Pagi itu aku tiba di Bumi yang Dia takhlikan untukku.
Masih lima ribu detik lagi hingga menuju hening.Â
Sepanjang beberapa masa terasa sangat gelap, Maka aku kobarkan api di sela rindu akan wangi surgaMu.Â
Lantas api itu.
Aku namakan ia timur.
Dengan bulan yang terapung di seberangnya, timur tampak kesepian, sebagaimana aku yang hanyut di lautan gersang.
Kusentil satu dua kerikil, terpijar di atmosfir.Â
Menjadi bintang-bintang dilangit, untuk kupandang setiap hari.
Menyinari barabad masa, lantas mati. Tetap cemerlang dari sini.
Masih dua ribu detik lagi hingga menuju hening.
Aku alpa menggerakan waktu.