Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[My Diary] Move On

12 April 2016   13:47 Diperbarui: 13 April 2016   23:46 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi (sumber: ste.india.com"][/caption]Dear, Diary

Melakukan perpindahan bukanlah sesuatu yang mudah ya? Dalam kasus berpindah tempat tinggal, misalnya. Dalam segala sesuatu, tentu ada dua macam kemungkinan, yaitu baik dan buruk. Hal yang baik dari kepindahan itu adalah merasakan pengalaman baru dengan lingkungan, budaya, dan orang-orang yang berbeda. Sebaliknya, hal yang menyedihkan dari perpindahan ke tempat yang baru adalah terpaksa meninggalkan kenangan di tempat lama, baik suka maupun duka, juga melakukan adaptasi lagi dengan semuanya.

Saat ini, aku berada di posisi itu, Dear. Aku harus meninggalkan semuanya. Semua yang telah kulalui di tempat ini, dengan segala kenikmatan dan kedukaan yang ada di dalamnya. Aku bingung harus senang atau sedih ketika melakukan perpindahan ini. Hanya sahabatku Kirana, yang mampu memahami perasaaku. Setidaknya dalam beberapa minggu terakhir. Ini hanya sedikit kutipan antara aku dengannya.

"Kamu koq lemes ? Bukannya ini yang kamu inginkan?"

"Iya aku tahu, Kir, tapi…”

“Mana sosok Sylvana yang kukenal itu? Kamu adalah wanita yang cerdas. Keputusanmu sudah tepat. Jangan sampai kamu mengubah keputusanmu itu. Go ahead!” ia memotong pembicaraanku, kemudian memacuku yang masih terdiam dan membatu. “Meskipun aku juga sedih kalo kamu ninggalin aku, Syl. Siapa lagi yang akan jadi sahabatku di kompleks ini selain kamu?”

“Kayaknya nggak ada sih, Kir. Teman-teman sebaya kita di kompleks ini sudah pada tinggal di luar kota kan. Asri kuliah, Dandy dan Messy kerja, Kak Sari sudah menikah.”

“Iya. Makanya aku lebih seneng ketika kamu bisa berkembang di sana. Meski sedih, aku tetep dukung kamu, Syl. Kapan lagi ada kesempatan meraih beasiswa? Ini yang kamu inginkan selama ini kan?” Aku mengangguk. Kirana memelukku.

Entah, baru kali ini pelukannya terasa hangat dan menenangkan di tubuhku, Dear. Padahal ketika kami ngobrol biasanya sambil sesekali menyandarkan tangan di bahu atau pinggang satu sama lain, semuanya biasa saja. Mungkin ini yang namanya sedih. Sedih ketika keadaan membuatku terpisah dari sahabat yang sangat kukasihi sejak masih kanak-kanak.

Barang-barang yang akan kubawa sudah kukemasi dengan rapi di dalam koper dan tas ransel. Kupandangi seisi kamar. Kamar yang kutinggali sejak aku masih kecil ini kelak pasti akan sangat kurindukan. Ranjang yang empuk lengkap dengan bantal dan guling kesayangan, rak buku yang penuh dengan koleksi novel, album foto yang berjajar di dinding, pun miniatur Hello Kitty favoritku yang berjajar di meja belajar.

Aku merenung. Beratnya perpindahan tempat mungkin sama beratnya dengan perpindahan hati, yang punya istilah kekinian “move on”.

Kirana pernah bercerita kepadaku tentang sulitnya move on dari mantan kekasihnya, Dear. Dia butuh waktu beberapa tahun untuk memulihkan hati yang sudah remuk akibat lelaki yang menggantungnya cukup lama. Tidak mempedulikan, pun tidak melepaskannya begitu saja. Beberapa lelaki sudah mencoba mendekati, termasuk meminta saran dariku, namun Kirana tidak pernah menghiraukannya sekalipun.

“Hatiku seperti kaca yang sudah pecah. Remuk. Mungkin kaca itu bisa disambung dengan lem, selotip, atau apapun. Namun bentuknya tidak akan pernah kembali seperti semula, Sylvana” begitu katanya kepadaku.

Banyak kemungkinan yang terjadi sich, Dear.

Pertama, Kirana masih menunggu lelaki brengsek itu karena saking cintanya.

Kedua, gadis berambut panjang itu masih belum benar-benar pulih. Ia masih butuh waktu untuk memulihkan hati dan pikirannya sebelum menjalin hubungan kembali dengan lawan jenis.

Ketiga, sahabatku itu belum menemukan orang yang benar-benar klik untuk dijadikan pasangan. Tapi aku yakin, kali ini dia meningkatkan standar pasangannya untuk tidak mengulangi luka yang sama.

Tapi entahlah. Hanya Kirana yang mampu menjawabnya.

Dalam kasus yang berbeda antara aku dan kirana, antara tempat dan pasangan, ada satu pertanyaan yang tercetus di benakku. “Move on, sulitkah?”

 

... Diary sebelumnya

... Lanjutan diary

Bandung, 12 April 2016                   

Luana Yunaneva              

[caption caption="Event My Diary (sumber: Kompasiana)"]

[/caption]P.s: Baca karya peserta lain di Akun Fiksiana Community: Inilah Hasil Karya Peserta Event My Diary.

Silakan bergabung di FB Fiksiana Community      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun