Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Rajani

2 Maret 2018   20:05 Diperbarui: 5 Maret 2018   17:49 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Samar-samar Rajani melihat gerakan bibir si laki-laki yang kini menatap mata Rajani, "Selamat tinggal, Ibu."

Perempuan berambut lurus yang tadi bercakap dengan Rajani kini berdiri sendiri. Menarik, baru sekarang saya melihat arwah di siang hari. Ayah rupanya keliru berkata arwah hanya dapat dilihat saat mentari telah terlelap, batinnya.

2 Maret 2018, Livia Halim

-

Fiksi-Fiksi lainnya:

Membuat Manusia

Bagaimana Mungkin Mengenali Luka di Hamparan Langit Biru?

Rasanya Seperti Berenang Dalam Botol Madu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun