Masyarakat di negara Indonesia umumnya tentunya tidak asing dengan fenomena masuknya Jin ke dalam tubuh manusia.
Faktanya ada pula beberapa orang yang mengalami hal tersebut karena adanya faktor lain yaitu stres. Secara umum tanda-tandanya orang tersebut akan berperilaku aneh seperti bukan dirinya sendiri.
Penyebabnya sendiri beberapa orang masih berbeda pendapat. Ada yang beranggapan bahwa hal tersebut terjadi karena adanya gangguan dari jin. Ada pula yang lebih percaya bahwa hal tersebut karena gangguan psikis seseorang.
Namun tak sedikit juga yang berpendapat bahwa kedua hal tersebut berkaitan misalnya saat psikis terganggu karena stres akhirnya pikiran kosong dan jin mengambil alih jiwanya.
Berdasarkan hal tersebut tentunya sangatlah penting untuk tetap menjaga pikiran. Ada pula yang memang kurang memerhatikan kondisi tubuh dan pikiran. Misalnya terlalu keras berusaha namun mengabaikan kondisi diri sehingga mudah mengalami depresi, stress yang bisa berdampak kesurupan.
Bukan hanya remaja, kondisi ini banyak pula dialami orang dewasa dengan berbagai permasalahan hidup yang tak sedikit.
Ini adalah suatu kisah cerita pasien yang saya simpulkan dan di beri bumbu penyedap rasa
Dalam satu rumah terdiri dari 4 orang yaitu ayah ibu yang sudah memasuki usia 60 tahunan. Anak pertama dan kedua berada di perantauan. Keluarga pasien bercerita bahwa kejadian tersebut pada senja setelah maghrib. Saudaranya yang bernama Dito sedang bersantai sambil menunggu adzan isya.
 Tiba-tiba sang ayah mengetuk pintu kamar dan berbicara : "To, Dito... Kakakmu kesurupan. Tolongin To!" teriak ayah.
" Ah, nanggung amat ya. Bisa nunggu entaran napa ya syetannya" gumam Dito.
Dito segera menuju ke kamar kakaknya kemudian berdiri di depan pintu.
Sang ibu tidak berhenti membaca ayat kursi dengan wajah yang khawatir.
"Gila...! Kuat amat tuh ya, pakai ayat kursi aja ga mempan... "
"Gimana ini to, Bapak ga tega liatnya. Itu kayak bukan Tia... Serem liatnya"
"Ya emang bukan Mpok Tia itu... Syetan yang masuk ke badan Mpok. Kan sebelumnya juga pernah gitu. Dito telepon yang bisa Ruqyah aja biar nggak begini terus."
Tak mau ambil resiko Dito pun menelpon pusat ruqyah pusat di cirebon. Ia hanya ingin kakaknya benar-benar ditangani dengan baik agar segera sembuh dari kesurupan.
Ini memang bukan kali pertama Mutia mengalami hal tersebut karena sebelumnya ia pernah dua kali mengamuk-ngamuk tak karuan.
Sambil menunggu peruqyah (kami) datang, Dito menemani sang ibu yang masih gugup memerhatikan Mutia di kamarnya.
Mutia kembali mengeluarkan ekspresi yang tak biasa, menangis tersedu-sedu sehingga ibunya semakin gugup dan khawatir.
Dito yang saat itu mencoba untuk santai kemudian berinisiatif untuk mencoba melakukan sesuatu kepada kakaknya. Tangannya memegang kepala mutia dan membaca do'a.
" Allaah... allaahumma... in... in... innii ... a... a'udzubika... ", Dia berusaha untuk membaca do'a apa saja yang terlintas di pikiran nya.
" Allaahumma innii a'udzubika... ", Dito berusaha membaca do'a yang ia ingat.
" Minal khubutsi wal khobaa its", nadanya mulai naik, setiap kalimat ia ucapkan dengan lantang.
Jin yang merasuki Mutia seketika berhenti menangis, kemudian tertawa mendengar apa yang dibacakan. Dito semakin grogi dan gugup melihat tingkah syetan dalam tubuh kakaknya.
