Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ini Narasi DSP Likupang-Sulawesi Utara sebagai Wisata Unggulan dan Terintegrasi

24 Maret 2022   06:41 Diperbarui: 24 Maret 2022   07:07 4041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daerah Super Prioritas Likupang (DSP Likupang-Sulawesi Utara) di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara bisa menjadi destinasi wisata tingkat dunia, asalkan didukung oleh "narasi" yang baik.

MENPAREKRAF Sandiaga Uno, menegaskan bahwa yang dibutuhkan pariwisata di era baru adalah pariwisata yang berkualitas sekaligus berkelanjutan.

"Saya berharap pembangunan dan pengembangan DSP Likupang mendorong perekonomian dan meningkatkan kapasitas dan kualitas SDM Sulawesi Utara...."

"....Selain itu, pelaksanaan Konferensi Internasional ini menjadi kesempatan untuk membangun kolaborasi dengan menggali semua potensi DSP Likupang dengan menggunakan parameter tiga T yaitu tepat manfaat, tepat sasaran, dan tepat waktu untuk kebangkitan ekonomi, membuka lapangan kerja seluas-luasnya di Sulawesi Utara, khususnya di Likupang" tegas Sandiaga Uno, Menteri PAREKRAF pada saat membuka Konferensi Internasional Likupang yang bertemakan "Likupang North Sulawesi: Discover The Hidden Paradise" yang digelar secara hibrida di Novotel Manado Golf Resort and Convention Center, Selasa (8/3/2022).

Dari sambutan Menparekraf, tampak bahwa untuk menjadikan DSP Likupang-Sulawesi Utara sebagai destinasi wisata unggulan dan terintegrasi, dibutuhkan  narasi yang baik.

"Sekarang ini, setelah pandemi, pasar pariwisata cenderung mengedepankan pelaku perjalanan yang ingin merasakan sesuatu saat bepergian, atau lebih dikenal dengan experience tourism" ungkap Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan KEMENPAREKRAF, Ibu Rizki Handayani Mustafa, saat menyampaikan sambutan pada Konferensi Internasional Likupang.

Sandiaga Uno Menteri PAREKRAF - Sumber Foto: Tangkapan Layar Pribadi
Sandiaga Uno Menteri PAREKRAF - Sumber Foto: Tangkapan Layar Pribadi

Kolaborasi Menciptakan Narasi Likupang

Konferensi itu terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama (10.00--11.30 WITA) membahas tentang Wisata Alam/Ekowisata Eksplorasi Daya Tarik Keindahan Alam Tanah Impian Likupang.

Strategi pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Sulawesi Utara yang disampaikan oleh Henry Richard Willard Kaitjily, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara.

Disampaikan bahwa Sulawesi Utara adalah tempat yang paling aman dan nyaman. Tak heran, jumlah wisatawan sejak 2016 hingga 2019 trennya meningkat terus. Jumlah wisman sebanyak 153.656 orang dan wisnus 2.200.00 orang. Namun sejak pandemi  terjadi penurunan jumlah wisatawan  di tahun 2021 yaitu sejumlah 18.367 orang wisman dan  446.824 orang wisnus.

Dari 900 destinasi wisata di seluruh Sulut,  ada 300 destinasi wisata yang mumpuni. Obyek wisata di Sulut didukung dengan pembangunan infrastruktur strategis, hotel dan restoran dan peningkatan kapasitas SDM.

Master Plan Pulisan Bay (Sumber Foto: Tangkapan Layar Pribadi)
Master Plan Pulisan Bay (Sumber Foto: Tangkapan Layar Pribadi)

Pulisan Bay akan dibangun sebagai kawasan  ekonomi khusus dalam upaya menjadikan DSP Likupang-Sulawesi Utara dan dibangun dengan konsep eco-tourism yang menawarkan alam, pantai, laut dan bawah laut yang indah dan menarik.

Konsultan dan pengamat pariwisata bahari, Prof. Christian Fenie mengingatkan kepada kita semua bahwa setiap destinasi wisata alam, dalam hal ini kelautan, haruslah tetap terjaga   pelestarian ekosistemnya  karena ini menjadi kunci pengembangan DSP Likupang-Sulawesi Utara.

Secara khusus, Fenie mempresentasikan kerusakan terumbu karang karena bom ikan yang dilakukan oleh oknum. Ikan paus yang mati di Wakatobi beberapa bulan yang lalu, perutnya berisi sampah plastik. Fenie mengimbau  agar laut bukan dijadikan TPA (tempat pembuangan akhir) atau jamban sampah. Ia mengajak semua pihak untuk tanpa henti melakukan konservasi alam demi kelangsungan biota laut atau the coral triangle.

Likupang adalah Wonderful Indonesia yang memiliki kekayaan alam laut, terumbu karang, dan ikan yang terbaik di dunia. Fenie mengingat hanya karena mendatangkan satu juta turis datang tapi sesudah itu kekayaan alam akan menjadi rusak dan lenyap karena ulah turis yang tidak mendukung konservasi alam seperti membuang sampah mulai dari sungai hingga ke laut.

"Don't let me be a plastic planet" (Jangan sampai kita membuat planet plastik) ajak Christian Fenie untuk selamatkan laut, selamatkan Likupang dan selamatkan Wonderful Indonesia.

Ilustrasi: Tangkapan Layar Pribadi via Kompas.com dan Kemenparekraf
Ilustrasi: Tangkapan Layar Pribadi via Kompas.com dan Kemenparekraf

Menanggapi narasi pariwisata yang berkolaborasi, Prof. Bet El Silisna Lagarense, Profesor Kepariwisataan Politeknik Negeri Manado menyebutkan bahwa destinasi pariwisata itu merupakan suatu area atau kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrasi yang di dalamnya terdapat unsur daya tarik, fasilitas, aksesibilitas, dan masyarakat yang saling terkait dan melengkapi untuk terwujudnya kegiatan kepariwisataan.

Menjadikan Likupang menjadi destinasi super prioritas dibutuhkan banyak hal. Kapasitas seluruh institusi dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan, akses, dan pelayanan industri pariwisata, partisipasi lokal, dan memberikan peluang untuk berinvestasi.

"Untuk mewujudkan itu semua, perlu empat pilar yang saling terkait dan terhubung satu sama lain dalam pengembangannya yaitu destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran pariwisata dan kelembagaan kepariwisataan. Empat pilar itu menjadi prinsip pariwisata berkelanjutan" lanjut Prof Bet EL Silisna Lagarense.

Narasi pariwisata berkelanjutan tak hanya berpengaruh pada lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya tetapi juga menyiapkan langkah-langkah strategis yang bersifat terpadu, berbasis konservasi sumber daya kelautan/kemaritiman, produk berstandar internasional, dan peningkatan kapasitas masyarakat sebagai pelaku utama kepariwisataan.

Kearifan lokal dan budaya lokal bisa ditampilkan seperti menikmati kuliner lokal (bubur Manado) dan budaya lokal (tari Kabasaran). Namun kemasan produknya juga harus dibenahi agar tidak mengundang kritik dari pemerhati lingkungan.

Aries Prasetyo, wartawan Kompas yang ikut dalam Ekspedisi Wallacea, menarik benang merah tentang pentingnya kekuatan kata-kata atau narasi untuk mempromosikan objek wisata. "Semenarik apapun objek wisata itu, tanpa dipromosikan atau dinarasikan dengan baik, ya akan menjadi hidden saja" kata Aries Prasetyo.

Ia mengambil contoh tentang batu bacan, pada zaman presiden SBY yang diberikan kepada Obama. Semula batu bacan ini hanya dipakai untuk ganjal pintu atau jendela, tetapi begitu batu bacan diberitakan dipakai oleh Obama, seorang presiden Amerika, banyak orang lalu datang ke pulau Bacan. Tak ayal, Pulau Bacan menjelma menjadi pasar wisata. Inilah contoh kekuatan cerita (storynomics tourism).

Pada tanggal 10 Juni 1859 Alfred R. Wallace, peneliti asal Inggris datang ke Manado dan kemudian melanjutkan perjalanannya hingga ke Likupang dan ke Pulau Lembeh dalam rangka penelitian keanekaragaman  hayati endemik di Sulawesi Utara. Jejak AR Wallace terlihat di Tangkoko dengan spesies kera pantat merah, Tarsius (mamalia terkecil di dunia) dan cetusannya tentang garis Wallacea.

Narasi DSP Likupang Berintegrasi dan Berkelanjutan

Pada sesi ke dua (13.00--15.00 WITA) menghadirkan lima narasumber yang diminta untuk menggali potensi integrasi Pariwisata Kawasan Likupang.

Dalam presentasinya, ke lima narasumber itu seperti menyepakati bahwa ecotourism menjadi potensi pariwisata DSP Likupang yang bisa digali dari kearifan lokal dan sosial budaya masyarakat setempat yang kemudian dikemas menjadi produk unggulan wisata berbasis experience tourism.

Paquita Widjaja Rustandi, Project Development Head PT MPRD, menyebutkan pentingnya konten sebagai kunci pengembangan pariwisata dan ekonomi kawasan Likupang.

Konten yang dimaksud adalah cerita atau narasi yang berasal dari budaya dan alam setempat. Pembangunan fisik infrastruktur meski dibangun sebagus apapun namun kalau tak ada narasi tentang tempat wisata itu, percuma saja.

Kekuatan narasi "Wallace Conservation Area" tentang area konservasi flora fauna dan biodata laut (protection zone) yang dilakukan secara terpadu oleh pemerintah, KLH dan aktivis lingkungan hidup, bisa dijadikan konten yang mampu menarik minat wisatawan untuk datang karena adanya konsep pariwisatanya berkelanjutan dan berkualitas.

Tak hanya itu, narasi budaya lokal pun perlu diangkat melalui pertunjukan tarian-tarian khas daerah atau museum budaya yang dibangun sebagai jembatan menuju "experience tourism" dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Peneliti dan Budayawan Minahasa, Dr. Paul Richard Renwarin, menyebutkan bahwa pariwisata Likupang terintegrasi dengan wisata alam laut pantai, wisata sosial, dan dengan community based tourism. 

Maka dari itu, paket wisata sosial bisa berupa wisata sejarah, wisata religi, dan wisata budaya yang ada di Sulawesi Utara sebagai daya tarik wisatawan.

"Menata ulang jalur purbakala yang napak tilasnya berupa waruga, Batu Pinawetengan dan timbunan kulit kerang purba di Remboken. Juga, jalur rempah abad 16-20 pada zaman VOC dan pemerintah Belanda dan jalur niaga Cina abad ke 13 pada dinasti Yuan-Ming bisa ditata kembali menjadi wisata sejarah" ungkap Dr. Richard Renwarin.

Lebih lanjut, wisata religi ini berkaitan dengan banyaknya sarana peribadatan berupa gereja, Bukit Doa, Goa  Maria dan tempat ziarah. Tak hanya itu, wisata religi terkait juga dengan wisata kubur di hari besar keagamaan.

Sedangkan wisata budaya, kata Dr. Renwarin, berkaitan dengan pesta rakyat yang didalamnya terdapat pertunjukkan tarian seperti tari Katrili, Tari Maengket dan lainnya.

Chef Ragil Imam Wibowo menyebutkan bahwa ragam kuliner lokal otomatis terintegrasi dengan pariwisata. Narasi kuliner lokal yang viral akan membuat wisatawan untuk datang dan tak hanya bepergian tetapi juga mencicipi kuliner khasnya. Tentu saja, kuliner lokal perlu dikemas dengan menarik sesuai dengan kebutuhan.

"Klapertart, kuliner yang berasal dari Belanda, diburu oleh wisatawan karena cita rasanya unik dan khas" sebut Chef Ragil.

Kuliner lokal lain yang sering diburu wisatawan untuk dijadikan oleh-oleh adalah ikan cakalang, sambal roa, manisan pala, kacang Kawangkoan, kopi susu, dan lainnya. Sedangkan yang langsung bisa disantap adalah mie cakalang, bubur Manado (Tinutuan), nasi kuning, ikan-ikan segar dan lainnya.

I Wayan Suwastana, Direktur Sales dan Marketing Pacto Convex mengatakan bahwa untuk mendatangkan wisatawan perlu dibuat produk-produk wisata berupa event-event promosi.

Kalender event seperti Festival Selat Lembeh, Tomohon International Flower Festival, Likupang Tourism Festival, Festival Pesona Bunaken yang sudah ada, perlu dilanjutkan lagi.

"Potensi event mampu mendatangkan banyaknya wisatawan dan menghasilkan uang hingga mencapai tahun 2029 meraup 1.135,4 US dollar dan proyeksi 2028 bisa meraup 1.552,9 US dollar dengan rata-rata pertumbuhan 11.20%. Event itu berupa music concert, festival, sport, pameran dan konferensi, corporate  event dan seminar, dan lainnya" sebut I Wayan Suwastana.

Selain membutuhkan narasi dan konten, DSP Likupang-Sulawesi Utara juga perlu punya networking karena ini sangat penting untuk mencapai target marketing yang didukung oleh branding, pasar wisata, mobile apps.

Wayan menyebutkan bahwa trend wisata 2022 ini mengarah pada pentingnya teknologi, personalisasi dan keahlian lokal, perjalanan yang terencana, berkelanjutan, keselamatan dan kesehatan, serta pulihnya  korporasi travel internasional.

Narasi terakhir disampaikan oleh Yozua Makes, CEO Plataran Indonesia. Beliau membagi pengalaman tentang bagaimana Plataran Indonesia membangun strategi destinasi unggulan berbasis ekowisata sehingga meraup banyak penghargaan dan pentingnya narasi yang dibuat secara digital.

Menjadikan ikon Indonesia dalam budaya, alam, binatang menjadi produk branding industri wisata yang mudah diterima oleh pasar wisata dunia. Untuk itu membangun ekosistem masyarakat yang bisa hidup bersama-sama dengan flora dan fauna di sekitar Plataran.

"Jadi, wisatawan yang datang ke Plataran sungguh bisa merasakan selebrasi ekosistem Indonesia yang sesungguhnya" tegas Yozua.

Yang tak kalah menarik untuk diperhatikan adalah pemutaran Looping Video pada saat pembukaan, istirahat dan akhir Konferensi Internasional Likupang.

Dari tayangan video itu, tergambar dengan indah betapa potensi DSP Likupang sungguh unik dan memiliki alam yang indah berupa bukit, pantai, pulau, dan bawah laut .

Kuliner dan budayanya juga menarik. Selain itu, DSP Likupang terintegrasi dengan objek-objek wisata lainnya di Sulawesi Utara seperti Danau Linow Tomohon, Bunaken, Batu Dinding Amurang, Pulau Lembeh, dan Air Terjun Talawaan.

Salam traveling! Marijo  ka Likupang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun