wanita karir, sangat dingin menanggapi semua pria yang mendekat kepadanya. Kebetulan saat itu Sinta menghadapi kasus pemalsuan data dirinya yang disalah gunakan untuk pengajuan kredit usaha oleh kakak kandungnya, maka diberikanlah referensi teman lawyernya untuk mendampingi selama kasus hukum berjalan. Dan dari sanalah Lisa makin mendekatkan Andi ke sahabatnya agar berjodoh. Namun dengan berjalannya waktu, Andi semakin dibutakan oleh harta yang dimiliki oleh Sinta. Sifat serakahnya mulai muncul diawal-awal pernikahan mereka. Lisa pernah memberikan saran agar Sinta menggugat cerai saja ke suaminya, apabila hidup berumah tangga dengannya tidak sesuai dengan harapan. Akan tetapi Sinta selalu berdalih kasihan anaknya nanti kalau menanyakan keberadaan ayahnya. Saat ini, sudah waktunya Lisa memback-up Sinta untuk melawan Andi si perampok yang berkedok sebagai lawyer itu. Toh sekarang Cila sudah dewasa, sudah bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah. Batin Lisa berkecamuk hebat.
***
Senin pagi seperti biasa Sinta berangkat ke kantor lebih awal dari hari biasanya. Sinta sudah rapi dengan seragam kerjanya, menikmati seduhan bee pollen dan madu sebagai pengganti sarapan di meja makan. Terheran-heran melihat Lisa yang masih pakai daster dan belum mandi.
"Ehhh tante galak...sudah jam berapa ini ?" Tanya Sinta dengan nada heran