Mohon tunggu...
Loganue Saputra Jr.
Loganue Saputra Jr. Mohon Tunggu... Farmasis -

Hobi baca, nonton, video game, dan sering kali sedikit narsis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Roh Terlepas dari Jisimku

3 Juni 2016   20:42 Diperbarui: 3 Juni 2016   20:55 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

___

Setiap sore Dodi akan bersepeda mengantar uang dagangan kue yang dititp Mak Midah. Dan sore itu ia dikagetkan oleh suara riuh yang berujung kejar-kejaran ketika melewati rumah Pak Polisi. Ia terhenti mengayuh sepeda saat melihat Anwar lari terbirit-birit keluar dari rumah Pak Polisi, macam kesetanan.

“War!” panggilnya pada sahabatnya itu.

Anwar sempat menoleh sejenak, tapi ia terus berlari.

Beberapa detik kemudian muncul Pak Polisi yang hanya mengenakan celana olah raga pendek, keluar rumah sambil berlari mengejar Anwar. “Maling! Maling!” Teriaknya sembari menodongkan revolver ke arah Anwar yang berjarak beberapa depa dihadapannya

Anwar tidak berhenti. “Itu benar-benar mengerikan.” Ucap Dodi saat Mak Midah menanyainya kisah itu. “Pak Polisi menembak Anwar didekat persimpangan jalan, bawah pohon ketapi. Anwar mampus seketika.”

“Pasti nanti pohon ketapi itu akan berhantu.” Mak Midah bergidik ngeri.

___

Putih bulu kelinci mengubar nafsu Tupai yang duduk disebelahnya sambil makan buah jambu. Tapi Tupai keburu lapar, oleh sebab itu ia tidak tergesa-gesa untuk memadu mesra dengan kelinci. Dua ekor kasmaran ini sudah hampir satu bulan berpacaran. Pacaran diam-diam sebab jelas mereka adalah hubungan terlarang.

Kelinci terlihat bete karena merasa di cuekin Tupai. “Kok kamu lebih mementingkan makanmu daripada aku?”

Tupai tersenyum. “Daripada aku kelaparan dan aku malah memakanmu.” Candanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun