Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Legenda Danau Batur, Hangatnya Rendam di Toya Devasya

15 Januari 2016   09:18 Diperbarui: 15 Januari 2016   09:36 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Rendam kesehatan di kolam air panas Toya Devasya"][/caption]Daya pikat objek wisata Bali, rasanya tak pernah luntur. Meski sudah berkali-kali saya mengunjungi pulau Dewata ini, entah kenapa kaki ini terasa gatal kalau tidak “mampir” di Bali. Itulah yang terjadi saat liburan tahun baru 2016 yang lalu. 

Nama Penelokan (tempat untuk melihat-lihat) Kintamani (1400 mdpl) sudah tidak asing lagi bagi wisatawan.  Di situ, selain udara yang sejuk, menikmati  keindahan (terutama saat matahari terbit) panorama alam Gunung Batur dengan Danau Baturnya di desa Pekreman Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali sebaiknya janganlah terlewatkan. 

Akses menuju ke lokasi wisata itu berjarak 65 km dari Denpasar. Dibutuhkan kurang lebih tiga jam perjalanan dari bandara Ngurah Rai, dengan catatan kondisi lalu lintas lancar. 

Tak hanya sebatas memandang atau melepas lelah sambil menikmati eksotiknya lanskap pegunungan dan danau Batur yang bercampur bebatuan hitam akibat letusan Gunung Batur (2000), namun wisata Kintamani memberikan banyak pilihan. Desa Trunyan, Toya Bungkah, Kuliner ikan di rumah makan apung Danau Batur, Geopark, Pura Ulun Danu Batur, Museum Vulkanologi dan tersedia banyak penginapan.

 [caption caption="Resto Apung Tepian Danau Batur"]

[/caption]Semisal Desa Trunyan dikunjungi karena memiliki keunikan pada ritual pemakaman adat masyarakat Bali Aga yang jenazahnya tak perlu dikubur, tetapi diletakkan begitu saja di atas tanah. Tak ayal, wisatawan mendapatkan sensasi ngeri dan unik saat melihat tengkorak “berserakan” di kuburan. Anehnya, mayat itu tidak mengeluarkan bau tak sedap. Untuk itu, wisatawan perlu menyewa perahu dari dermaga tepian Danau Batur seharga Rp. 600.000,- untuk sepuluh orang per perahu. 

Langit masih cerah. Terik matahari membuat sedikit panas di dalam mobil yang AC tidak maksimal. Setelah mengunjungi taman edukasi “Kemenuh Butterfly Park” di Gianyar (5/1), mobil bergerak ke arah Kintamani melalui jalan Nusantara. Maksud hati ingin berkunjung ke museum Vulkanologi Kintamani, tapi apa daya museum sudah tutup. Padahal saat itu, jarum jam menunjuk angka dua siang. 

Karena itu, mobil melaju ke arah Penelokan. Sepanjang jalan Penelokan tampak banyak wisatawan manca negara dan domestik, asyik memandang hamparan danau Batur dan Gunung Batur dan Gunung Agung.

 [caption caption="Resto Apung, Danau Batur dan Prgunungan"]

[/caption]Dari Penelokan kami berbelok ke kanan dan jalan menurun. Nama jalan adalah Windu Sara. Pengguna, harus ekstra hati-hati.. Kondisi jalannya turun curam serta berkelok-kelok. Tak jarang akan beriringan dan berpapasan dengan truk-truk pengangkut pasir. Inilah jalan utama menuju tepian danau Batur dan dermaga perahu ke Desa Trunyan. 

Rasa lapar yang sudah ditahan sejak tadi, akhirnya terbanyar ketika tiba di Resto Apung tepian Danau Batur. Tiba di gazebo apung, kami langsung memesan ikan Nilai bakar, Sup Ikan Nila dan Goreng Nila plus tumis kankung dan saya memesan segelas es jeruk. Perut tak lagi keroncongan ketika menyantap makanan yang dipesan. 

 

Legenda Danau Batur, Kebo Iwa 

Indahnya Danau Batur yang dikelilingi oleh Gunung Batur, Gunung Agung makin menambah selera makan kami. Langit biru dan hijaunya pegunungan terasa melembutkan hati untuk mensyukuri alam ciptaan Tuhan ketika melihat jernihnya air danau.

 [caption caption="Gunung Batur"]

[/caption]Sambil menyantap, teman dan sopir saya, mulai bercerita, “Legenda Danau Batur tak lepas dari cerita tentang raksasa rakus yang bernama Kebo Iwa. Sebenarnya Kebo Iwa ini suka menolong penduduk desa dalam membangun rumah, membuat sumur dan mengangkat batu-batu besar. Imbalannya, penduduk secara rutin menyiapkan makanan karena Kebo Iwa suka makan banyak. Lama kelamaan, penduduk tidak bisa menyediakan makanan karena porsinya semakin banyak. Maka mengamuklah Kebo Iwa dengan melakukan pengrusakan apa saja yang ditemui termasuk rumah-rumah penduduk, kebun dan sawah. Tibalah musim kemarau dan panen gagal. Penduduk susah untuk  mendapatkan makanan. Kebo Iwa juga kelaparan. Lalu, marah dan merusak apa saja termasuk Pura tempat ibadat. Kebo Iwa juga mengejar dan membunuh warga. Karena itu, munculah ide bagaimana caranya membunuh Kebo Iwa”. 

Penduduk yang dipimpin Kepala Desa mengadakan kesepakatan dengan Kebo Iwa. Isi kesepakatannya adalah apabila Kebo Iwa bisa memperbaiki rumah-rumah yang dirusak, maka akan disediakan makanan. Tak hanya rumah, tetapi jika Kebo Iwa bisa membuat sumur maka makanan akan diberikan lebih banyak. 

Kebo Iwa setuju dan mulailah menggali sumur besar. Sementara Kebo Iwa menggali, penduduk mengumpulkan batu kapur di pinggiran sumur. Kebo Iwa sempat curiga soal batu-batu kapur itu, namun karena dijanjikan makanan yang lebih banyak, Kebo Iwa tetap menggali sumur sampai airnya keluar dan membanjiri. Kebo Iwa istirahat dan menyantap makanan yang telah disediakan hingga mengantuk dan tertidur. Pada saat itulah, penduduk melemparkan batu-batu kapur ke arah Kebo Iwa yang terlelap dan baru sadar saat air sudah tinggi. Kebo Iwa mati tenggelam, dan air itu akhirnya menjadi Danau Batur. 

Selesai bercerita, saya merasa menyatu dengan Danau Batur yang tidak hanya melihat-lihat kehindahan panorama alam dan kuliner saja.  

 

Toya Bungkah, Toya Devasya 

Roda mobil bergerak ke arah Toya Bungkah. Aksesnya mudah, karena hanya mengikuti jalan ke arah bebatuan hitam bekas lahar letusan Gunung Batur. Gunung stratovolcano ini meletus sebanyak 26 kali sejak 1804 hingga 2005. Yang paling dahsyat 2 Agustus hingga 21 September 1926 dan berakibat Desa Batur dan Pura Ulun Danu Batur tertimbun lahar panas. 

Memasuk jalan yang ditumbuhi pepohonan rindang, terlihat penunjuk jalan ke Toya Devasya Natural Hot Spring. Tempat itulah yang kami tuju. Tak begitu sulit mencari lokasi permandian air panas karena papan penujuk begitu jelas. Di halaman parkir banyak kendaraan pengunjung.

 [caption caption="Toya Bungkah Ke kiri"]

[/caption]Setelah membayar tiket masuk seharga Rp. 60.000,- untuk dewasa  dan Rp. 30.000,- untuk anak-anak maka kami masuk . Tiket sudah termasuk welcome drink dan handuk. Tersedia juga  locker dengan kuncinya untuk simpan barang pribadi. 

Sejuh mata memandang dari dekat kolam, Toya Devasya memberikan kenyamanan bagi pengunjung untuk melakukan aktivitas berendam di air panas. Untuk itu, tersedia berbagai macam ukuran kolam. 

“Kolam yang menghadap Danau Batur, lebih diminati oleh pengunjung untuk berendam daripada kolam lainnya” ujar saya kepada teman. “Di situ dekat dengan café. Jadi sambil berendam bisa pesan bir atau makanan kecil lainnya” timpal teman saya.

 [caption caption="Pinggir Kolam Indah Pemandangannya"]

[/caption]Di pinggir kolam ada patung-patung gajah yang memuncratkan air panas sehingga tak sedikit yang memanfaatkan untuk  “spa punggung”  yaitu jatuhnya air digunakan untuk memijat punggung dan kepala.  Kepenatan dan keltihan badan terasa hilang setelah berendam di Toya Devasya. 

“Di sini bisa camping dan outing buat kelompok lho. Atau mau camping secara pribadi bisa juga. Untuk itu, pihak pengelola menyebutnya camping resort” kata teman saya. Informasi ini membuat saya melihat lokasi camping di sebelah Utara kolam. Tenda-tenda warna ungu tampak siap dipakai dan saya lalu mendekat ke dalam tenda. Terlihat spring bed, lampu baca, selimut dan ada juga sleeping bed.

 [caption caption="Camping Resort"]

[/caption]“Tenda rasa hotel berbintang” batin saya. Tenda-tenda itu dipasang bukan di atas tanah melain di atas pleseteran semen dan dinaungi oleh atap seng. Satu blok rata-rata terdapat lima tenda terpasang. Lokasi api unggun pun dan beberapa meja kursi dari kayu juga tersedia. Sungguh ini camping resort yang memanjakan wisatawan yang ingin berkemah baik pribadi maupun rombongan. 

Penggemar sepeda gunung atau perahu kano pun bisa dilakukan di lokasi Toya Devasya ini. “kalau tahu sebelumnya, tak hanya berendam air panas saja tapi sensasi camping resort dan aktifitas outingnya perlu dicoba” kata saya pada teman. Dia hanya tersenyum dan sepertinya ia ingin menyatakan memang diperlukan perencanaan matang dalam berwisata.

Salam wisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun