Mohon tunggu...
Olivia Marveline
Olivia Marveline Mohon Tunggu... Editor - Female, Young

IGOT7 Forever! GOT7 JJAI

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Marry Poppins dan Annie, Perkembangan Film Drama Musikal

11 September 2022   20:36 Diperbarui: 11 September 2022   20:57 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film 'Marry Poppins' (1964)

Film telah menjadi bagian dari dunia media sejak ratusan tahun lalu. Beragam film telah diproduksi dengan alur cerita yang beragam, di mana paradigma dan genre yang berbeda-beda. Paradigma dalam film memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan paradigma yang digunakan dalam penelitian. Terdapat 4 jenis paradigma dalam film, yakni fungsionalisme; empirisme; fenomenologi; dan kritis. Keempat paradigma tersebut memiliki fungsi berupa untuk menganalisis pesan yang disampaikan, mengetahui hal yang difokuskan, aturan-aturan yang harus diikuti untuk menginterpretasikan sebuah film (Astuti, 2022, h. 20).

Genre dalam sebuah film merupakan hal yang penting dan digunakan oleh para penonton sebagai acuan dalam memilih film yang akan ditonton. Salah satu genre yang seringkali diangkat dalam film adalah drama. Di dalam genre drama tersebut, terdapat juga sub-genre yang cukup populer dan seringkali digemari oleh penikmat musik, yakni musikal. Genre dan sub genre tersebut ketika  digabungkan menjadi sebuah film yang penuh dengan dialog yang tetapi dikemas dalam bentuk lagu dan juga emosional yang cukup tinggi sehingga seringkali menarik para penonton untuk ikut merasakan emosi dan juga menghafalkan iringan lagu di dalamnya.

Film drama musikal telah hadir di dunia perfilman sejak ratusan tahun yang lalu, di mana berawal dari panggung teater 'Broadway' yang diangkat ke layar lebar dan membuat film drama musikal lahir. Kelahiran film drama musikal yang sudah sejak lama membuat beragam macam perbedaan antar zaman seperti layaknya film laga/action dengan perbedaan CGI.

Oleh karena itu, paradigma, genre, dan sub-genre dalam film 'Marry Poppins' (1964) dan 'Annie' (2014) dimana keduanya merupakan film drama musikal yang diproduksi pada sebelum dan sesudah tahun 2000 memiliki perbedaan yang cukup signifikan mengingat perubahan zaman dari berbagai aspek kehidupan dan juga dalam kurun waktu 50 tahun.

Poster Film 'Marry Poppins' (1964)
Poster Film 'Marry Poppins' (1964)

Analisis Film 'Marry Poppins' (1964)

'Marry Poppins' merupakan film drama musikal yang populer pada masanya dan telah memiliki remake nya pada tahun 2021 dengan judul 'Marry Poppins Returns'. Film ini juga memiliki unsur fantasi di dalamnya yang pada tahun 1960an film tersebut sangat digemari oleh seluruh kalangan usia, terkhususnya anak-anak. Film tersebut merupakan salah satu dobrakan baru dalam dunia perfilman dan dimainkan oleh actor dan aktris ternama, yakni Julie Andrews dan Dick van Dyke.

Paradigma dalam film tersebut  merupakan paradigma fungsionalisme. Paradigma fungsionalisme sendiri memiliki arti berupa tradisi sosial yang telah berada di dalam sebuah kehidupan masyarakat sehari-hari (Astuti, 2022, h. 20). Dalam film tersebut, keluarga Banks memiliki kehidupan yang sangat mengikuti tradisi sosial di tahun 1960an, yakni istri dan anak-anak harus mengikuti kata-kata sang ayah.

Hal ini sangat tercermin dalam adegan Mr. Banks yang memikirkan apa saja yang harus dituliskan dalam koran untuk kriteria penjaga anak, dan kedua anaknya pun memberikan kertas yang sesuai dengan kriteria keinginan mereka agar mendapatkan penjaga anak yang baik dan menyenangkan. Tentu saja hal ini tidak disetujui oleh Mr. Banks, dan sang istri yang berada di sampingnya hanya bisa mengatakan bahwa mereka  hanyalah anak-anak dan tidak membantah.

Sementara itu, genre drama dalam film tersebut dapat dilihat dari penyajian emosi yang diberikan  oleh setiap karakter di dalamnya. Seluruh karakter di dalamnya menunjukkan perasaan sedih, senang, bahkan hingga jenaka secara eksplisit yang didukung dengan latar belakang musik yang ada serta dengan beragam lagu.


Latar waktu dan tempat dalam film tersebut juga sangat realistis, kecuali untuk beberapa adegan yang melibatkan imajinasi kedua anak  Mr. Banks, Marry Poppins, dan Mr. Bert, serta kekuatan sihir yang dimiliki oleh Marry Poppins. Latar tempat yang berlatar belakang di kota London beserta dengan bangunan rumah seperti layaknya di tahun 1960an, lalu latar waktu pada pagi ataupun malam hari juga merupakan bentuk dari latar yang sangat realistis dan menggambarkan film drama.


Sub-genre musikal dalam  film tersebut dikemas dalam bentuk dialog yang dijadikan lirik lagu dan diiringi dengan latar belakang alat musik orkestra, dikarenakan pada tahun tersebut belum terdapat musik elektronik berupa gitar listrik atau semacamnya. Tidak hanya itu, pada saat lagu dinyanyikan, beragam gerakan juga ditampilkan oleh para aktor dan aktris di dalamnya untuk mendukung lagu yang berada di dalamnya. Kualitas suara yang berada dalam lagu juga terasa seperti layaknya dinyanyikan secara langsung oleh aktor dan aktris di dalamnya yang  diikuti dengan latar yang ada pada saat itu, seperti di atap bangunan yang memiliki angin yang kencang.

Poster Film 'Annie' (2014)
Poster Film 'Annie' (2014)

Analisis Film 'Annie' (2014)

'Annie' merupakan film drama musikal yang berasal dari panggung teater 'Broadway' dan merupakan film remake dari film 'Annie' di tahun 1982. Film tersebut menceritakan mengenai kehidupan seorang anak di panti asuhan yang bertemu dengan seorang pemilik perusahaan elektronik, dimana lagu-lagu yang dinyanyikan di dalamnya merupakan lagu-lagu populer yang sangat cocok dengan kehidupan sehari-hari.


Paradigma dalam film tersebut merupakan paradigma fenomenologi. Paradigma fenomenologi sendiri memiliki pengertian  berupa bagaimana manusia menjalani kehidupan sehari-harinya. Dalam film tersebut ditunjukkan dari alur cerita inti film tersebut bagaimana seorang anak panti asuhan, yang bernama Annie yang diangkat oleh seorang pengusaha kaya raya yang sedang mencalonkan diri menjadi seorang walikota, yakni Mr. Stacks menjadi anak angkatnya untuk lebih mendapatkan hati para masyarakat di kota tersebut. Manusia sendiri memiliki hati nurani  di dalamnya dan terkadang untuk memilih sesuatu membutuhkan faktor yang mendukung, dan dalam film ini adalah kebaikan Mr. Stacks dalam mengangkat Annie menjadi anak angkatnya.

Sementara itu, genre drama dalam film ini dapat dilihat dari beragam emosi yang dimiliki antar karakter sangat kuat. Dimulai dari Annie dengan teman-temannya di panti asuhan, lalu Mr. Stacks yang tidak ingin kehilangan Annie, dan juga berakhir dengan Annie yang secara sah diadopsi oleh Mr. Stacks. Tidak hanya itu, latar waktu dan tempat dalam film tersebut sangat nyata, berupa menggambarkan bagaimana kehidupan di Kota New York, Amerika Serikat.

Sub-genre musikal dalam film tersebut dapat dilihat dari berbagai adegan yang secara mulus bertransisi dari berdialog menjadi lagu dan juga bergerak sesuai dengan isi dari lagu-lagu yang ada di dalamnya. Tidak hanya itu, iringan instrumen alat musik yang digunakan juga sudah melibatkan alat musik elektronik, seperti EDM yang sesuai dengan tahun film tersebut ditayangkan di layar lebar, yakni di tahun 2014. Audio yang disajikan juga terasa lebih utuh dan jernih dikarenakan dengan teknologi yang sudah semakin maju membuat suara setiap aktor dan aktris yang menyanyikan berbagai lagu di dalamnya menjadi semakin jernih dan terhindar dari suara-suara yang berada di latar, seperti suara angin ataupun suara klakson kendaraan.

Kesimpulan

Kedua film yang telah dibahas tersebut memiliki beragam perbandingan yang cukup signifikan mengingat perbedaan waktu setengah abad. Dimulai dari latar tempat dan waktu, kualitas audio yang ada, latar belakang instrumen alat musik yang mengiringi, dan kehidupan budaya di dalamnya juga sudah berbeda. Maka, bisa dilihat bahwa film drama musikal dari waktu ke waktu menjadi semakin berbeda dan mengarah lebih kepada kejadi kehidupan sehari-hari yang lebih realistis dan juga mengikuti dengan jenis-jenis lagu yang banyak digemari di telinga penonton.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, R. A. V. N. P. (2022). Buku Ajar Filmologi: Kajian Film. Yogyakarta: UNY Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun