Saya baca di IG-nya. Lokasi yang ditulis di bio, Guwolelo, Nangrong, Gladangsari, Boyolali. Bahkan di situ dicantumkan, nomor telpon untuk reservasi. Tapi saya putuskan untuk tidak menghubungi. Saya mau mencoba cara "go show" saja.
Kembali Google Maps menjadi penunjuk jalan yang diandalkan dalam traveling kali ini. Gerimis dan kabut serta jalan yang hanya bisa dilewati satu mobil, mewarnai perburuan kami. Untung, saat itu tidak berpapasan dengan mobil. Hanya bertemu sepeda motor.
Udara sejuk dingin mulai terasa di badan saat kaca mobil saya buka. Â AC mobil saya matikan, karena saat memasuki jalan yang dicor semen kondisinya menanjak. Lampu mobil pun saya nyalakan karena berhadapan dengan kabut.
Akhirnya, lokasi yang kami cari ketemu. "Anda sudah sampai pada tujuan" kata mbaknya di Google Maps. Setelah memarkir, saya mencari lokasi resepsionis. Tak ada tandanya. Lalu saya berjalan menuju ke Cafe. Bertanya ke salah satu penjaga Cafe.
"Mbak, saya mau nginap di sini bisa nggak? Tapi saya belum booking. Kalau tidak bisa, ya nggak apa-apa. Saya langsung turun pulang" tanya saya ke salah satu penjaga Cafe. Saya lihat raut muka mbaknya seperti terkejut. Tiba-tiba kok ada orang mau menginap.
"Saya tanyakan ke manajer saya dulu, ya Pak" jawabnya. Saya mengangguk dan saya lihat mbaknya langsung menghubungi lewat HT. Tak lama kemudian saya diperkenalkan dengan Mas Boni.
Kami mengobrol seputar Kema Merbabu yang mengusung konsep Glamping, Kemah Mewah. Mas Boni menyampaikan bahwa Kema Merbabu ini, masih "trial opening" karena belum diresmikan. Tapi, sudah menerima tamu. Katanya sebelum saya tiba, malam minggu kemarin dipakai oleh rombongan keluarga.
"Mohon maaf sebelumnya ya Pak. Glamping kami yang sudah ready, yang tipe standar. Yang deluxe dan suite, belum dibersihkan" ucap Mas Boni. Langsung saya mengiyakan saja. Karena saat itu, hujan gerimis dan udara terasa makin dingin dan mulai menggigilkan badan.