Jin yang merasuki Mutia seketika berhenti menangis, kemudian tertawa mendengar apa yang dibacakan. Dito semakin grogi dan gugup melihat tingkah syetan dalam tubuh kakaknya.
"Hahaha... Aku cuma mengetes kamu saja. Ternyata kamu tau itu do'a apa"
Dito berbicara sambil menutupi rasa gugupnya. Ternyata ia malah membaca doa saat masuk kamar mandi. Sang ibu masih panik dan tak menghiraukan hal tersebut.
Bingung harus bagaimana, Dito pun berinisiatif bertanya,
"Kenapa kamu ganggu Mpok Tia? Kamu siapa?"
"Syetan.... Syetan kredit"
"Ngapain malah di sini? Udah mau isya, orang pada mau shalat, tau?"
Syetan di tubuh Mutia hanya menunduk tersedu-sedu kemudian tertawa kembali.
Â
"Tunggu... Tunggu... Syetan kredit kayaknya maunya uang ya? Duh please lah ga ada duit dah beneran. Gimana kalo kopi susu, es jeruk atau apa aja dah biar elu seger. Abis itu elu balik ya?"
Mutia kemudian melotot dan tertawa terbahak-bahak. Melihat hal tersebut Dito pun takut, ungtunglah beberapa menit kemudian kami yang dihubungi segera datang dan memulai proses ruqyah dengan membacakan beberapa ayat ruqyah
Mutia meronta-ronta saat dibacakan ayat ruqyah, beberapa ayat meskipun awalnya mengamuk namun setelah beberapa kali akhirnya jin atau setan kredit tersebut dapat keluar dan mutia pun kembali sadar.
Setelah ditelusuri ternyata neng Mutia sering melamun karena memikirkan hutang kredit yang ia miliki. Ia membutuhkan banyak dana untuk memenuhi barang yang ia jual secara online.
Namun langkah yang diambil rupanya kurang tepat dengan cara mengandalkan kredit.
Hal ini menggambarkan bahwa kredit memang bisa menjadi solusi bagi kaum menengah ke bawah yang membutuhkan dana. Tetapi jika tidak terkendali maka dapat menjadi hal yang mengganggu dan menghantui setiap hari.