Kini nenek Sri semakin tidak bisa berbuat apa-apa setelah tagihan listriknya naik dua kali lipat. Selama tiga bulan terakhir, ia tidak enak hati pada Rohmat. Â Bulan kemarin saat Rohmat memberikan struknya, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, anak muda itu menunjukkan angka Rp.50.000,- yang di cetak tebal pada nenek Sri, sepertinya Rohmat takut kalau-kalau nenek Sri mengira dia korupsi. Lalu bulan ini, tingkah Rohmat semakin aneh, "bulan ini seratus ribu nek," kata rohmat sambil celingukan, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Nenek Sri terkekeh, ia mencoba menerawang struk listriknya, tulisanya  terlihat bagai semut yang merayap-rayap di kertas. "Kenapa kok listrik sekarang mahal Mat?"
"Katanya subsidi di cabut nek,"
"Apa itu subsidi  Mat?"
"Maksutnya subsidi itu potongan pembayaran dari pemerintah nek. Di cabut. Dananya untuk bayari rakyat mis..." Rohmat tidak melanjutkan penjelasannya, namun dalam hati ia meletupkan kata favoritnya, Diancuk! Dan karena sudah kepalang basah, untungnya anak muda itu pandai nge les. Lalu dilanjutkan penjelasanya, "dananya untuk bayari rakyat yang bisanya Cuma minta-minta nek".
Nenek Sri manggut-manggut mencoba mengerti. Meskipun sejatinya ia tak faham yang dijelaskan Rohmat. Yang ia tahu, tagihan listriknya sekarang sudah naik lebih dua kali lipat. Yang ia tahu, ia harus membuat kerupuk lebih banyak agar bisa menyicil tagihan listrik ke Rohmat, ia juga harus melembur membungkusi kerupuknya lebih larut, karena siangnya digunakan untuk menjemur kerupuk-kerupuk itu lalu menyetorkannya.
MENTARI semakin meninggi, berayun anggun melewati kepala nenek Sri yang menjemur kerupuk, Â saat cahayanya mulai condong ke timur, nenek Sri mengentas jemuran kerupuknya di halaman rumah.
Gemretak laju motor meraung-raung dari kejauhan. Nenek Sri mendongak, "ada apa lagi pak Imam kemari?" Gumamnya dalam hati.
"Ada gotong royong lagi pak RT?" Tanya nenek Sri menyapa. Bersalaman.
"Mau ngajak demo nek", Suara pak RT nyaring tak bernada, tanganya menjulurkan selembar kertas pada nenek Sri. Perempuan itu terkekeh, menerima lembaran kertas. Menerawang.
"Ini demo gimana to pak RT, aku ini di suruh bagaimana?"