[caption caption="Rendam kesehatan di kolam air panas Toya Devasya"][/caption]Daya pikat objek wisata Bali, rasanya tak pernah luntur. Meski sudah berkali-kali saya mengunjungi pulau Dewata ini, entah kenapa kaki ini terasa gatal kalau tidak “mampir” di Bali. Itulah yang terjadi saat liburan tahun baru 2016 yang lalu.
Nama Penelokan (tempat untuk melihat-lihat) Kintamani (1400 mdpl) sudah tidak asing lagi bagi wisatawan. Di situ, selain udara yang sejuk, menikmati keindahan (terutama saat matahari terbit) panorama alam Gunung Batur dengan Danau Baturnya di desa Pekreman Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali sebaiknya janganlah terlewatkan.
Akses menuju ke lokasi wisata itu berjarak 65 km dari Denpasar. Dibutuhkan kurang lebih tiga jam perjalanan dari bandara Ngurah Rai, dengan catatan kondisi lalu lintas lancar.
Tak hanya sebatas memandang atau melepas lelah sambil menikmati eksotiknya lanskap pegunungan dan danau Batur yang bercampur bebatuan hitam akibat letusan Gunung Batur (2000), namun wisata Kintamani memberikan banyak pilihan. Desa Trunyan, Toya Bungkah, Kuliner ikan di rumah makan apung Danau Batur, Geopark, Pura Ulun Danu Batur, Museum Vulkanologi dan tersedia banyak penginapan.
[caption caption="Resto Apung Tepian Danau Batur"]
Langit masih cerah. Terik matahari membuat sedikit panas di dalam mobil yang AC tidak maksimal. Setelah mengunjungi taman edukasi “Kemenuh Butterfly Park” di Gianyar (5/1), mobil bergerak ke arah Kintamani melalui jalan Nusantara. Maksud hati ingin berkunjung ke museum Vulkanologi Kintamani, tapi apa daya museum sudah tutup. Padahal saat itu, jarum jam menunjuk angka dua siang.
Karena itu, mobil melaju ke arah Penelokan. Sepanjang jalan Penelokan tampak banyak wisatawan manca negara dan domestik, asyik memandang hamparan danau Batur dan Gunung Batur dan Gunung Agung.
[caption caption="Resto Apung, Danau Batur dan Prgunungan"]
Rasa lapar yang sudah ditahan sejak tadi, akhirnya terbanyar ketika tiba di Resto Apung tepian Danau Batur. Tiba di gazebo apung, kami langsung memesan ikan Nilai bakar, Sup Ikan Nila dan Goreng Nila plus tumis kankung dan saya memesan segelas es jeruk. Perut tak lagi keroncongan ketika menyantap makanan yang dipesan.
Legenda Danau Batur, Kebo Iwa
Indahnya Danau Batur yang dikelilingi oleh Gunung Batur, Gunung Agung makin menambah selera makan kami. Langit biru dan hijaunya pegunungan terasa melembutkan hati untuk mensyukuri alam ciptaan Tuhan ketika melihat jernihnya air danau.
[caption caption="Gunung Batur"]
Penduduk yang dipimpin Kepala Desa mengadakan kesepakatan dengan Kebo Iwa. Isi kesepakatannya adalah apabila Kebo Iwa bisa memperbaiki rumah-rumah yang dirusak, maka akan disediakan makanan. Tak hanya rumah, tetapi jika Kebo Iwa bisa membuat sumur maka makanan akan diberikan lebih banyak.
Kebo Iwa setuju dan mulailah menggali sumur besar. Sementara Kebo Iwa menggali, penduduk mengumpulkan batu kapur di pinggiran sumur. Kebo Iwa sempat curiga soal batu-batu kapur itu, namun karena dijanjikan makanan yang lebih banyak, Kebo Iwa tetap menggali sumur sampai airnya keluar dan membanjiri. Kebo Iwa istirahat dan menyantap makanan yang telah disediakan hingga mengantuk dan tertidur. Pada saat itulah, penduduk melemparkan batu-batu kapur ke arah Kebo Iwa yang terlelap dan baru sadar saat air sudah tinggi. Kebo Iwa mati tenggelam, dan air itu akhirnya menjadi Danau Batur.
Selesai bercerita, saya merasa menyatu dengan Danau Batur yang tidak hanya melihat-lihat kehindahan panorama alam dan kuliner saja.
Toya Bungkah, Toya Devasya
Roda mobil bergerak ke arah Toya Bungkah. Aksesnya mudah, karena hanya mengikuti jalan ke arah bebatuan hitam bekas lahar letusan Gunung Batur. Gunung stratovolcano ini meletus sebanyak 26 kali sejak 1804 hingga 2005. Yang paling dahsyat 2 Agustus hingga 21 September 1926 dan berakibat Desa Batur dan Pura Ulun Danu Batur tertimbun lahar panas.
Memasuk jalan yang ditumbuhi pepohonan rindang, terlihat penunjuk jalan ke Toya Devasya Natural Hot Spring. Tempat itulah yang kami tuju. Tak begitu sulit mencari lokasi permandian air panas karena papan penujuk begitu jelas. Di halaman parkir banyak kendaraan pengunjung.
[caption caption="Toya Bungkah Ke kiri"]
Sejuh mata memandang dari dekat kolam, Toya Devasya memberikan kenyamanan bagi pengunjung untuk melakukan aktivitas berendam di air panas. Untuk itu, tersedia berbagai macam ukuran kolam.
“Kolam yang menghadap Danau Batur, lebih diminati oleh pengunjung untuk berendam daripada kolam lainnya” ujar saya kepada teman. “Di situ dekat dengan café. Jadi sambil berendam bisa pesan bir atau makanan kecil lainnya” timpal teman saya.
[caption caption="Pinggir Kolam Indah Pemandangannya"]
“Di sini bisa camping dan outing buat kelompok lho. Atau mau camping secara pribadi bisa juga. Untuk itu, pihak pengelola menyebutnya camping resort” kata teman saya. Informasi ini membuat saya melihat lokasi camping di sebelah Utara kolam. Tenda-tenda warna ungu tampak siap dipakai dan saya lalu mendekat ke dalam tenda. Terlihat spring bed, lampu baca, selimut dan ada juga sleeping bed.
[caption caption="Camping Resort"]
Penggemar sepeda gunung atau perahu kano pun bisa dilakukan di lokasi Toya Devasya ini. “kalau tahu sebelumnya, tak hanya berendam air panas saja tapi sensasi camping resort dan aktifitas outingnya perlu dicoba” kata saya pada teman. Dia hanya tersenyum dan sepertinya ia ingin menyatakan memang diperlukan perencanaan matang dalam berwisata.
Salam wisata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H