Pemilu Raya (PEMIRA) Fakultas Agama Isalm (FAI) Universitas Islam Muttaqien (UNISMU) telah mencapai puncaknya dengan debat calon Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa, Kamis 19 Desember 2024.
Dalam momen penting tersebut, sejumlah mahasiswa memberikan tanggapan terkait jalannya pemilu dan harapan mereka untuk masa depan kepemimpinan mahasiswa di kampus. Berikut adalah pandangan tiga mahasiswa yang ikut memberikan masukan tentang Pemilu Raya kali ini.
Ilah Nursolihah (Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Semester 5).
Pertama,Â
Ilah memandang Pemira 2024 sebagai momentum positif bagi dinamika demokrasi di kampus.Â
"Pemira saat ini di UNISMU menunjukkan dinamika yang positif. Mahasiswa lebih sadar akan pentingnya demokrasi dan partisipasi politik karena dari sekian ratus mahasiswa ada juga yang berani mencalonkan dirinya. Debat terakhir calon presma memicu diskusi yang reflektif." Ungkapnya
Ia juga menilai debat calon presiden mahasiswa sebagai momen reflektif yang memicu diskusi kritis di kalangan mahasiswa.Â
"Saya pikir masa transisi ini bisa membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk lebih kritis dan bijak terhadap peraturan yang baru baru ini diterapkan." Tambahnya.
Kedua, Muhamad Riansah (Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Semester 3)
Riansah mengkritisi penerapan aturan Pemira yang dianggapnya kurang konsisten.
"Tidak faham terhadap peraturannya sekarang mah, Harusnya setiap orang yang punya jabatan ketua baik itu dari HIMA atau UKM kalo mau mendaftar menjadi capres atau cawapres harus mengundurkan diri terlebih dahulu, dan saya juga bingung kenapa mereka bisa lolos meskipun belum melepas jabatan menjadi ketua HIMA atau UKM." Ujarnya.
Ia berharap ke depannya aturan Pemira dapat ditegakkan dengan lebih tegas untuk menjaga integritas proses demokrasi di kampus.
Ketiga, Diah Ayu Sekar Kinanti (Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Semester 5 )
Diah memberikan perspektif yang berbeda, terutama terkait perubahan sistem Pemira.
"Pandangan saya terhadap pemirsa saat ini yang mana saya juga menyaksikan secara langsung bagaimana pemirsa satu tahun sebelumnya seperti apa, sebenarnya masa transisi di pemilu Raya ini kan baru sekarang terjadi, seperti KPUR dipilih tidak melalui mubes dan itu merupakan sesuatu hal yang baru bagi saya pribadi. Saya kira ini bisa menjadi lebih efektif dan efisien yah, mengingat kepengurusan di periode selanjutnya akan berlangsung selama setahun dan di mulai dari awal tahun." Jelasnya.
Menurutnya, sistem baru ini berpotensi menciptakan kepengurusan mahasiswa yang lebih terorganisir, terutama karena masa jabatan kepemimpinan dimulai sejak awal tahun.
Pemira 2024 tidak hanya menjadi ajang pemilihan pemimpin mahasiswa, tetapi juga wadah untuk memperkuat budaya demokrasi dan dialog kritis di lingkungan kampus. Dengan beragam masukan dari mahasiswa, diharapkan proses Pemira ke depan dapat berjalan lebih baik, transparan, dan memberikan manfaat nyata bagi seluruh civitas akademika Fakultas Agama Isalm (FAI) Universitas Islam Muttaqien (UNISMU).
Penulis: Reka Chintya Sari
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI