“Angkasa masih tinggal di langit?” tanya saya sambil menengadah, mencoba mencari-cari keberadaannya.
Luana menutup mata, “masih.”
“Mana?”
Luana masih menutup matanya, ia tidak menjawab. Ia menyimpan langit dalam kepalanya, mencipta jalan pintas untuk melihat Angkasa dengan mata terpejam. Pipinya basah. Saya menyerahkan selembar sapu tangan padanya, namun Luana menghilang. Ia sudah kembali ke kamarnya.
-
Merangkak ke Saku Angkasa | Minum Dari Cangkir Angkasa | Angkasa Menghilang | Menginap di Dalam Kotak Pensil Warna Isi Sebelas | Mengunyah Angkasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H