Mohon tunggu...
Lucia Indrasworo Palupi
Lucia Indrasworo Palupi Mohon Tunggu... Auditor - Karyawan Swasta Manufacturing, Time Traveller, Menuangkan isi hati dan imajinasi ke dalam tulisan

'hari ini harus lebih baik dari kemarin'

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Penantian Panjang di Batu Kerapu (5)

6 September 2023   15:38 Diperbarui: 6 September 2023   15:39 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
koleksi foto penulis

***

Pulau kecil di selatan Sulawesi dengan batu-batu karang yang angkuh adalah tempat dimana Rangga ditugaskan sebagai abdi negara. Jumlah penduduk yang tidak seramai kota kelahirannya membuat waktu berjalan sangat lambat dan menjenuhkan.

"Tarik bro...kailnya !" Suara Daniel sahabat Rangga membuyarkan lamunan 

"Siap !!!" Jawab Rangga sambil menghentakkan kailnya "Wwwiiihhhh...pasti ikan hiyu ini, berat banget brother !" lanjut Rangga

"Woyyy... mimpi juga jangan asal bro, kail kamu cuma bikin geli lidahnya si Hiyu kalau cuma dengan umpan pelet..." celetuk Daniel 

"Hahahaha..." Mereka berdua asik saling meledek dan tertawa lepas dengan suara altonya. Batu-batu karang yang mirip dengan ikan Kerapu saksi bisu keakraban persahabatan mereka. 

Matahari pun mulai meredupkan sinarnya saat Rangga membereskan peralatan memacingnya hari ini. SunSet cantik menawan di barat pulau Selayar merayu manja. Hasil tangkapan ikan lebih dari cukup untuk pesta malam minggu bersama seisi rumah. Rumah yang mereka sewa lumayan sederhana dengan empat orang penghuninya, termasuk Rangga dan Daniel. Keakraban seisi rumah karena persamaan nasib, terasing dari lingkungan sebelumnya dengan atasan dan instansi yang sama.

"Sini...aku bantuin..." Spontan Rangga membalikkan badan ke arah suara wanita dibelakangnya, karena tidak asing lagi di telinganya

"Eeehhh...kamu..." Rangga auto bengong "Larasati..." ucapnya lirih, nyaris tak terdengar 

"Iya Mas Rangga...kamu tinggal di pulau terasing ini juga rupanya..." Sahut Larasati sambil membersihkan ikan-ikan hasil tangkapan Rangga dan Daniel hari ini, tanpa menunggu persetujuan mereka berdua terlebih dahulu.

"Wow...dunia terbukti sempit Bro..." Celetuk Daniel "Dua sejoli dipertemukan diantara karang-karang bertuah pulau ini...hehe.." 

"Sekarang giliran kamu yang ngawur Brother" Elak Rangga sambil mengambil ember yang berisi ikan berlalu menuju arah pulang

"Kamu siapanya si Rangga sih ?" Tanya Daniel kepo

"Namaku Larasati, satu kapal dengan mas Rangga saat menuju ke pulau ini." Jawab Larasati

"Ooo..iya lupa, kita belum kenalan...hehe...namaku Daniel, teman bro Rangga." Daniel pun mengulurkan tangan untuk bersalaman

"Kamu tugas dimana Laras ?" Daniel mulai menginvestigasi wanita cantik berambut panjang itu dengan aura Bareskrimnya

"Aku tugas di Puskesmas tidak jauh dari sini." Jawab Larasati sambil berjalan disamping Daniel

Mereka bertiga serasa teman lama. Saling bertukar pengalaman selama berada di pulau Selayar. Indahnya sebuah kebersamaan...

***

Sementara itu di gedung megah ujung barat kota metropolitan, Cinta sedang berualang-ulang membaca surat dari Rangga yang sudah dua hari diterimanya. Seolah tidak percaya dengan susunan kalimat demi kalimatnya. Halus tapi menyakitkan. Tanpa terasa air mata mengembang kembali di pelupuk matanya.

Dik Cinta, bukan keinginan mas Rangga untuk jauh meninggalkanmu...

dan bukan pula mas Rangga menolak untuk ditemui saat ini, tapi kondite sedang mas Rangga jaga sampai dengan kenaikan jabatan tiba

itupun mas Rangga juga tidak bisa memastikan waktunya. Maafkan mas Rangga ya...

Dilipat kembali surat yang beralamatkan Bonto Matene itu, setelah Cinta melihat Pak Ronny atasannya berdiri didepan ruang kerjanya sambil memberikan kode mau masuk ke dalam. Cinta hanya menganggukkan kepala.

"Mau join makan siang gak ?" Tanya Pak Ronny sambil mengamati mata Cinta yang masih agak basah "Heeyyy...are you Ok ?"

"I'm fine sir.." Jawab Cinta sambil menyeka ujung mata sipitnya "Oke, saya join...mau makan dimana emang ?" lanjut Cinta

"Saya mau tunjukkan ke kamu, mie ayam Medan yang istimewa...pasti kamu suka." Celoteh Ronny mengharap apresiasi "Yuuukkk."

Segera mereka berdua keluar dari ruang kerja dan turun menuju lobby utama menuju VIP parking. Volvo hitam dengan nomor cantik 888 kemudian meluncur ke jln. MT. Haryono. Tak ada percakapan dalam perjalanan. Cinta dan Pak Ronny sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya Pak Ronny memarkir Volvo hitamnya di depan RM Medan yang sudah luber-luber pengunjungnya. Tapi waiter segera mengantarkan mereka ke meja no. 8 karena sudah reserve terlebih dahulu.

"Cinta, kamu boleh makan dulu...saya ke rumah sebelah itu dulu ya...ada sedikit perlu." Kata Pak Ronny sambil menunjuk rumah dua lantai di sebelah mie ayam Medan dengan pagar stainless steel dan pintu garasi kayu.

"Ngapain dia kesana...ngobrol sama tukang-tukang..."Gumam Cinta kepo melihat Pak Ronny dengan kaca mata hitamnya berbicara dengan para tukang yang sedang bekerja di rumah itu. "Aaahhh...urusan dia, mendingan aku makan dulu keburu kehabisan waktu makan siang." lanjutnya.

"Hhhuuufffttt...panasss." Pak Ronny sambil menyodorkan coke dingin ke Cinta "Nihhh...buat kamu."

"Kan udah minum es teh tadi, kok minum minuman dingin lagi...nanti cepat kena Flue lhooo..." Cinta menolak botol dingin yang disodorkan Pak Ronny untuknya sambil menasehati.

"Ada kamu kan ? jadi saya tidak boleh sampai sakit...hahaha..." Ledek Pak Ronny "'Cause you are my best assistant." lanjutnya

"Yeeee...asisten sebatas tugas kantor ya...tidak lebih." Jawab Cinta ketus 

"Eitsss...lebih sedikit itu yang tidak boleh, kalau lebih banyak malah boleh sesuai dengan prinsip ekonomi." Pak Ronny mulai ngawur

"Yuuukkk balik kantor, jangan lupa jawaban terbaik dari kamu atas permintaan saya minggu lalu. Masih perlu pertimbangan ?" lanjut Pak Ronny sambil mengingatkan Cinta, bahwa dia perlu jawaban tegasnya.

***

Sebelum pulang ke asrama Cinta seperti biasa telpon sahabatnya Meiliana, pulang bareng ataupun hang out dulu sepulang kerja.

"Iyaaa...cuyyy...gue paham." Suara Meiliana dari seberang telepon menjawab curhatan Cinta "Tuggu gue di lobby kantor elu aja...kepala elu kalau lagi error suka ngaco kakinya melangkah." Imbuh Meiliana sebelum menutup gagang telepon.

Sore itu tujuan mereka berdua hanya balik ke asrama. Meiliana langsung nimbrung ke kamar Cinta.

"Jadi elu tuh sudah bulat mau mencoba ngelupain mas Rangga mu itu ?" Tanya Meiliana penasaran "Emang tuhhh cowok kagak ada tegas-tegasnya apa yak ? menggantung perasaan anak orang...huuhhh sebel juga gua jadinya." lanjutnya sewot

Cinta hanya mengangguk lemah sambil mengucap lirih "Aku akan terima lamaran Pak Ronny, agar bisa melupakan dia Mell."

Akhirnya pecah juga kesedihan Cinta sambil terisak merangkul sahabatnya seperjuangan di rantau.

"Aku paham Cinta...kalau itu yang terbaik menurutmu, lakukan dan ambil keputusan itu, aku selalu ada sebagai sahabat." Ucap Meiliana sambil mengelus rambut sahabatnya yang panjang sebahu.

"Thanks Mell..." Jawab Cinta sambil mengusap air matanya yang semakin deras mengalir/

***

Minggu pagi Pak Ronny sudah memarkir Volvo hitamnya dihalaman asrama Cinta, dari kamar atas Cinta melihat kedatangannya lewat kaca jendela. "Maafkan aku mas Rangga...Tuhan memilihkan dia untuk mengisi kekosongan hatiku melewati hari-hariku di rantau ini. Semoga kamu menemukan juga orang lain untuk menemanimu menikmati indahnya alam Selayar dan batu-batu kerapunya." bisik cinta dalam hati sambil menyeka air mata diujung mata.

"Assalamualaikum sweety...sudah siap berangkat ?" Tanya Pak Ronny melihat Cinta sudah berdiri disamping mobilnya

"Waalaikumsalam Daddy...Insya Allah." Jawab Cinta tersenyum sambil membuka pintu mobil dan duduk disebelahnya

Volvo hitam 888 meluncur ke Jln. MT. Haryono no. 13 disebelah kedai Mie Ayam Medan 88. Pak Ronny membuka garasi dari pintu kayu, kemudian memasukkan mobil hitamnya ke dalam garasi yang cukup luas itu. Tiga mobil bisa masuk kedalam garasi, kalau dilihat dari luasnya.

"Sweety...silahkan tinggal di rumah ini, sambil belajar ilmu Agama Islam sepulang kerja. Saya akan carikan guru terbaik untuk menuntunmu mengenal dan mencintai Nabi Muhamad. Maaf bukan saya langsung yang membimbingmu, You tau sendiri kesibukan saya setiap hari." Ucap Pak Ronny sambil mempersilahkan Cinta memasuki rumah barunya.

"Thanks Daddy..." Ucap Cinta lirih menahan sesak didadanya agar tangis dan air matanya tidak tumpah sambil menarik koper baju menuju kamar utama yang menghadap taman belakang rumah. Dilihatnya dua orang asisten rumah tangga dihalaman belakang sedang mengganti media tanam disemua pot-pot bunga di dekat kolam ikan. Seketika mereka menganggukkan kepalanya ke arah Cinta.

"Hari ini pengen masakan apa Non ?" Tanya salah satu ART sambil membantu Cinta menyusun baju ke lemari jati di dalam kamar

"Nanti saja Bik...kalau Pak Ronny sudah pulang, kita masak-masak bareng ya..." Jawab Cinta ramah ke ART yang membantunya

"Panggil saya Bik Tatik Non...kalau temen saya itu Bik Ijah." Ujar Bik Tatik menjelaskan "Bik Ijah baru semalem dateng, dia disuruh Tuan Ronny tinggal disini saja, biar Non Cinta gak kesepian...karena nanti rumah Tuan Ronny yang di Kb. Jeruk akan dikontrakkan setelah Non Cinta dan Tuan Ronny menikah." Penjelasan Bik Tatik membuat Cinta tersenyum.

"Yes, correct..."Suara bariton Pak Ronny membenarkan penjelasan Bik Tatik "Eeemmm...Bibik sudah masak apa buat kita ?"

"Tuan kan biasa beli, saya cuma manasin doang hehehe..."Bik Tatik bisa meledek ternyata

"Ajarin Non Cinta masak ya...saya makan diluar saja dan langsung pulang ke Kb. Jeruk. Baik-baik di rumah ya semuanya..." Ujar Pak Ronny sambil keluar kamar sambil mengedipkan mata genitnya ke arah Cinta.

Tidak lama kemudian terdengar suara pintu garasi dan pagar rumah ditutup. Cinta pun melanjutkan aktifitasnya di Minggu pagi itu. Menata rumah sesuai selera feminimnya. Dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk acara sakralnya minggu depan untuk mengucapkan dua kalimat Syahadat dirumah baru yang disiapkan Pak Ronny untuk dirinya. Dan rumah disebelah kedai langganan Pak Ronny itu akan dihuni bersama setelah mereka resmi menjadi sepasang suami istri.

"Tuhan, aku terima takdirMU dengan keikhlasan hatiku...bimbing aku selalu berjalan di koridorMU. Maafkan segala khilaf dan dosaku selama ini...mohon berikanlah sahabat sejati untuk mas Rangga yang jauh dari pandangan mataku, agar bisa menikmati hari-harinya dengan senyum bahagia...bukan hanya menantiku di Batu Kerapu dengan kehampaan...Aamiiin." Doa Cinta dalam hati sambil duduk di taman belakang rumah mengamati gerak gerik lucu ikan koi di kolam. Sayup-sayup terdengar suara Adzan dari Mushola Al-Ikhlas di depan rumah Jln. MT. Haryono no. 13 telah berkumandang, Cinta bergegas masuk kedalam rumah untuk bersiap-siap belajar mengaji sambil menunggu Ustadzah datang di ruang keluarga dengan baju gamis merah, warna favorit Cinta.

---TAMAT---  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun