- KGPAA mangkunegara IV
Kanjen Gusti Pangeran Adipati Arya Mankunegara IV (KGPAA Mankunegara IV) lahir pada tanggal 3 Maret 1811 (8 Sapar 1738, Pahin, Windu Sankaya, Jawa Jumakil, Senin) dengan nama gadis Raden Lahir di Mas Sudira. Ayahnya bernama KPH Adiwijaya I dan ibunya adalah putri KGPAA Mankunagara II bernama Raden Agyen Sekeli. KPH Adiwijaya I merupakan anak dari Raden Mas Tumengun Kusumadiningrat, menantu dari Sri Susufunan Pakubuwono III, dan R.A Sekeli merupakan putri dari KGPAA Mankunagara II. Lalu ada silsilah R.M. Silsilah Sudhira merupakan cucu dari KGPAA.
Pada masa pemerintahannya, Keraton Mankunugaran menulis sekitar 42 kitab, termasuk Serat Wedatama dan beberapa karya gamelan. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Ketawang Puspawarna yang juga dikirim ke luar angkasa pada tahun 1977 melalui Voyager Gold Plate yang menaiki pesawat luar angkasa tak berawak Voyager 1. Atas prestasi sastranya, khususnya sebagai pencipta Serat Wedatama, Raja Minnesota IV secara anumerta dianugerahi Penghargaan Bintang Mahaputra Adipradhana dari Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden RI Nomor 33/TK/2010 yang diberikan kepada Susilo  kepada para delegasi. Pada 3 November 2010, Bambam Yudovono dihadiahkan kepada seorang kerabatnya.
Arti "Serat Wedatama" Dilihat dari arti katanya, "Wedatama" berasal dari bahasa Sansekerta. Weda Tama: Menurut Kamus Kawi Indonesia karya L. Mardiwasito, kata "Weda" berarti ilmu,[9] dan kata pokok "Tama" berarti "baik". [10] Menurut R. Tanojo arti kata Wedatama berarti anak Pepatkanning. Wedha berasal dari kata pepachem (pasokan) dan tama/main, dan artinya anak. Pepatkaning Putra artinya bimbingan kepada putra dan putri. Weda adalah Kaul (Jawa): Ilmu/Ilmu/Ajaran, Tama adalah Utarna: Baik, Mulia, dsb. Jadi Wedatama adalah ilmu/ilmu/ajaran agar setiap manusia memperoleh/berhati/jiwa yang baik/mulia. S.De Jong mendefinisikan Wedatama sebagai "ajaran kesempurnaan", sebuah puisi pendek namun terkenal di mana para priyai berisi petunjuk praktis tentang cara mengatur kehidupan mereka.
Kepemimpinan merupakan kebutuhan dan tuntutan  masyarakat yang berbeda secara lokal, regional, nasional dan di berbagai belahan dunia  (Rasim, 2014).
Pemimpin dan kepemimpinan mengarahkan organisasi dan pemerintah untuk mengelola hubungan internal, eksternal, dan internasional untuk mencapai tujuan bersama, termasuk ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, hukum, pendidikan, perdagangan dll. Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan memegang peranan  penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa dan masyarakat.
Kepemimpinan banyak mendapat perhatian pada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Salah satu latar belakang kepemimpinan pada masyarakat Jawa adalah raja. Dalam pandangan filsafat Jawa , raja adalah  wakil Tuhan atau penjelmaan Tuhan.
Raja merupakan  pemimpin  dan wakil Tuhan yang bertugas menciptakan kehidupan yang harmonis antara  manusia, alam, dan Tuhan (Susanto, 2014). Kepemimpinan dalam Budaya Jawa banyak contohnya dan diwujudkan dalam bentuk ajaran. Salah satu dari ajaran kepemimpinan terdapat dalam Serat Wedatama. Kepemimpinan  dalam Serat Wedatama tahun  meniru kepemimpinan Panembahan Senapati raja Mataram tahun. Penedobahan Senopati bersifat proaktif, mempunyai tekad yang kuat, selalu bekerja, selalu menjaga hati untuk  hidup sederhana, dan selalu memastikan hati orang lain dalam keadaan tenteram (Wibawa, 2010).
Â
Salah satu karya sastra Jawa yang memuat ajaran kepemimpinan adalah Serat Wedatama karya Mangkunegara IV. Ajaran kepemimpinan  Serat Wedatama mewajibkan  untuk menaati aturan dan tugas hidup yang diwarisi nenek moyang yaitu wirya - arta -winasis. Wirya adalah kebangsawanan dan kekuasaan, Arta adalah kekayaan, dan Winasis adalah ilmu. Ketiga pedoman hidup ini harus dicapai. Jika salah satu  dari ketiganya tidak tercapai, maka  harga diri  orang akan hilang, bernilai lebih  dari sehelai daun jati kering, dan pada akhirnya hanya orang yang menderita, menjadi pengemis dan penyintas. Konsep Kepemimpinan Serat Wedhatama merupakan salah satu model kepemimpinan yang saat ini sedang mengalami krisis. Oleh karena itu, perlu adanya pemutakhiran kembali terhadap ajaran kepemimpinan dalam Serat Wedatama.
Cerato  Kepemimpinan Wedama tetap sangat penting dalam situasi saat ini. Ajaran kepemimpinan dalam Serat Wedatama harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai teladan kepemimpinan  khususnya bagi generasi muda.Â
- Ajaran Kepemimpinan dalam Serat WedatamaÂ
Serat Wedatama merupakan salah satu kitab Jawa kuno yang memuat ajaran luhur dan lukisan yang memuat konsep ketuhanan, kemasyarakatan, dan kemanusiaan. Konsep ketuhanan dirumuskan pada masa Aji dengan menggunakan istilah agama.
Mengenai pelaksanaan dalam empat tahap: pemujaan badan, pemujaan penciptaan, pemujaan jiwa, dan pemujaan indera. Konsep komunitas  diungkapkan dalam istilah amemangun karyneka tyasing . Sasamayan artinya melakukan hal baik untuk menyenangkan orang lain. Hubungan  antar masyarakat tetap terjaga harmonis dan timbul kedamaian. Nilai-nilai kemanusiaan, sebaliknya, bertujuan untuk mencapai keberadaan berbudi luhur yang ke  (Jatmiko, 2014).
Secara semantik, Serat Wedhatama terdiri atas tiga suku kata yaitu Serat, Wedha dan Tama. Serat artinya tulisan atau karya yang berbentuk tulisan, Wedha artinya ilmu atau pendidikan dan Tama berasal dari kata utama yang  artinya  baik, tinggi atau mulia. Dengan demikian, Serat Wedatama adalah  karya yang berisi ilmu pengetahuan untuk dijadikan bahan ajar untuk mencapai keunggulan dan keagungan hidup dan kehidupan  manusia. Serat Wedatama sebenarnya adalah karya kepemimpinan orang Jawa, karena merupakan karya ilmu pengetahuan dan dimaksudkan sebagai sarana pengajaran untuk memperoleh keutamaan dan keluhuran. nyawa harus digunakan untuk kehidupan manusia. Pak Siswokartono juga menyampaikan bahwa ``Serat Wedhatama '' merupakan  karya yang memuat ajaran Ngelmu Luhung, atau ilmu lanjutan . Walaupun Serat Wedatama tidak secara langsung dimaksudkan untuk mengajarkan kepemimpinan, namun sebagaimana makna dari kata wedatama, Serat Wedatama mengandung nilai-nilai kepemimpinan yang sangat mendalam pada muatannya (Wibawa, 2010).
Serat Wedhatama diawali dengan pupuh Pangkur, Berikut ini pupuh Pangkur bait pertama, sebagai berikut:
mingkar-mingkuring angkara, akarana karnan mardi siwi
sinawung rsmining kidung, sinuba sinukarta
mrih krtarta pakartining nglmu luhung,
 kang tumrap nng tanah Jawa, agama agming aji
(Wedhatama, 1959: 3)
Terjemahan: Menghindari dari angkara, bila akan mendidik putra
Dikemas dalam keindahan syair, dihias agar tampak indah
Agar tujuan ilmu luhur ini tercapai
Yang berlaku ditanah Jawa, Agama pegangan diri
Pada bait pertama baris pertama dan kedua menyebutkan " Guna menghindari (mingkar-mingkur) sifat angkara, karena keinginan untuk mendidik anak (Mardi siwi)"Jelas bahwa tujuan Serat Wedhatama adalah untuk memberikan pendidikan kepada anak (generasi muda), Mangkunegara IV memang senang (karenan) mendidik.Bila kita lanjutkan ke baris ke 3 dan seterusnya, disebutkan bahwa pitutur yang diberikan ditata dalam keindahan sebuah tembang (sinawung rsmining kidung) yang amat dihormati (sinuba sinukarta), dalam upaya memperoleh ilmu yang luhur. Di Jawa, agama merupakanpegangan tertinggi (agming aji).
Ajaran kepemimpinan di pura ini adalah agar  pemimpin lebih menaati aturan dan tugas hidup serta mengikuti pedoman hidup daripada terjebak hanya mencari nafkah (kikisane tan liang amun ngpa boga). Warisan nenek moyang kita yang terus berlanjut dari zaman dahulu  hingga masa depan. Selain itu, para pemimpin didorong untuk mengembangkan akal sehat sehingga mereka dapat dengan cepat menjadi pemimpin terkenal dan teladan karakter . Pedoman hidup terdiri dari tiga bagian: Wirya-Arta-Winasis. Wirya adalah kebangsawanan atau kekuasaan, Artaharta dan Winasis adalah ilmu. Apabila salah satu dari ketiga hal tersebut tidak tercapai maka harga diri seseorang akan terkuras dan menjadi seorang pengemis atau gelandangan, bernilai lebih dari sehelai daun jati kering dan pada akhirnya hanya akan menderita (Wibawa, 2010) Wirya adalah kekuasaan , kebangsawanan, dan kepemimpinan (Mardiwarsito, 1990). Orang yang mulia tentulah orang yang dihormati banyak orang - orang  dihormati karena kebajikannya, bukan karena kekuasaannya yang sewenang-wenang. Kekuasaan bukan berarti bisa melakukan apa pun,  semua orang menuruti kemauanmu kapan pun dan di mana pun seseorang melayani. Kinerja harus digunakan sebaik mungkin. Seseorang dengan kekuasaan yang sah mempunyai kekuasaan yang sah menurut hukum dan harus dilaksanakan dengan cara terbaik. Arta mempunyai arti sempit yaitu uang. Artha adalah harta karun (Pulwadi, 2005). Apa pun bentuk kekayaan kita, baik yang bergerak maupun  yang diam, baik yang bersuara maupun yang tidak bersuara, ia dapat disebut sebagai seni atau harta karun. Untuk memahami Serat Wedatama, jangan sekali-kali memaknai kekayaan sebagai tujuan. Disini kekayaan adalah alat untuk mencapai tujuan. Agar kehidupan berkeluarga dapat berjalan lancar dan anak kami dapat memperoleh makanan yang cukup, lulus sekolah, dan berguna di  kemudian hari, keluarga memerlukan kekayaan. Winasis berasal dari kata Wasis yang berarti bijaksana. Winasis artinya  orang bijak.
Untuk mendapatkan posisi yang baik, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah bekerja tanpa  pamrih dimanapun Anda berada. Kedua, bagaimana orang harus memperoleh kekayaan melalui kerja keras. Hal ketiga yang harus dicapai adalah kecerdasan, pencarian ilmu yang berguna dalam kehidupan. Selain itu, para pemimpin dituntut untuk lebih memilih menyelami kesendirian (pertapaan), mempertajam dan mensucikan pikirannya pada waktu-waktu tertentu, menunaikan kewajibannya sebagai pejuang, berperilaku bermoral, bersikap rendah hati; Untuk menenangkan hati orang lain lainnya (Wibawa, 2010). Menurut Mangkunegara IV, seseorang harus bijaksana. Mustahil menjadi Wiliya tanpa seekor elang. Menjadi elang membutuhkan ilmu, namun ilmu tidak mudah didapat.
Wirya, Artha, dan Winasis adalah pesan mulia dari nenek moyang kita. Winasis bertekad untuk mengakuisisi Kawiliyan. Berhentilah menginginkan Williya tanpa wasir atau mengejarnya dengan uang untuk mendapatkan kembali dari hutang yang pada akhirnya harus Anda lunasi. Jika Kawilian gagal memenangkan  padahal uangnya sudah keluar, maka hasil akhirnya akan keterlaluan. Di Kawiryan, Anda bisa mendapatkan uang berkat kemampuan superior kami. Mangkunegara IV tidak hanya menjelaskan pedomannya tetapi juga dengan bijak mengingatkannya kepada generasi penerus yang jelas-jelas terinspirasi.
- Pemutakhiran kembali ajaran kepemimpinan dalam Serat Wedhatama
Pemutakhiran kembali ajaran kepemimpinan dalam Serat Wedhatama diperlukan mengingat ajaran kepemimpinan dalam Serat Wedhatama masih relevan dengan keadaan saat ini. Konsep Wirya, Arta dan Winasis perlu diajarkan kepada generasi muda saat ini merupakan generasi yang lebih menyukai  budaya instan ((Novita, 2015). Budaya instan ini juga terjadi di lingkungan  sekolah. Siswa lebih menyukai nilai bagus tetapi tidak menghargai proses. Budaya menyontek banyak terjadi di sekolah. Serat Wedhatama menjelaskan bahwa untuk memperoleh Winasis , seorang pemimpin  harus melalui proses yang panjang -- kajian yang sungguh-sungguh. Karena ilmu diperoleh melalui belajar yang giat, maka ilmu ini memberikan  kekuatan/kekuatan/nyantsani. Dalam hal belajar, jika anda belajar dengan sungguh-sungguh maka anda akan mendapatkan hasil yang memuaskan dan berguna untuk kehidupan anda kedepannya. Lain halnya jika belum melalui proses yang benar/salah. Meskipun nilaimu bagus, tidak akan berguna di kehidupanmu selanjutnya.
Konsep kepemimpinan dalam Serat Wedhatama berasal dari Wirya, Arta , Winasis merupakan  pesan luhur dari para leluhur. Ketika dibangun kembali, menjadi Winasis, Wirya, dan Arta. Winasis adalah kebijaksanaan. Winasis mencapai setelah belajar keras. Jika Winasis tercapai, seseorang akan dengan mudah mendapatkan Willya: Kekuatan, Bangsawan, Kepahlawanan. Pemimpin yang berada di puncak kekuasaan harus mampu menjaga kepercayaan yang sebesar-besarnya. Terakhir ada Arta  yang artinya dekat dengan uang/harta. Untuk memahami Serat Wedhatama,  jangan  sekali-kali dimaknai sebagai kekayaan yang menjadi tujuan. Di sini kekayaan adalah alat untuk  mencapai tujuan. Jika salah satu dari ketiga hal tersebut tidak tercapai maka harkat dan martabat manusia akan terkuras, sehelai daun jati akan lebih berharga dari pada sehelai daun jati kering, dan pada akhirnya hanya jiwa yang akan menderita, menjadi pengemis, dan terlantar (Wibawa, 2010). Dalam  konteks organisasi pendidikan sekolah, pemimpin adalah (1) orang yang sungguh-sungguh mempunyai motivasi belajar, dan (2) orang yang menjalankan kekuasaan dengan menjalankan tugas dan memajukan organisasi. Kepemimpinan dalam  konteks sekolah merupakan kepemimpinan struktural dimana pemimpin berfungsi untuk memberikan motivasi kepada yang dipimpinnya untuk melaksanakan kegiatan atau bertindak sesuai  program yang telah ditentukan.
- Definisi kepemimpinan serat wedhatama untuk meningkatkan manajemen skill, dan merumuskan strategi bisnis
Kepemimpinan serat wedhatama adalah pendekatan kepemimpinan yang didasarkan pada prinsip-prinsip filosofis Jawa yang dikenal sebagai "serat wedhatama", yang mencakup nilai-nilai kearifan lokal, kebijaksanaan, dan kesadaran spiritual. Dalam konteks meningkatkan manajemen skill, kepemimpinan serat wedhatama mengedepankan pengembangan keterampilan interpersonal, empati, dan komunikasi yang efektif. Ini dapat dicapai melalui pembinaan hubungan yang kuat antara pemimpin dan anggota tim, mendorong kolaborasi, dan memberikan kesempatan untuk pengembangan pribadi.
Sementara itu, dalam merumuskan strategi bisnis, kepemimpinan serat wedhatama menekankan pada harmonisasi antara tujuan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Pemimpin menggunakan nilai-nilai serat wedhatama sebagai panduan untuk memastikan bahwa setiap keputusan bisnis memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan, termasuk karyawan, pelanggan, masyarakat, dan lingkungan. Ini mungkin melibatkan pengembangan produk yang ramah lingkungan, keterlibatan aktif dalam komunitas lokal, dan penerapan praktik bisnis yang etis dan bertanggung jawab. Dengan pendekatan ini, pemimpin menciptakan strategi bisnis yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga memperhatikan dampak sosial dan lingkungan jangka panjang.
Kepemimpinan serat wedhatama menekankan pada nilai-nilai kearifan lokal dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Untuk meningkatkan manajemen skill, praktik kepemimpinan tersebut dapat memperkuat keterlibatan tim, memberikan ruang bagi inovasi, dan mendorong pengembangan pribadi. Dalam merumuskan strategi bisnis, serat wedhatama menekankan pada keselarasan antara tujuan bisnis, keberlanjutan, dan keadilan sosial, dengan memperhatikan kebutuhan semua pemangku kepentingan. Dalam konteks yang lebih spesifik, kepemimpinan berbasis serat wedhatama dapat melibatkan praktik-praktik seperti musyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama, penerapan nilai-nilai moral dalam pengambilan keputusan, dan pengembangan hubungan yang berkelanjutan dengan para anggota tim. Dalam merumuskan strategi bisnis, pendekatan ini mungkin melibatkan identifikasi nilai-nilai budaya lokal yang dapat memperkuat posisi bisnis, memperhatikan dampak sosial dari keputusan bisnis, dan membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan komunitas sekitar.
Dalam penerapan usaha bisnis tumbler, penerapan kepemimpinan berbasis serat wedhatama dapat melibatkan berbagai aspek. Pertama, dalam meningkatkan manajemen skill, pemimpin dapat mendorong pengembangan keterampilan interpersonal, kreativitas, dan inovasi dalam desain produk. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan, pembinaan, dan memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.Â
Kedua, dalam merumuskan strategi bisnis, pemimpin dapat mempertimbangkan nilai-nilai lokal dalam desain produk, proses produksi yang berkelanjutan, dan dampak sosial dari bisnis tersebut. Misalnya, menggunakan bahan ramah lingkungan, berkolaborasi dengan komunitas lokal dalam pengembangan produk, dan memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitar.
Selain itu kepemimpinan berbasis serat wedhatama dapat meningkatkan manajemen skill dengan mendorong pengembangan nilai-nilai seperti kearifan lokal, kebijaksanaan, dan keadilan. Ini dapat mencakup pelatihan untuk meningkatkan keterampilan interpersonal, komunikasi, dan kepemimpinan yang diilhami oleh nilai-nilai tersebut. Selain itu, serat wedhatama mempromosikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kebutuhan dan harapan para anggota tim, yang dapat memperkuat kerjasama dan kinerja bersama.
Dalam merumuskan strategi bisnis, kepemimpinan serat wedhatama mengedepankan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ini mencakup mempertimbangkan nilai-nilai budaya lokal dalam produk dan layanan, memperhatikan keberlanjutan dalam setiap tahap bisnis, dan membangun kemitraan yang berkelanjutan dengan komunitas. Dengan demikian, serat wedhatama memberikan landasan yang kokoh bagi bisnis untuk tumbuh secara berkelanjutan sambil memperkuat hubungan dengan semua pemangku kepentingan. Beberapa langkah dalam menerapkan kepemimpinan berbasis serat wedhatama untuk meningkatkan manajemen skill dan merumuskan strategi bisnis:
- Meningkatkan Manajemen Skill:
1. Identifikasi Kebutuhan Keterampilan:
- Melakukan evaluasi mendalam terhadap tim untuk mengidentifikasi area di mana keterampilan dapat ditingkatkan.
