Aku memacu mobilku dan menemui para mobol-mobil yang juga mengangkut wisudawan dan wisudawati yang terlambat. Semakin mendekati Universitas tempat diselenggarakannya wisuda, semakin macet jalan menuju kesana. Tapi aku tidak sedang kesana, aku harus menjemputmu terlebih dahulu.
15 menit kemudian dengan sedikit kebut-kebutan dijalan. Bisa dibayangkan betapa cara mengemudiku yang membahayakan pengendara lain demi secepat-cepatnya kerumahmu. Aku parkirkan mobil didepan perumahan, karena sepertinya aku tidak bisa masuk. Aku mengirimkan pesan kalau aku sudah sampai lalu menuju rumahmu, karena kemungkinan kamu membutuhkan bantuan.
Namun, rumahmu kosong.
"Berapa kali engkau akan mencoba ini Zen" terdengar suara dari belakangku. Itu suara Hobo!
"Bo? Kamu kelihatan lebih tua. Kamu siapa? kamu bukan Hobo!"
"Aku Hobo, Lindya Hodoyo Bowosuteja. Dari masa depan. Atau mungkin dari kehidupan sejarah yang lain"
"Tidak mungkin, mesin waktu itu tidak ada"
"Bukan, ini bukan mesin waktu. Tapi intinya aku hanya ingin menjelaskan satu hal kepadamu Zen. Sampai kapanpun, aku dan kamu tidak akan pernah ditakdirkan bersama. Walaupun engkau mengulang masa lalu berkali-kali. Kamu bisa mati karenanya"
Tiba-tiba hidungku mimisan. Kepalaku pusing. Bukan pusing lagi kepalaku sakit, rasanya kesadaranku mulai hilang. Lalu muncul wajah Hobo yang lebih tua tadi. Kami lebih sering cek cok dan menyakiti. Tapi kenapa ada banyak sekali kilatan-kilatan ingatan-ingatan yang berbeda? Apa yang sebenarnya terjadi.
"Zen, bangunlah. I love you Zen. Walaupun kita tidak pernah ditakdirkan bersama"
"Aku juga mencintaimu Hobo, walaupun aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi?"