"Hahaha... Aku cuma mengetes kamu saja. Ternyata kamu tau itu do'a apa"
Dito berbicara sambil menutupi rasa gugupnya. Ternyata ia malah membaca doa saat masuk kamar mandi. Sang ibu masih panik dan tak menghiraukan hal tersebut.
Bingung harus bagaimana, Dito pun berinisiatif bertanya,
"Kenapa kamu ganggu Mpok Tia? Kamu siapa?"
"Syetan.... Syetan kredit"
"Ngapain malah di sini? Udah mau isya, orang pada mau shalat, tau?"
Syetan di tubuh Mutia hanya menunduk tersedu-sedu kemudian tertawa kembali.
Â
"Tunggu... Tunggu... Syetan kredit kayaknya maunya uang ya? Duh please lah ga ada duit dah beneran. Gimana kalo kopi susu, es jeruk atau apa aja dah biar elu seger. Abis itu elu balik ya?"
Mutia kemudian melotot dan tertawa terbahak-bahak. Melihat hal tersebut Dito pun takut, ungtunglah beberapa menit kemudian kami yang dihubungi segera datang dan memulai proses ruqyah dengan membacakan beberapa ayat ruqyah
Mutia meronta-ronta saat dibacakan ayat ruqyah, beberapa ayat meskipun awalnya mengamuk namun setelah beberapa kali akhirnya jin atau setan kredit tersebut dapat keluar dan mutia pun kembali sadar.
Setelah ditelusuri ternyata neng Mutia sering melamun karena memikirkan hutang kredit yang ia miliki. Ia membutuhkan banyak dana untuk memenuhi barang yang ia jual secara online.
Namun langkah yang diambil rupanya kurang tepat dengan cara mengandalkan kredit.
Hal ini menggambarkan bahwa kredit memang bisa menjadi solusi bagi kaum menengah ke bawah yang membutuhkan dana. Tetapi jika tidak terkendali maka dapat menjadi hal yang mengganggu dan menghantui setiap hari.
Jika peminjam merupakan orang dengan penghasilan yang tetap sedangkan bunga yang harus dibayar tidak sedikit. Maka tak jarang orang tersebut harus memeras keringat membanting tulang memutar otak agar bisa menutup lubang hutang kredit.
Pikiran yang kosong karena stress memikirkan sesuatu dapat menjadi peluang untuk syetan memasuki tubuh seseorang. Maka bukan hanya tentang syetan atau jin, kesurupan bisa jadi berkaitan dengan psikis seseorang.
Selalu berpikir positif dan berusaha mengatasi masalah dengan tenang adalah terlalu keras memikirkan masalah maka dapat menjadi peluang bagi syetan atau jin yang memerlukan tubuh dan pikiran yang sedang lemah
Hal-hal yang aneh bisa saja terpikirkan agar bisa mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
Kembali lagi pada pola hidup, pikirkan kembali sebelum mengambil keputusan meminjam kredit apalagi dari rentenir. Masih banyak solusi lain yang lebih baik.
Kita sebaiknya peka terhadap keluarga, amati dan mulai teliti memerhatikan. Jika memang terdapat tanda yang tak biasa dan terkadang tak bisa sembuh dengan cara medis, maka ruqyah dapat menjadi solusi terbaik.
Pilihlah peruqyah yang terpercaya dan benar-benar dapat diandalkan dengan keilmuan yang memadai.
Banyak pula kasus yang mengkhawatirkan dan kurang tepat memilih peruqyah yang tepat.
Solusi yang tepat adalah memang harus segera ditangani karena khawatir berdampak pada tubuh orang yang kesurupan.
Dari cerita di atas dapat kita simpulkan bahwa berhati-hatilah mengelola pikiran dan sebisa mungkin hindari hal-hal yang mengandung banyak mudharatnya.
Semoga dari kilasan kisah di atas dapat menjadi pelajaran bagi yang akan mengambil pinjaman atau kredit. Kalaupun memang membutuhkan maka sebaiknya pertimbangkan jumlah yang akan diambil dan lembaga pinjaman yang dipilih.
Narasumber :Â [1]Â [2] [3]Â [4] [5] [6]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H