- Menyusun rencana pengembangan keterampilan yang spesifik dan terukur berdasarkan temuan evaluasi.
2. Pelatihan Berbasis Nilai:
- Mengadakan pelatihan yang berfokus pada pengembangan keterampilan manajerial yang diilhami oleh nilai-nilai serat wedhatama, seperti kebijaksanaan, empati, dan integritas.
- Mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan budaya dalam pelatihan untuk meningkatkan pemahaman dan sensitivitas terhadap lingkungan kerja yang multikultural.
3. Pemberdayaan Tim:
-Â Mendorong partisipasi aktif anggota tim dalam pengambilan keputusan dengan mengadopsi pendekatan musyawarah dan konsensus.
- Memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada anggota tim untuk memperkuat rasa memiliki terhadap tujuan bersama.
4. Pengembangan Keterampilan Empati:
- Mendorong pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan dan keinginan anggota tim.
- Mengajarkan keterampilan mendengarkan aktif dan empati dalam berinteraksi dengan rekan kerja.
5. Penguatan Keterampilan Komunikasi:
- Melatih keterampilan komunikasi yang efektif, baik secara verbal maupun non-verbal.
- Mendorong praktik komunikasi terbuka dan jujur di antara anggota tim untuk memfasilitasi kolaborasi yang lebih baik.
6. Pembinaan Kepemimpinan Kolaboratif:
- Mengembangkan gaya kepemimpinan yang kolaboratif dan inklusif, di mana keputusan dibuat bersama-sama dengan melibatkan anggota tim.
- Memberdayakan anggota tim untuk mengambil inisiatif dan tanggung jawab dalam tugas dan proyek mereka
- Merumuskan Strategi Bisnis:
1. Analisis Lingkungan:
- Melakukan analisis menyeluruh terhadap faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan yang mempengaruhi operasi bisnis.
- Mengidentifikasi nilai-nilai budaya lokal yang dapat diintegrasikan ke dalam strategi bisnis untuk memperkuat daya tarik produk dan merek.
2. Pengembangan Produk Berkelanjutan:
- Merancang produk tumbler yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan daur ulang atau bahan alami yang mudah terurai.
- Menerapkan proses produksi yang efisien energi dan mengurangi limbah untuk mendukung keberlanjutan lingkungan.
3. Kemitraan dan Keterlibatan Komunitas:
- Membangun kemitraan strategis dengan pihak-pihak lokal, seperti pengrajin tumbler lokal atau komunitas lingkungan, untuk mendukung produksi lokal dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi lokal.
- Menyelenggarakan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang terfokus pada inisiatif yang relevan dengan kebutuhan komunitas setempat, seperti pendidikan lingkungan atau kampanye daur ulang.
4. Pendekatan Berbasis Nilai:
- Memastikan bahwa strategi bisnis mencerminkan nilai-nilai serat wedhatama seperti kearifan lokal, keadilan, dan keberlanjutan.
- Mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam keputusan strategis dan operasional perusahaan.
5. Pemahaman Kebutuhan Pasar:
- Melakukan riset pasar yang mendalam untuk memahami tren industri, kebutuhan pelanggan, dan persaingan pasar.
- Menggunakan wawasan ini untuk merumuskan produk dan layanan yang relevan dan memenuhi kebutuhan pasar.
6. Inovasi Berkelanjutan:
- Mendorong budaya inovasi di seluruh organisasi dengan memberikan dukungan dan sumber daya untuk pengembangan ide-ide baru.
- Memastikan bahwa strategi bisnis memungkinkan fleksibilitas dan adaptabilitas untuk merespons perubahan pasar dan lingkungan.
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai serat wedhatama ke dalam praktik manajemen skill dan strategi bisnis, pemimpin dapat menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, berorientasi pada nilai, dan berkelanjutan, yang pada gilirannya akan meningkatkan kinerja dan keberhasilan jangka panjang perusahaan.
Penerapan praktik kepemimpinan serat wedhatama pada usaha bisnis tumbler dapat membantu membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dan komunitas, sambil tetap berorientasi pada pertumbuhan yang berkelanjutan dan keadilan sosial. Berikut ini beberapa langkah dalam menerapkan kepemimpinan berbasis serat wedhatama pada usaha bisnis tumbler:
- Pengembangan Manajemen Skill:
1. Pengembangan Soft Skills:
- Fokus pada pengembangan soft skills seperti komunikasi efektif, kepemimpinan yang inklusif, kerjasama tim, dan penyelesaian masalah.
- Mengadakan sesi pelatihan reguler, workshop, atau seminar untuk membantu karyawan meningkatkan keterampilan ini.
2. Peningkatan Kreativitas:
- Mendorong karyawan untuk berpikir kreatif dalam merancang produk tumbler baru atau meningkatkan desain yang ada.
- Mengadakan sesi brainstorming atau kompetisi desain untuk merangsang ide-ide kreatif dari seluruh tim.
3. Penguatan Keterampilan Teknis:
- Menyediakan pelatihan teknis untuk meningkatkan keterampilan dalam pembuatan tumbler, penggunaan peralatan, dan manajemen inventaris.
- Mendorong karyawan untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan baru terkait dengan teknologi dan proses produksi terbaru.
- Merumuskan Strategi Bisnis:
1. Pemahaman Pasar:
- Melakukan riset pasar untuk memahami preferensi pelanggan, tren industri, dan persaingan di pasar tumbler.
- Menggunakan data ini untuk merumuskan strategi pemasaran dan pengembangan produk yang relevan dengan kebutuhan pasar.
2. Berbasis Kebutuhan Pelanggan:
- Mengadopsi pendekatan berbasis pelanggan dalam pengembangan produk, dengan memperhatikan umpan balik pelanggan dan memahami kebutuhan mereka.
- Menyelenggarakan survei pelanggan, wawancara, atau focus group untuk mendapatkan masukan langsung dari konsumen.
3. Berkelanjutan dan Bertanggung Jawab:
- Mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam seluruh operasi bisnis, mulai dari pemilihan bahan baku hingga pengemasan produk.
- Memastikan kepatuhan terhadap standar lingkungan dan etika kerja yang tinggi dalam rantai pasokan.
- Pembinaan Hubungan dengan Pelanggan dan Komunitas:
-Â Melibatkan pelanggan dalam proses desain produk dan pengembangan strategi bisnis melalui jajak pendapat, polling sosial media, atau forum diskusi.
- Menjalin hubungan yang berkelanjutan dengan pelanggan melalui layanan pelanggan yang responsif, tanggapan terhadap umpan balik, dan program loyalitas yang menarik.
- Berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lingkungan di komunitas lokal, seperti program pembersihan lingkungan, kampanye daur ulang, atau kegiatan amal.
Dengan mengikuti pendekatan ini, pemimpin usaha bisnis tumbler dapat membangun tim yang lebih kompeten dan inovatif, sambil merumuskan strategi bisnis yang berkelanjutan dan responsif terhadap kebutuhan pasar dan komunitas.
Referensi :
Harini, S (2020). Serat Wedhatama: Pengajaran Kepemimpinan Birokrat Perempuan Surakarta. Jurnal inada, 3(2).
Sariyatun, Sariyatun. "Reaktualisasi Ajaran Kepemimpinan dalam Serat Wedhatama." Seminar Nasional Teknologi Pendidikan 2017, Surakarta, Indonesia, 2017. Universitas Sebelas Maret, 2017.https://www.neliti.com/id/publications/171944/reaktualisasi-ajaran-kepemimpinan-dalam-serat-wedhatama
Suyami. 2008. Konsep Kepemimpinan Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.
Pradipta, S (2022). KGPAA Mangkunegara IV.https://id.scribd.com/document/444192103/KGPAA-Mangkunegara-IV
Dok: Apollo_2012. KGPAA Mangkunegara IV -- Kepemimpinan-Sarat Wedotomo.
Nusa, G (2023). Managerial Skill Adalah: Pengertian, Jenis dan Cara Tingkatnya. https://greatnusa.com/artikel/managerial-skill-adalah/
.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI