Mohon tunggu...
Loker Cirebon
Loker Cirebon Mohon Tunggu... Penulis - Ruqyah di jakarta

Ruqyah jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Ruqyah Syetan Kredit Jakarta

3 September 2020   21:06 Diperbarui: 3 September 2020   21:09 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jin yang merasuki Mutia seketika berhenti menangis, kemudian tertawa mendengar apa yang dibacakan. Dito semakin grogi dan gugup melihat tingkah syetan dalam tubuh kakaknya.

"Hahaha... Aku cuma mengetes kamu saja. Ternyata kamu tau itu do'a apa"

Dito berbicara sambil menutupi rasa gugupnya. Ternyata ia malah membaca doa saat masuk kamar mandi. Sang ibu masih panik dan tak menghiraukan hal tersebut.

Bingung harus bagaimana, Dito pun berinisiatif bertanya,

"Kenapa kamu ganggu Mpok Tia? Kamu siapa?"

"Syetan.... Syetan kredit"

"Ngapain malah di sini? Udah mau isya, orang pada mau shalat, tau?"
Syetan di tubuh Mutia hanya menunduk tersedu-sedu kemudian tertawa kembali.
 
"Tunggu... Tunggu... Syetan kredit kayaknya maunya uang ya? Duh please lah ga ada duit dah beneran. Gimana kalo kopi susu, es jeruk atau apa aja dah biar elu seger. Abis itu elu balik ya?"

Mutia kemudian melotot dan tertawa terbahak-bahak. Melihat hal tersebut Dito pun takut, ungtunglah beberapa menit kemudian kami yang dihubungi segera datang dan memulai proses ruqyah dengan membacakan beberapa ayat ruqyah

Mutia meronta-ronta saat dibacakan ayat ruqyah, beberapa ayat meskipun awalnya mengamuk namun setelah beberapa kali akhirnya jin atau setan kredit tersebut dapat keluar dan mutia pun kembali sadar.

Setelah ditelusuri ternyata neng Mutia sering melamun karena memikirkan hutang kredit yang ia miliki. Ia membutuhkan banyak dana untuk memenuhi barang yang ia jual secara online.

Namun langkah yang diambil rupanya kurang tepat dengan cara mengandalkan kredit.
Hal ini menggambarkan bahwa kredit memang bisa menjadi solusi bagi kaum menengah ke bawah yang membutuhkan dana. Tetapi jika tidak terkendali maka dapat menjadi hal yang mengganggu dan menghantui setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun