Mohon tunggu...
Rindang Arifani Fadila
Rindang Arifani Fadila Mohon Tunggu... Lainnya - UMM, S1 FARMASI

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Cara Memahami Diri Sendiri

21 Januari 2021   23:10 Diperbarui: 21 Januari 2021   23:16 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WHAT HAPPEND WITH YOUR LIFE, Desy Rachmawati - sampul: Penerbit Brilliant

IDENTITAS BUKU

Judul                         : What Happend with Your Life

Penulis                     : Desy Rachmawati

Tahun terbit          : 2020

Penerbit                  : Penerbit Brilliant

Jumlah halaman : 240

ISBN                         : 978-602-5861-54-3

“Semua yang dilakukan kemarin atau tidak dilakukan kemarin, jangan disesali. Please guys, jangan sesali hidup! Hidup itu tentang mengalami segala jenis emosi, bukan senang saja”

Kutipan di atas merupakan salah satu dari sekian banyak kutipan yang terdapat dalam buku What Happend with Your Life. Buku ini merupakan buku motivasi hidup dengan berbagai cerita yang dapat membantu kita untuk melakukan pengembangan dalam diri kita. 

Buku ini dikemas dalam sampul yang indah, dan juga design halaman yang memiliki unsur estetika, sehingga akan membuat kita betah untuk berlama-lama membaca buku ini. 

Begitu pula bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah bahasa semi formal dan campuran antara bahasa Inggris-Indonesia yang sangat mudah dipahami, jadi meskipun buku ini merupakan buku motivasi yang mungkin beberapa orang merasa malas untuk membacanya, namun dengan pengemasan buku dan tata bahasa yang apik membuat buku ini dapat menjadi salah satu pilihan untuk bacaan ringan sehari-hari.

Buku What Happend with Your Life memilik 15 bab dengan judul yang berbeda namun intinya sama, yaitu tentang pemahaman diri, dan juga apa–apa saja yang biasa terjadi dalam diri kita. 

Di bab pertama, buku ini membahas tentang bagaimana cara kita untuk dapat hidup dengan diri kita sendiri. Maksudnya kita tidak bisa terus menerus membiarkan orang lain memengaruhi atau bahkan ikut campur dalam masalah hidup kita. 

Contohnya adalah kita sering terpengaruh dengan ekspektasi orang lain atau harapan orang lain, dan menjadikannya sebagai tujuan kita. Singkatnya kita terus berusaha untuk memuaskan harapan orang lain tanpa memikirkan bagaimana cara agar kita sendiri merasa terpuaskan dengan hidup yang selama ini kita jalani. 

Untuk itu kita harus sering berkaca dan merenungkan apa yang sebenarnya kita inginkan, atau apa yang dapat membuat hidup kita tidak terasa hambar dan kita bisa menjalani hidup dengan lebih bahagia. 

Kita harus bisa tumbuh menjadi diri sendiri. Ketika bisa hidup dengan diri sendiri berarti kita mampu menjadi diri sendiri. Kita tidak perlu lagi memakai topeng untuk menutup diri sendiri.

Selanjutnya buku ini membahas tentang cinta bukanlah segalanya dalam hidup kita. Cinta memang terasa indah dan adiktif, namun itu bukanlah segalanya dalam hidup. 

Cinta tidak akan memperbaiki hidup kita. Kita memang mengidamkan cinta yang layak. Kita memang selalu haus akan cinta. Kita memang selalu ingin merasa dicintai. 

Kita ingin menyembuhkan seluruh sakit dalam hidup kita dengan cinta. Namun yang sebenarnya terjadi adalah kitalah yang harus melakukan itu terhadap diri kita sendiri. Kita memiliki kebutuhan lain, dan hanya kitalah yang dapat memastikan semua kebutuhan itu.

Di bab selanjutnya dijelaskan tentang apakah hidup ini hanya tentang kebahagiaan semata. Dalam buku ini diterangkan bahwa kita tidak akan bahagia jika hanya terus mencari sebuah kebahagiaan, dan kita tidak akan hidup bila terus mencari makna kehidupan. Kebahagiaan bukanlah tujuan hidup karena itu bukan sesuatu yang dapat dicapai atau dilihat. Memang kita butuh bahagia dalam hidup ini, tapi itu bukanlah segalanya. Dikatakan dalam buku ini bahwa yang terpenting dalam hidup adalah kita tidak menyesali setiap bagiannya. Hidup itu tidak instan, semuanya butuh usaha, dan kita harus mau berusaha agar bisa mewujudkan mimpi kita dan di masa depan bisa melihat hasil dari semua kerja keras kita sebelumnya.

Selain topik–topik di atas, buku ini juga menerangkan topik–topik lain, seperti bagaimana kita hidup berdasarkan pilihan kita sendiri, bagaimana agar kita tidak membandingkan diri kita dengan orang lain, bagaimana agar kita tidak terpatok dengan masa lalu, bagaimana agar kita bisa terfokus untuk mewujudkan mimpi kita, lalu juga tentang apakah diri kita adalah pribadi yang introvert (tertutup) atau extrovert (terbuka), kemudian bagaimana agar kita merasa diri kita berharga, dan lain – lain.

Untuk saya pribadi, bab yang menurut saya paling menarik adalah bab yang membahas tentang mencintai diri sendiri, dan juga tentang seberapa banyak kebohongan yang kita buat dalam hidup kita. Dalam topik mencintai diri sendiri atau self love, dijelaskan bahwa kita harus mencintai diri kita lebih dahulu, karena tidak ada orang lain yang bisa mencintai diri kita lebih dari kita mencintai diri sendiri. Jika mencintai diri sendiri, kita harus mau memaafkan segala kesalahan kita di masa lalu. Memaafkan diri di sini berarti kita telah melakukan introspeksi diri sehingga tidak akan mengulanginya lagi. Sama halnya dengan saat kita memaafkan orang lain, kita pasti berharap ia tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Ketika bisa menerima, mendukung, menjaga, berempati, serta menyayangi orang lain, kita juga harus bisa berlaku sama terhadap diri kita sendiri. Mencintai diri sendiri berarti kita telah menemukan kedamaian dalam diri kita.

Bab yang menarik selanjutnya adalah tentang seberapa sering kita berbohong. Dalam buku ini dijelaskan bahwa saking terlalu sering berbohong, seseorang bisa menjadikan berbohong sebagai kebiasaan. Bila terus mengatakan kebohongan, perlahan kita akan membenci diri sendiri. Kita juga akan kehilangan rasa percaya pada diri sendiri. Akibatnya, kita menjadi kesulitan untuk mencapai tujuan. Bahkan, lebih parahnya lagi, kita akan kehilangan identitas diri sendiri karena terlalu sering berbohong. Kebohongan itu seperti narkoba yang adiktif. Ketika sudah candu melakukan kebohongan, kita akan cenderung berbohong lagi dan lagi. Untuk itu kita harus mengontrol diri kita untuk mengurangi berkata bohong, dan lebih sering berkata jujur. Orang lain bisa saja berkata tidak jujur kepada kita. Namun karena kita tidak tahu kebenarannya, maka abaikan saja. Kita fokus pada diri sendiri dan meyakinkan diri untuk terus berkata jujur. Kita harus lebih percaya diri. Kita tidak boleh takut untuk mengatakan kejujuran.

Kesimpulannya, melalui buku ini, kita bisa lebih mempelajari apa yang terjadi dalam hidup dan bagaimana cara kita merespons apa yang terjadi dalam hidup. Buku ini bisa membuat kita merasa lebih baik, dan berhenti meratapi hidup. Kita juga dapat menemukan banyak kutipan–kutipan yang bisa membuat kita merenungkan apakah kita telah hidup dengan damai, tenang, dan senang. Buku ini juga dapat sedikit memberikan semangat dan keyakinan saat merasa hidup ini sulit, hingga membuat kita terluka. Semua kejadian dalam hidup ini pasti terjadi karena suatu alasan. Jadi, apapun masalahnya, hadapi saja. Semua masalah pasti punya jalan keluar.

Pereview :

Nama : Rindang Arifani Fadila

Pekerjaan : Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi S1 Farmasi

Dosen Pembimbing : Dr. Daroe Iswatiningsih, M.Si.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun