Hayati keluar kamar dengan handuk sampai di dada. “Hayati mau mandi dulu Mak. Nantilah selesai mengaji tak cuci semua piring kotor itu.” Ia berlalu menuju kamar mandi yang ada di dapur.
Anak jaman sekarang, susahnya diatur. Keluh Emaknya.
___
Monyet sedang menghitung sisir pisang yang ada di kebunnya. Sedangkan Tupai sahabat karibnya, mengikuti langkah Monyet sambil cerita.
“Aku tak mengerti akhir-akhir ini Kelinci selalu banyak alasan kalau kuajak jalan.”
“Duabelas...tigabelas...empatbelas....”
“Woy, Monyet. Aku mau curhat nih.” Tupai kesal.
Monyet berhenti menghitung sambil menggaruk-garuk kepala seolah ada banyak kutu membangun istana di kepalanya. “Sejak awal kau sudah ku wanti-wanti. Kalau cari pasangan itu yang sama. Jangan yang tidak mungkin, salah-salah kau dapat celaka.” Monyet duduk kemudian bersandar di bawah pohon pisang. “Mungkin saja Induk Kelinci tahu kau pacaran sama anaknya. Oleh sebab itu Kelinci coba menjauhimu.”
“Ini masalah hati dan cinta, kawan!”
“Kalau kau kelaparan dan hampir mati, tuh hati dan cinta tak bisa kau makan. Harusnya kau mikir Tupai.”
“Kau ini malah memojokkanku?”