Film telah menjadi bagian dari dunia media sejak ratusan tahun lalu. Beragam film telah diproduksi dengan alur cerita yang beragam, di mana paradigma dan genre yang berbeda-beda. Paradigma dalam film memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan paradigma yang digunakan dalam penelitian. Terdapat 4 jenis paradigma dalam film, yakni fungsionalisme; empirisme; fenomenologi; dan kritis. Keempat paradigma tersebut memiliki fungsi berupa untuk menganalisis pesan yang disampaikan, mengetahui hal yang difokuskan, aturan-aturan yang harus diikuti untuk menginterpretasikan sebuah film (Astuti, 2022, h. 20).
Genre dalam sebuah film merupakan hal yang penting dan digunakan oleh para penonton sebagai acuan dalam memilih film yang akan ditonton. Salah satu genre yang seringkali diangkat dalam film adalah drama. Di dalam genre drama tersebut, terdapat juga sub-genre yang cukup populer dan seringkali digemari oleh penikmat musik, yakni musikal. Genre dan sub genre tersebut ketika  digabungkan menjadi sebuah film yang penuh dengan dialog yang tetapi dikemas dalam bentuk lagu dan juga emosional yang cukup tinggi sehingga seringkali menarik para penonton untuk ikut merasakan emosi dan juga menghafalkan iringan lagu di dalamnya.
Film drama musikal telah hadir di dunia perfilman sejak ratusan tahun yang lalu, di mana berawal dari panggung teater 'Broadway' yang diangkat ke layar lebar dan membuat film drama musikal lahir. Kelahiran film drama musikal yang sudah sejak lama membuat beragam macam perbedaan antar zaman seperti layaknya film laga/action dengan perbedaan CGI.
Oleh karena itu, paradigma, genre, dan sub-genre dalam film 'Marry Poppins' (1964) dan 'Annie' (2014) dimana keduanya merupakan film drama musikal yang diproduksi pada sebelum dan sesudah tahun 2000 memiliki perbedaan yang cukup signifikan mengingat perubahan zaman dari berbagai aspek kehidupan dan juga dalam kurun waktu 50 tahun.
Analisis Film 'Marry Poppins' (1964)
'Marry Poppins' merupakan film drama musikal yang populer pada masanya dan telah memiliki remake nya pada tahun 2021 dengan judul 'Marry Poppins Returns'. Film ini juga memiliki unsur fantasi di dalamnya yang pada tahun 1960an film tersebut sangat digemari oleh seluruh kalangan usia, terkhususnya anak-anak. Film tersebut merupakan salah satu dobrakan baru dalam dunia perfilman dan dimainkan oleh actor dan aktris ternama, yakni Julie Andrews dan Dick van Dyke.
Paradigma dalam film tersebut  merupakan paradigma fungsionalisme. Paradigma fungsionalisme sendiri memiliki arti berupa tradisi sosial yang telah berada di dalam sebuah kehidupan masyarakat sehari-hari (Astuti, 2022, h. 20). Dalam film tersebut, keluarga Banks memiliki kehidupan yang sangat mengikuti tradisi sosial di tahun 1960an, yakni istri dan anak-anak harus mengikuti kata-kata sang ayah.
Hal ini sangat tercermin dalam adegan Mr. Banks yang memikirkan apa saja yang harus dituliskan dalam koran untuk kriteria penjaga anak, dan kedua anaknya pun memberikan kertas yang sesuai dengan kriteria keinginan mereka agar mendapatkan penjaga anak yang baik dan menyenangkan. Tentu saja hal ini tidak disetujui oleh Mr. Banks, dan sang istri yang berada di sampingnya hanya bisa mengatakan bahwa mereka  hanyalah anak-anak dan tidak membantah.
Sementara itu, genre drama dalam film tersebut dapat dilihat dari penyajian emosi yang diberikan  oleh setiap karakter di dalamnya. Seluruh karakter di dalamnya menunjukkan perasaan sedih, senang, bahkan hingga jenaka secara eksplisit yang didukung dengan latar belakang musik yang ada serta dengan beragam lagu.