Alkisah, seorang cucu nabi, yang hidup diantara tahun ke 4 hijriyah sampai 61 hijriyah, harus tewas ditangan orang-orang yang mengaku mengimani nabi. Kalian tahu, cucu rosulullah yag memiliki muka merah, tampan rupawan, dan banyak disanjung di kalangan para sahabat ketika Sang Nabi masih hidup, adalah cucu yang pernah membuat Sang Nabi menangis, lantaran saking sayangnya nabi kepada beliau?
Ibarat kucing, muka imut hanya stimulus, ada sesuatu terselubung  dibendung. Kalian tahu, pada saat itu sudah banyak tokoh yang pengaruhnya melebihi Husain, cucu Rasulullah?
Ya.Bukti autentik bahwa Husain merupakan khalifah penerus nabi telah diingkari. Kursi khilafah, yang seharusnya dipegang oleh sosok yang tepat, harus jatuh pada penguasa sesat.
Ialah Yazid bin Muawiyah, tokoh yang berkuasa kala itu, dengan dalih keamanan politik, memaksa cucu Rasulullah untuk tunduk dan berbaiat kepadanya. Sedang Husain, baiat adalah petunjuk Tuhan, bukan semata-mata kecocokan.
Tensi politik yang meninggi, menjadikannya sebagai status pelarian. Maka, dengan segala kekuatan yang dimiliki, Yazid bin Muawiyah mengerahkan seluruh pasukan mengejar Sayidina Husain. Bagaimanapun bentuknya, jika Husain menolak baiat, ia adalah pembangkang.
Di tempat lain, Husain bersama rombongan kecilnya melakukan perjalanan panjang, Madinah-makkah, ditempuhnya guna menghindari kejaran tentara Yazid bin Muawiyah. Tidak lebih dari seratus orang yang terdiri dari wanita dan anak-anak, menyusuri padang tandus nan gersang. Tak ada pertolongan, sebab penduduk Makkah terlebih dulu ciut nyali saat mengetahui ada Husain di dalam rombongan. Maka, di sepanjang perjalanan, hanya mata-mata penuh iba yang tersirat dari mereka, bibir-bibir saling berbisik, dan ketakutan yang mencekam.
Tak ada sambutan. Makkah yang dianggap tempat perlindungan bagi Husain dan rombongan, malah menimbulkan keresahan bagi penguasa yang bersangkutan. Bagaimanapun juga, Husain adalah buronan.
Dalam kemelut dan keresahan rombongan di Makkah, situasi yang membuat cucu Rasulullah dilema, tak seorang pun berani menerimanya dan memberi perlindungan. Pada saat itu, datanglah surat dari penduduk Kufah yang berniat baiat kepada Al-Husain. Mereka adalah para penduduk Kufah yang notabene merupakan mantan pengikut setia Sayidina Ali, berniat menebus dosa-dosa masa lalu. Bagi mereka, satu-satunya penebus dosa hanyalah satu. Baiat kepada Husain.
Setiap hari, surat datang silih berganti, ajakan dan pinangan penduduk kufah datang  bertubi-tubi.
Secercah harapan tersirat dari cucu Nabi, muka berbinar, dan dengan keikhlasan hatinya melupakan dosa-dosa masa lalu, Husain  memantapkan diri. Hijrah ke Kufah.
Namun, untuk memastikan bagaimana reaksi penduduk Kufah, Husain terlebih dulu mengutus Hani bin Urwah ke Kufah. Tiga hari yang diberikan kepadanya, menemui ketua penduduk Kufah, dan beberapa orang yang ia kenal sebagai pengikut Sayidina Ali, jika tak jua kembali, Husain tetap berangkat, mengingat Makkah sudah bukan tempat yang bisa ditempati. Maka berangkatlah Hani dengan penuh hati-hat. Tentara Bani Muawiyah kini telah memenuhi kota.