Bab yang menarik selanjutnya adalah tentang seberapa sering kita berbohong. Dalam buku ini dijelaskan bahwa saking terlalu sering berbohong, seseorang bisa menjadikan berbohong sebagai kebiasaan. Bila terus mengatakan kebohongan, perlahan kita akan membenci diri sendiri. Kita juga akan kehilangan rasa percaya pada diri sendiri. Akibatnya, kita menjadi kesulitan untuk mencapai tujuan. Bahkan, lebih parahnya lagi, kita akan kehilangan identitas diri sendiri karena terlalu sering berbohong. Kebohongan itu seperti narkoba yang adiktif. Ketika sudah candu melakukan kebohongan, kita akan cenderung berbohong lagi dan lagi. Untuk itu kita harus mengontrol diri kita untuk mengurangi berkata bohong, dan lebih sering berkata jujur. Orang lain bisa saja berkata tidak jujur kepada kita. Namun karena kita tidak tahu kebenarannya, maka abaikan saja. Kita fokus pada diri sendiri dan meyakinkan diri untuk terus berkata jujur. Kita harus lebih percaya diri. Kita tidak boleh takut untuk mengatakan kejujuran.
Kesimpulannya, melalui buku ini, kita bisa lebih mempelajari apa yang terjadi dalam hidup dan bagaimana cara kita merespons apa yang terjadi dalam hidup. Buku ini bisa membuat kita merasa lebih baik, dan berhenti meratapi hidup. Kita juga dapat menemukan banyak kutipan–kutipan yang bisa membuat kita merenungkan apakah kita telah hidup dengan damai, tenang, dan senang. Buku ini juga dapat sedikit memberikan semangat dan keyakinan saat merasa hidup ini sulit, hingga membuat kita terluka. Semua kejadian dalam hidup ini pasti terjadi karena suatu alasan. Jadi, apapun masalahnya, hadapi saja. Semua masalah pasti punya jalan keluar.
Pereview :
Nama : Rindang Arifani Fadila
Pekerjaan : Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi S1 Farmasi
Dosen Pembimbing : Dr. Daroe Iswatiningsih, M.Si.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H