Yang main bukan hanya kami. Hiruk pikuk terlihat di sepanjang pantai. Lebih dari lima provider water sport melayani rombongan untuk wisata bahari. Belum kapal-kapal yang digunakan menarik parasailing, banana boat, flyingfish, membawa ke Pulau Penyu. Wow ramai dan padatnya wisatawan kalau pas liburan begini.
Saya sudah empat kali datang ke sini. Hampir semua permainan sudah saya coba. Kali ini saya hanya monitoring saja untuk lihat keasyikan mereka bermain. Tak lupa jepret mereka dengan kamera saya dan kamera yang dititipkan ke saya. Mat Kodak kalee..!!!
[caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Melukis langit biru (dokpri)"]
[caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Asyik Ditonton (dokpri)"]
Di antara wahana permainan itu, yang menarik ditonton adalah parasailing. Sebuah boat menarik kencang penerjun dengan parasut yang mengembang. Mengudara tak lebih dari lima menit. Asyik dilihat dari pinggir pantai. Sesekali melihat flyingfish mengudara di antara parasailing. Yang lain bermain jauh dari pantai sehingga tidak melihat secara menyeluruh. Sepintas awal dan akhirnya saja di pinggir pantai.
Langit masih kelabu oleh gumpalan awan. Keceriaan bercampur perasaan uji nyali menghiasi para pemain begitu kaki menginjakkan kembali lembutnya pasir putih pantai Tanjung Benoa.
Tak terasa jam sudah lewat 12 siang. Kampung tengah sudah mulai keroncongan. Rombongan ke pulau Penyu belum kembali. Dihubungi dan kemudian mendapat jawab masih otw pulang. Menunggu sudah. Sementara itu, spot wisata ini silih berganti dikunjungi wisatawan terutama rombongan sekolah.
[caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Angin ke laut, tanda stop parasailing (dokpri)"]
"Kok nggak ada lagi parasailingnya, Bli?" tanya saya heran. "Ada perubahan angin. Sekarang arah angin ke laut bukan ke darat. Ini bahaya buat parasailing dan parasut akan basah kena air laut" jawab Bli petugas parasailing. Saya baru paham. Jadi ada baiknya datang pagi. Kalau lewat jam satu siang, angin berubah arah. Itulah pentingnya bangun pagi saat wisata. Jangan karena libur, lalu seenaknya bangun pagi.
Rumah makan padang kami masuki untuk makan siang. Berbeda dengan masakan Manado, all you can eat hanya 25 ribu. Tapi kalau di sini, apa yang kamu makan itu yang kamu bayar. Nah, hargai perbedaan itu, maka kamu akan menikmatinya meski berat diongkos. Gimana lagi he he he.
GWK kami lewati. Tak jauh dari itu, Puja Mandala, tempat sembahyang lima agama (Mesjid, Gereja, Pura, Klenteng) di Nusa Dua, juga kami lewati. Badan bus masih berada di jalan menuju ke Ulu Watu. Tapi kami belok ke kiri menuju ke pantai Pandawa.