Keindahan pulau seperti ini mengingatkan saya pada pulau Lihaga, Likupang dan Taman Nasional Bawah Laut Bunaken. Dua destinasi wisata andalan Sulut ini mulai meredup gegara sampah. Sungai Jengki dan sungai (DAS) Tondano ditengarai menjadi pemasok sampah plastik yang mengapung hingga ke laut dari pantai Manado sampai teluk Bunaken.
Demikian juga, pulau Lihaga tak berpenghuni, namun pasir putih dan air lautnya yang jernih mengundang wisatawan untuk datang. Sayangnya, setiap wisatawan yang datang ke Lihaga selalu meninggalkan sampah plastik bekas air mineral, pembungkus snack atau kembang gula. Kendati sudah diupayakan tempat pembuangan sampah dengan membuat lubang sampah, tak sedikit tas kresek tertinggal di pinggir pantai berpasir putih.
Untuk mengangkat pamor Bunaken dan Lihaga, sebagai destinasi wisata "lautku bebas sampah plastik" telah dilakukan pembersihan sampah di sepanjang aliran sungai dan pulau Bunaken. Berkali-kali pihak BUMN dan swasta dilibatkan dalam upaya bersih-bersih sampah laut Bunaken.
Miris rasanya begitu mendengar Bunaken dan Lihaga meredup dari kunjungan wisatawan gegara sampah. Beberapa objek wisata yang pernah saya kunjungi seperti Nusa Penida, Nusa Lembongan masih kelihatan bersih dari sampah plastik dibandingkan objek wisata sepanjang pantai Kuta hingga pantai Seminyak yang sudah "tercemar" oleh sampah plastik. Untung di pantai Tetingen, masih bebas dari sampah, dan tampah bersih sehingga saya bisa menikmati "sunset"nya Bali.
Yang membuat saya senang berwisata di Raja Ampat tak lainn karena laut di sekitar Wajag, Piaynemo dan Arborek sungguh jernih dan bersih karena tak terlihat sampah mengapung. Tak heran, setiap kali menginjakkan kaki di lokasi wisata itu, saya selalu melihat turis dengan berbagai aktivitas baharinya seperti snorkeling, diving atau sekedar berjemur di pasir putih.
Kami pun tak lepas dari membawa sampah selama perjalanan. Sampah plastik bekas minuman air mineral, makanan ringan yang kami bawa dari Waisai untuk bekal makan minum kami selama perjalanan ke pulau-pulau.
"Indonesia juara kedua sebagai penghasil sampah plastik laut di dunia, setelah China kemudian disusul Pilipina, Vietnam dan Sri Lanka. Setiap tahun Indonesia membuang 1,2 juta ton sampah di laut" pancing saya setelah selesai makan siang di pondok bambu Arborek. Seperti tidak percaya pada omongan saya, Yansen, siswa asal Kendari, manyambung "Masak iya pak. Kalau begitu laut Indonesia sudah tercemar oleh sampah?"
"Sampah plastik yang mengalir ke laut ini menjadi perhatian dalam konferensi kelautan PBB pada awal Juni ini. Di sana pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik di laut sampai 70% pada 2025 mendatang" pernyataan ini diakui oleh Deputi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman Safri Burhanudin.