[caption caption="Event My Diary (sumber: Kompasiana)"][/caption]Dear, Diary
Semalam aku seneng banget! Akhirnya bisa telponan sama Chita, sahabatku sejak kuliah yang bawelnya minta ampun tapi ngangenin. Rasa seneng ini pokoknya ngalah-ngalahin sukacita ketika nemuin kuliner yang enak, banyak, tapi harganyadan murah. Soalnya beberapa bulan terakhir, aku sering banget mengalami penolakan layaknya para pelaku multi level marketing (MLM) lho, padahal cuma untuk menelepon bocah yang satu ini. Apa lagi alasannya kalo bukan banyaknya kerjaan dari pagi sampai sore, terus lanjut kesibukannya kuliah malam di salah satu kota besar di Indonesia.
You know us so well-lah, gimana deketnya kita? Saking deketnya, temen-temen kampus suka julukin kita sebagai pasangan lesbi. Oh, nooooo!!! Kita masih normal lho yaaaa. Aku masih suka cowok pinter yang pastinya nyambung diajakin ngobrol apa aja dan Chita masih suka cowok natural yang tetep pede meski cuma pakai celana pendek saat jalan bareng.
Bener ya kalo ada pepatah yang mengatakan, “Bahagia itu sederhana”. Ya, sesederhana punya waktu buat ngobrol bareng sahabat, sekalipun cuma via telepon. Maklum, kami lagi jalanin long distance relationship (LDR). LDR sebagai sahabat lho yaaaa, bukan ala lesbian gay biseksual transgender (LGBT), hehehe.
Penasaran kan, Dear, Chita ngebahas apa aja sama aku semalam?
Jadi, dia kan emang galau soal kerjaannya sejak tahun lalu. Tapi dia rela ngejalanin semuanya ini dengan ikhlas untuk sementara waktu karena dia memang harus bekerja untuk membiayai kuliah dan kehidupannya sendiri. Maklum, dia perantau dari luar pulau. Chita pernah sharing kalau dia akan bertahan di tempat kerjanya yang sekarang sampai dia lulus. Tapi saat sudah menyandang gelar sarjana, dia berjanji akan mencari pekerjaan yang lebih baik.
Semalam dia cerita kalau predikat sarjana sudah ada dalam genggaman melalui yudisium beberapa waktu lalu. Sekarang bocah manja itu tinggal menunggu wisudanya bulan September mendatang. Ah, kamu tau, betapa bahagia aku mendengarnya, Dear? Aku bahagia banget mendengar kabar kalo akhirnya dia lulus juga. Melihat perjuangannya dulu, aku tau gimana dia harus jatuh bangun menjalani kehidupannya, mulai perkuliahan, pekerjaan, sampai urusan asmara.
Aku salut padamu, Chit. Kalo biasanya perempuan cantik cenderung menye-menye, hal ini nggak dilakukannya. Cewek yang suka banget mengoleksi lipstik berwarna-warni ini nggak pernah menyerah ketika banyak persoalan melanda. Ketika teman-teman kantor memfitnah dan memperlakukannya sesuka hati, dia hanya bisa diam dan tersenyum. Namun aku tau, dia menangis sesenggukan ketika berada di kos-kosan sendiri. Ketika teman-teman kampusnya mengatai dia yang enggak-enggak, dia memilih untuk pulang. Bukan untuk menangis melainkan belajar lebih giat supaya jangan lagi ada orang yang merendahkannya.
Sebagai sosok yang dianggap kakak, aku pun memberinya dukungan untuk mengejar impian. Chita adalah perempuan yang cerdas dan tegas. Kuyakin, dia pasti bisa mewujudkan apa yang dia citakan selama ini. Nggak terasa, dia akan semakin dekat dengan mimpinya. TInggal selangkah lagi dia bisa mengangkat harga dirinya dan menunjukkan kepada orang-orang yang pernah meremehkannya dulu bahwa dia memiliki sesuatu yang lebih.
Perasaan minder seringkali diungkapkannya kepadaku, Dear, jadi tugasku adalah memberinya semangat. Dulu dia juga sering memberiku saran ini-itu ketika menggalaukan beberapa persoalan. Di balik umurnya yang masih kecil, selisih tiga tahun, dia adalah perempuan yang dewasa. Di balik suaranya yang agak cempreng dan gaya bicaranya yang manja-manja cantik, dia menunjukkan pemikiran perempuan modern yang berani menentang arus. Sekali lagi, aku salut padamu, Chit. Thank’s for trusting me as your close friend.