Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kreativitas itu Butuh Usaha

8 Januari 2017   23:42 Diperbarui: 9 Januari 2017   13:41 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampakan janggel yang sudah dicat warna hijau dan dirangkai (dokpri)

Pernyataan seniman asal Perancis, Henri Matisse bahwa kreativitas itu memerlukan usaha, memang benar adanya. Kalau biasanya mengerjakan sesuatu dengan biasa saja dan asal selesai saja bisa, kali ini kreativitas menuntut seseorang untuk berpikir lebih. Memberikan sedikit sentuhan untuk menciptakan suasana yang berbeda dari biasanya. Tak jarang, membuat otak sedikit terperas demi mencapai suatu tujuan yang baik.

Contoh sepele dalam kehidupan sehari-hari, biasanya kita pergi kuliah atau bekerja hanya memakai kemeja dan celana panjang. Yang penting sopan dan enak dipandang. Namun sesekali, bolehlah kita sedikit berkreasi dengan memberikan sentuhan, seperti gel rambut supaya kaum pria lebih terlihat fresh dan kaum hawa bisa mengenakan rok selutut supaya tampak lebih anggun. Siapapun yang melihatnya tentu tercengang karena ada sesuatu yang berbeda dan ternyata oke juga ya.

Begitu juga ketika mendengar kata “pohon Natal”, kebanyakan orang tentu akan langsung memikirkan pohon cemara, baik asli maupun yang terbuat dari plastik alias palsu, yang dihias aneka gantungan menarik dan lampu berwarna-warni. Tetapi pernahkah Anda membayangkan pohon Natal yang dibuat dari janggel?

Janggel adalah jagung yang bijinya sudah diambil (dalam bahasa Jawa biasa disebut “dipipili”). Jadi, janggel yang tersisa tampak rapi. Batangnya tidak berantakan seperti ketika kita selesai makan jagung bakar pada malam tahun baru.

jagung bakar (dokpri)
jagung bakar (dokpri)
Kreasi tersebut dilakukan Gereja Baptis Indonesia (GBI) Karunia, Kediri, Jawa Timur. Istri gembala sidang GBI Karunia Kediri sekaligus penggagas ide, Anna Trisnawati mengatakan, pemikiran menggunakan janggel sebagai dekorasi Natal tahun ini terbesit ketika melihat ada banyak jagung di kawasan tempat tinggal jemaat. Warga setempat biasa mipili atau memisahkan biji-biji jagung dari batangnya, sebelum dijual. Alhasil, batangnya pun menganggur alias tidak terpakai.

“Sebagian adalah janggel dari Bu Lee (nama salah satu jemaat yang tinggal di kawasan tersebut), sisanya kita beli dari warga sekitarnya,” tukasnya.

Awalnya, wanita yang akrab disapa Anna itu menghitung janggel yang dihimpunnya sebanyak sembilan karung yang berukuran 25 kilogram. Meski diakuinya, tidak semua karung berisi jumlah janggel yang sama. Dari sembilan karung, yang berhasil terpakai hanya enam karung.

“Prosesnya nggak bisa langsung. Kita sempat coba-coba sendiri. Ada trial and error.”

Ibu dua anak itu menjelaskan, awalnya, janggel dibersihkan dan direndam dengan cat berwarna hijau, lalu diwarnai ulang menggunakan cat semprot warna hijau. Hal ini dilakukan supaya warnanya kuat dan hasilnya bagus. Sesudahnya, ada bagian tertentu pada janggel yang dibor untuk memasukkan kawat yang menghubungkannya satu sama lain, sekaligus membentuk pola pohon Natal.

“Proses pewarnaan dan pengeboran ini yang awalnya sering gagal. Tadinya, kami tidak menggunakan cara itu. Makanya ada jagung yang terbuang untuk trial and error.”

Penampakan janggel yang sudah dicat warna hijau dan dirangkai (dokpri)
Penampakan janggel yang sudah dicat warna hijau dan dirangkai (dokpri)
Proses pembuatan pohon Natal yang terbuat dari janggel (dok. Pdt. Ed Merdhiriawan, S.KH., M.A.)
Proses pembuatan pohon Natal yang terbuat dari janggel (dok. Pdt. Ed Merdhiriawan, S.KH., M.A.)
Proses pembuatan pohon Natal yang terbuat dari janggel (dok. Pdt. Ed Merdhiriawan, S.KH., M.A.)
Proses pembuatan pohon Natal yang terbuat dari janggel (dok. Pdt. Ed Merdhiriawan, S.KH., M.A.)
Hiasan sebagai perumpamaan lampu warna-warni, lanjut Anna, juga menggunakan bahan bekas, seperti sedotan dan bungkus kopi. Bagian ujung bungkus kopi yang bergerigi, dibiarkan. Lalu dipotong rapi dari bungkusnya dan disatukan menggunakan tali. Sebagai pemanis, di antara kumpulan bungkus kopi itu, diselipkan sedotan berwarna hijau. Berikut detailnya:

Detail hiasan pohon Natal yang terbuat dari bungkus kopi dan sedotan yang dirangkai (dokpri)
Detail hiasan pohon Natal yang terbuat dari bungkus kopi dan sedotan yang dirangkai (dokpri)
 Untuk hiasan lain, berupa permen, ada yang menggunakan bahan baru dan bekas. Bahan barunya berupa kertas pembungkus berwarna emas dan perak. Kertas itu untuk membungkus botol obat yang merupakan bahan bekasnya. Tak ada yang tahu kan kalau di balik bungkus permen yang unyu ini adalah bahan bekas juga? Hehehe.

Hiasan "permen" pada pohon Natal janggel GBI Karunia Kediri (dokpri)
Hiasan "permen" pada pohon Natal janggel GBI Karunia Kediri (dokpri)

“Proses pengerjaan semua ini dilakukan sejak November 2016. Sekitar 30 jemaat ikut membantu. Kami bekerja sama membuatnya. Waktunya tidak tentu, selonggarnya saja. Misal, sesudah ibadah Minggu sore, setelah jam doa Rabu malam, atau hari lain pada malam hari. Progress-nya di-update di grup WhatsApp gereja. Jadi jemaat bisa tahu.”

Voilà, inilah kreasi pohon Natal janggel ala GBI Karunia Kediri! Lengkap dengan photo booth yang dipasang di halaman gereja.

Kreasi pohon Natal janggel ala GBI Karunia Kediri (dokpri)
Kreasi pohon Natal janggel ala GBI Karunia Kediri (dokpri)
Begitu pohon Natal janggel jadi, seluruh jemaat bersuka cita. Tak ayal, sebelum perayaan dan ibadah Natal dihelat pun, kreasi ini sudah menjadi properti foto jemaat. Apalagi di sebelah pohon Natal yang dipasang di halaman gereja ini, terdapat photo booth. Jadi, hasrat jemaat untuk mengikuti tren berfoto pun bisa dilakukan, terlebih pada momen Natal bersama keluarga tercinta. Tentu, tidak mengesampingkan makna Natal sebagai penggenapan janji Yesus yang lahir ke dunia untuk menghapus dosa manusia.

Berhubung sementara ini saya berdomisili di Bandung, akhirnya saya kebagian mencicipi photo booth kekinian bersama pohon Natal janggel ini saat perayaan Natal dan tahun baru 2017. Ini dia tampilannya saat pagi dan malam hari. Bersama saya, tentu saja. Narsis sedikit bolehlah yaaaa, hehehe.

Saya berpose di depan pohon Natal janggel, sesudah ibadah Natal pagi. Foto ini tanpa editing apapun (dokpri)
Saya berpose di depan pohon Natal janggel, sesudah ibadah Natal pagi. Foto ini tanpa editing apapun (dokpri)
Saya berpose di photo booth dan pohon Natal janggel pada malam tahun baru 2017, sebelum ibadah tutup tahun dimulai dokpri)
Saya berpose di photo booth dan pohon Natal janggel pada malam tahun baru 2017, sebelum ibadah tutup tahun dimulai dokpri)
 Siapa sangka kan, janggel yang biasa kita buang setelah bakar jagung saat tahun baru, ternyata bisa dikreasikan seindah ini?

Bandung, 8 Januari 2017

Luana Yunaneva

Sebelumnya tulisan ini sudah dipublikasikan di blog pribadi penulis, dengan sedikit perubahan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun