“Dua hari yang lalu aku berjumpa teman Jerapah, itu si Orang Utan. Katanya Jerapah baru saja putus dengan kekasihnya.” Berang-berang menjelaskan. “Saat di rumah aku ingin sekali menanyainya, namun aku tak enak saja takut dia tersinggung.”
“Iya, dia memang cepat tersinggung.” Bangau sependapat. “Putus karena apa?.”
“Kata Orang Utan, gara-gara Jerapah terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk bermain video game. Kau tahu sendirikan dia tergila-gila dengan video game.” Berang-berang tertawa. “Kasian juga jika dia terus seperti itu, cewek-cewek pasti akan jauh darinya.”
Bangau pun terdiam berpikir, demikian juga dengan Berang-berang yang terdiam begitu saja. “Aneh sekali ya kita ini.” Akhirnya Bangau berpendapat. “Bahkan kita tidak saling mengenal dengan baik, padahal kita kan saudara.” Bangau diam lagi sejenak. “Sebenarnya aku juga punya masalah, tapi bukan dengan pacarku. Ini masalah di tempatku bekerja, aku merasa aku tidak cocok lagi bekerja di tempat itu, agak aneh juga jika seekor Bangau sepertiku bekerja di malam hari seperti Kelelawar. Aku ingin berhenti, hanya saja tak tahu harus bagaimana. Jika aku berhenti aku akan bekerja dimana. Menurutmu bagaimana?.”
“Sulit juga ya.” Berang-berang berpikir. “Tapi jika kau sudah merasa tidak enak seharusnya kau sudahi saja. Urusan mencari pekerjaan itu urusan selanjutnya yang penting kau merasa nyaman dulu.”
Jerapah pun keluar dari ruang perawatan, lehernya diperban dengan kasa. “Apa kalian membicarakanku?.” Ucapnya dengan wajah kesal.
“Tidak juga,” jawab Bangau sambil tersenyum.
“Kami hanya membicarakan tentang kita.” Ucap Berang-berang memberitahu. “Kita terlalu sibuk dengan dunia kita masing-masing sehingga kita lupa bahwa kita punya saudara yang bisa kita ajak ngobrol.”
Jerapah tersenyum walau nyeri dilehernya masih terasa. “Apakah kita akan mencoba saling mengenal setelah ini,” ucapnya sambil tertawa.
~
Perjalanan itu memang sangat melelahkan, namun walau pun demikian memiliki arti yang begitu dalam untuk ketiga saudara itu. Lewat tengah malam mereka sampai ke kampung halaman, Ibu dan ayah mereka menunggu mereka dia ruang tamu, ketika sampai baik Bangau, berang-berang dan Jerapah hanya saling pandang heran. Ibu mereka terlihat baik-baik saja dan malah tersenyum sehat melihat kedatangan anak-ananya itu.