Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Beban Bias Gender dan Stereotip bagi Perempuan yang Menunda Pernikahan

19 Februari 2024   16:40 Diperbarui: 19 Februari 2024   18:13 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menunda menikah. Foto: Tomorrowsworld 

Masyarakat perlu menghargai pilihan hidup perempuan dan tidak menjustifikasi kebahagiaan perempuan berdasarkan status pernikahannya.

Ketiga, media perlu menampilkan representasi perempuan yang lebih beragam. Media perlu menunjukkan bahwa perempuan memiliki berbagai pilihan hidup dan tidak semua perempuan harus menikah. 

Media dapat menampilkan perempuan yang sukses dalam karir, pendidikan, dan bidang lain tanpa mengaitkannya dengan status pernikahan.

Jadi, menikah adalah pilihan, bukan kewajiban. Perempuan berhak menentukan kapan mereka ingin menikah. 

Beban bias gender dan stereotip tentang pernikahan terlambat harus dihilangkan. Perempuan harus bebas untuk memilih jalan hidup mereka tanpa dihakimi.

Oleh: Julianda BM 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun