Rabbana hablana minazwajina wa zurriyyiatina qurataayun waja’alna lil muttaqima imama.
Tak ingin mengulang berbagai peristiwa buruk selama perjalanan. Kumanfaatkan waktu menunggu dikereta ini untuk menyusun rencana. Apa yang harus kulakukan sesampai di Surabaya. Dimana aku harus beristirahat sembari menunggu jadwal terbang jam 12 malam nanti. Masih ada lebih dari 6 jam lagi.
Ku telpon seorang sahabatku di surabaya, memastikan keberadannya di kantor. Tapi ternyata ia tidak sedang disana, padahal aku rencannya ingin mampir dan istirahat ditempatnya. Ya sudah, sesampai di gubeng nanti aku langsung naik taxi, masuk hotel dekat bandara, menunggu beberapa lama dan kemudian baru ke bandara. Ah. Ini rencananya yang paling realistis bagiku.
Tak terasa, sudah 6 jam aku duduk di dalam kereta ini, perlahan kereta memasuki Stasiun yang aku tuju. Alhamdulillah, akhirnya aku sampai di surabaya. langsung saja ku titipkan Koper dan Tas ku di tempat penitipan barang, letaknya cukup strategis dipojok tenggara stasiun gubeng.
Pak, saya titip barang saya,
Mas mau kemana? ke jakarta ya? tanya penjanganya.
tidak pak, saya mau sholat dulu, barusan sampai pakai KA Mutiara Timur.
Okelah mas, taruh aja barnagnya di sana. ndak usah pakai karcis.
Aku langsung balikkan badan dan berlari ke pojok selatan stasiun, disana ada Musholla kecil, sangat nyaman untuk sholat sebelum memanggil taxi. Tapi, baru saja selesai sholat, adik iparku ternyata menelpon, ia mau jemput dan mengantarku ke bandara. Apa boleh buat, aku terima saja tawarannya. Baik dek, aku tunggu diperon depan, sahutku mengakhiri panggilan telponnya. Ternyata lama juga sampainya, yang aneh dia datang bawa motor. Loh, mobilnya dimana dek? dibengkel mas, tadi tiba tiba rusak, jawabnya.
Koper dan tas, aku naikkan dimotor, sesak juga rasanya, tapi tak apalah. namanya juga naik tumpangan.
Kemana ini mas?