"Gila...! Kuat amat tuh ya, pakai ayat kursi aja ga mempan... "
"Gimana ini to, Bapak ga tega liatnya. Itu kayak bukan Tia... Serem liatnya"
"Ya emang bukan Mpok Tia itu... Syetan yang masuk ke badan Mpok. Kan sebelumnya juga pernah gitu. Dito telepon yang bisa Ruqyah aja biar nggak begini terus."
Tak mau ambil resiko Dito pun menelpon pusat ruqyah pusat di cirebon. Ia hanya ingin kakaknya benar-benar ditangani dengan baik agar segera sembuh dari kesurupan.
Ini memang bukan kali pertama Mutia mengalami hal tersebut karena sebelumnya ia pernah dua kali mengamuk-ngamuk tak karuan.
Sambil menunggu peruqyah (kami) datang, Dito menemani sang ibu yang masih gugup memerhatikan Mutia di kamarnya.
Mutia kembali mengeluarkan ekspresi yang tak biasa, menangis tersedu-sedu sehingga ibunya semakin gugup dan khawatir.
Dito yang saat itu mencoba untuk santai kemudian berinisiatif untuk mencoba melakukan sesuatu kepada kakaknya. Tangannya memegang kepala mutia dan membaca do'a.
" Allaah... allaahumma... in... in... innii ... a... a'udzubika... ", Dia berusaha untuk membaca do'a apa saja yang terlintas di pikiran nya.
" Allaahumma innii a'udzubika... ", Dito berusaha membaca do'a yang ia ingat.
" Minal khubutsi wal khobaa its", nadanya mulai naik, setiap kalimat ia ucapkan dengan lantang.