Mohon tunggu...
Abd Hafid
Abd Hafid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Ibnu Sina Batam & STAI Ibnu Sina Batam

Doktor Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Mahasiswa Manajemen SDM S3-UNJ tahun 2015 dengan status candidat Doktor 2018. Dosen Tetap STAI Ibnu Sina Batam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini Melalui Guru Laki-laki

28 September 2019   14:14 Diperbarui: 28 September 2019   14:27 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuan pembentukan karakter adalah upaya memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah lulus sekolah, silabus.org mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah, dan membangun koreksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. Pembentukan karakter yang baik, pasti akan menghasilkan perilaku individu yang baik pula. Pribadi yang selaras dan seimbang, serta dapat mempertanggungjawabkan segala tindakan yang dilakukan. Kemudian, tindakan itu diharapkan mampu membawa individu ke arah yang lebih baik dan kemajuan dalam pembentukan karakter anak di masa kini.

C. Peran Guru Laki-Laki Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini

1. Pengertian Guru

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 1 tentang guru dan dosen dikatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Peranan guru sangat penting dalam dunia pendidikan karena selain berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik, guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya.[8]

Guru terdiri dari guru pegawai negeri sipil (PNS) dan guru bukan pegawai negeri sipil. Guru bukan PNS dapat melakukan penyetaraan angka kredit fungsional guru. Penetapan jabatan fungsional Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil dan angka kreditnya, bukan sebatas untuk memberikan tunjangan profesi bagi mereka, namun lebih jauh adalah untuk menetapkan kesetaraan jabatan, pangkat/golongan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku sekailgus demi tertib administrasi Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil.

Demikian juga, guru terdiri dari laki-laki dan perempuan. Perbedaan gender dalam aspek pendidikan hampir tidak ada lagi. Para peneliti mengemukakan tidak terlalu banyak perbedaan kemampuan kognitif laki-laki dengan kognitif perempuan. Lalu apa yang menjadi penyebab berbedanya laki-laki dan perempuan? Diene Helpern dalam Arends mengatakan bahwa perbedaan antara laki-laki perempuan memang ada, walaupun proporsinya hanya sedikit. Perempuan menunjukkan kinerja yang lebih baik di bidang seni bahasa, pemahaman bacaan dan komunikasi tertulis dan lisan, sementara anak laki-laki tampak sedikit lebih unggul di bidang matematika dan penalaran matematis. Perbedaan ini erat kaitannya dengan waktu dan tempat ( bersifat situasional ).

Namun Boys and Girls Learn Differently, Michael Gurian, mengatakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan disebabkan akibat perbedaan otak mereka.
Perbedaan antara bentuk-bentuk kepribadian dan fisik antara laki-laki dan perempuan lebih nyata dan lebih konsisten. Laki-laki lebih asertif dan memiliki self-seteem yang lebih tinggi dibanding perempuan. Seorang anak gadis remaja menjadi kurang percaya diri secara intelektual maupun sosial. Namun hal ini juga dipengaruhi oleh ras, budaya, kelas dan lingkungannya.

2. Membentuk Karakter Anak Usia Dini Melalui Guru Laki-Laki

Kemudian ditinjau dari aspek profesi, Guru adalah sebuah pekerjaan profesi. Profesi adalah sebuah pekerjaan yang dipilih karena minat, keahlian dan kebutuhan seseorang, yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi orang tersebut. Setiap orang dapat memilih profesinya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Namun jika kita berbicara tentang pekerjaan atau profesi, tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang profesi dihubungkan dengan gender. Menurut Kanter Sargeant, penyebaran lahan pekerjaan biasanya terdiri dari 85% laki-laki atau pun perempuan, kemudian Keisser, Leidner & McKenna (Sargeant, 2005) menyatakan bahwa pekerjaan dilabelkan dengan makna gender serta didefinisikan dengan istilah gender.[9]

Meni Tsigra, dalam penelitiannya tentang Male Teacher and Children Gender Construction in Preschool menemukan bahwa:[10]

a. Guru laki-laki berperan sebagai guru yang fleksibel dan tidak mengintervensi dalam memberikan kesempatan pada pengalaman anak dalam pembentukan gender.
Guru laki-laki tidak mengintervensi agar anak membentuk pelabelan atau steriotife terhadap gender anak. Guru laki-laki membiarkan anak mengeksplor kegiatan yang anak ingin lakukan atau mainkan didalam kelas walaupun anak memainkan permainan yang tidak sesuai dengan gender anak. Sebagai contoh, anak perempuan dapat memainkan permainan balok atau pertukangan dan begitu pula anak laki-laki dapat memainkan boneka di kelas walaupun permainan tersebut tidak sesuai dengan gender anak. Hal tersebut dapat meningkatkan kesempatan anak untuk melakukan banyak hal dan membangun gender nya tanpa adanya steriotife atau pelabelan. Hal tersebut dikuatkan oleh Sumsion (2005) bahwa guru laki-laki dapat menghentikan pelabelan atau steriotife terhadap gender anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun