Mohon tunggu...
Lora
Lora Mohon Tunggu... -

Membaca membuat pintar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Agama, Kitab Suci dan Politik di Satukan untuk Membidik Ahok

15 November 2016   05:56 Diperbarui: 4 April 2017   16:41 3847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ketiga, memberi masukan-masukan kepada para petinggi penyelenggara Negara (para pejabat.) dengan tanpa terselipi kepentingan, menjadi sangat fatal bila masukan atau sumbang saran ulama yang terdapat di satu organisasi tersebut terselipi oleh kepentingan kelompok atau individu, hal ini jelas keluar dari kesucian agama.

Hal lainya adalah sebagai garda terdepan pemberi kritik kepada penguasa, jika penguasa tersebut korup dan keluar dari norma-norma etika, jika point ketiga yang Saya sebut di atas di jalankan dengan baik, maka sedikit pejabat atau penyelenggara negara yang korup,(minimal memperkecil prosentase.) menjadi pertikaian tingkat ulama bila point ketiga tersebut di jalankan hanya karena kepentingan kelompok atau  individu, yang timbul di kemudian hari adalah ulama A membela atau membenarkan si B, dan Ulama C membela dan membenarkan si D.kontradiksi akan terus terjadi.

Timbulnya saling mempertontonkan kekuatan.(mungkinkan ini sebuah penistaan Agama yang tidak tersadari? )

Dalam politik, secara tersadari maupun tanpa tersadari, kebanyakan orang (ulama) tergelincir. semisal saja orang tersebut menjadi juru kampanye, maka mulailah juru kampanye bersilat lidah, di karenakan kedudukanya seorang ulama yang hafal banyak ayat Kitab Suci dan Hadits, di tambah juga mengantongi pendapat para ulama pendahulunya, maka disinilah dia akan menjual dan menukar ayat-ayat Kitab suci dengan harga murah.(untuk berpolitik.) selanjutnya dekat dengan pejabat, dan hanya pendapatnya saja yang berlaku untuk si pejabat.pendapat kebersamaan antar ulama terlupakan.

Saya sebut point-point sederhana di atas sangatlah penting pada point ketiga, karena pada point ini selain bisa menimbulkan friksi, juga bisa menjadi alat oleh masing-masing kelompok,seperti kelompok pejabat, kelompok partai, dan kelompok lain-lain.(Anggota Dewan,Konglomerat,LSM dan sebagainya.) pada akhirnya bila sudah mencapai level kepentingan tertentu, maka mereka satu sama lain akan mempertontonkan kekuatanya. Yang terjadi selanjutnya adalah melakukan perlawanan, melakukan teror dan intimidasi satu dengan lainya,melakukan hasutan serta propaganda, hingga menjegal dan menghancurkan satu sama lain.bila hal tersebut terjadi, bisakah mereka di sebut telah menistakan agama sendiri.?

Harus kita sadari bersama betapa sulitnya membangun kebersamaan karena banyaknya ragam,(Suku,Agama,Ras dan Golongan.) di sini saya melihat hal yang sangat menarik adalah pasca Jokowi berkuasa, pertama pembangunan pondasi kebinekaan kebangsaan yang sudah sangat jelas terlihat,dari sabang hingga merauke Jokowi coba terus menerus memberikan kesetaraan, tanpa bermaksud mendiskreditkan pemerintahan masa lalu, atau pemerintahan sebelumnya, yang kedua Saya ingin mengatakan, dominasi organisasi keagamaan pada saat Jokowi menjadi Presiden RI menjadi sejajar,atau tidak ada mayoritas di atas.betapa hal yang sangat sulit telah di lakukan oleh Jokowi, di sini saya sebut Jokowi berhasil memberikan kesejukan dalam kesetaraan. Jokowi telah mengakomodasi kesemuanya Demi kebinekaan.

Lalu apakah dengan polemik tentang Ahok kita sebagai warga Negara yang beradab ingiin merusak tatanan toleransi negri ini,? siapakah yang paling berhak mengatakan ahok bersalah atas ucapanya tersebut.? Hukum belum bekerja maksimal namun kita sudah menghakiminya,pantaskah kita (Saya) di sebut sebagai manusia beradab? Jika memang benar Ahok bersalah, lihatlah kadar penyebab kesalahanya tersebut, sekali lagi saya sebut penyebabnya, mengapa kita cenderung sangat senang dengan kesalahan seseorang tanpa melihat bagaimana proses kesalahan tersebut bisa terjadi,

Pentingnya menjaga kerukunan antar umat beragama.

Negara kita ini adalah Negara yang memiliki keberagaman. kita memiliki banyak Suku,kita memiliki banyak kebudayaan.dan kita memiliki 6 Agama di negeri ini, kehebatan yang luar biasa dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.dan keutuhan NKRI sangat bergantung dengan kerukunan antar anak bangsanya.dan semua tujuan agama sangat jelas terpampang dalam kitab sucinya masing-masing. Kita mengetahui agama membentuk manusia menjadi lebih religius, agama menjadikan manusia bermoral, dan Agama membentuk individu menjadi bijak.masih pantaskah kita (Saya) di sebut bijak jika selalu mempermasalahkan dan mencari-cari kesalahan orang lain ,bukan kah Agama dalam salah satu ajaranya mengajak untuk saling memaafkan.?

Akan lebih baik bila masing-masing dari kita saling mengintropeksi diri, carilah dengan sendiri celah-celah kesalahan pribadi, lalu memperbaikinya, biarkan Ahok memperbaiki dirinya sendiri dengan di bantu oleh pemuka agamanya, jangan jadikan Ahok sebagai target kebencian,Karena Agama tidak mengajarkan ini, dan yang paling penting adalah, berilah toleransi kepada Negara agar tetap utuh mengayomi rakyatnya.

Salam Lora

Sumber bacaan Islam : ensiklopedi islam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun