Mohon tunggu...
Liza Permasih
Liza Permasih Mohon Tunggu... Penulis - Menyukai dunia kata-kata, mencintai setiap momen yang tumbuh bersama para kesayangan.

Penulis merupakan seorang ibu dari tujuh orang anak yang menyukai dunia kata-kata sejak belia. Pernah menjadi kontributor tetap selama dua tahun di web parenting di The Asianparent Indonesia. Karya-karya fiksi penulis pernah dimuat di majalah Femina dan Gadis, sementara karya non fiksi, berupa kisah inspiratif tersebar dalam buku-buku antologi terbitan Gramedia Pustaka Utama. Selain menyukai dunia kata-kata, penulis juga aktif di dunia kuliner dengan memakai brand Dapur Momaliza. Mengambil nama yang sama dengan blog pribadinya, www.momaliza.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja di Kwatisore (Cerpen Majalah Femina)

24 Februari 2022   13:14 Diperbarui: 24 Februari 2022   14:43 3762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen Liza P Arjanto

Kai masih duduk di serambi pondok.  Ombak masih setia memecah pantai di bawah kakinya. Namun iramanya tak lagi sama. Kekosongan memantul-mantul di hati Kai.   Tatapnya membeku ke tengah samudra yang diam. Samudra yang menjadi saksi kedekatan mereka.

Kai teringat.

 Kai kecil selalu berlari ke laut setiapkali hatinya merasa gundah dan sedih. Kekecewaan ayahnya yang tak pernah surut, hanya mampu ia atasi dengan melarutkan amarahnya ke dalam lautan.  Di sanalah ia menemukan makhluk itu. Makhluk paling cantik dalam pandangan Kai cilik.

Mengetahui anggapan penduduk desa yang menyebut raksasa laut itu sebagai pengganggu membuat Kai merasa senasib. Meskipun penduduk desa selalu menjauhi dan takut bersentuhan dengan hiu paus itu, tapi menurut Kai, mereka makhluk yang lembut dan baik hati.

Salah satu di antara kumpulan ikan raksasa itu ia beri nama, Reina. Gurano Babintang muda yang selalu menghampirinya setiapkali ia menyelam ke laut. Seperti Kai mengenali Reina, Reina pun memahami kekurangan Kai.

Mereka tumbuh bersama di tengah samudra. Kecintaan Kai pada Reina seiring dengan meningkatnya pemahamannya tentang pentingnya keberadaan Reina dan kawan-kawannya bagi kelestarian lingkungan. Sekalipun Kai tak mampu mendengar, kecerdasannya mampu melihat dampak baik yang diperoleh lautan dari kebiasaan raksasa-raksasa itu menyaring air laut yang masuk melalui mulut lebarnya.

Kai ingin penduduk desa mengerti. Namun ia tak bisa berbuat banyak. Cacat yang disandangnya membuatnya tak mampu berbuat banyak. Hanya satu yang bisa dilakukannya. Membangun sebuah rumah.

Rumah pohon yang dibangun sebagai tanda cintanya. Salah satu dari keinginannya yang tak bisa ia ungkapkan pada pada penduduk desa, pun pada ayahnya. Yaitu,  hidup berdampingan dengan Reina.

***

Senja merambat pelan dan muram. Jingga menyemburat dari tepi langit sesaat sebelum terbenam. Kai masih membeku. Separuh nyawanya terbang bersama Reina, Gurano Babintang  yang tertombak lengan perkasa penduduk Kwatisore.

Selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun