Mohon tunggu...
Atika Juliana
Atika Juliana Mohon Tunggu... -

Sedang belajar dan mau belajar. Suka menulis dan membaca. Baca blog saya :: littlekhay.blogspot.com :: salam kenal semua :D

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kenangan atau Cinta Part 3 #Masa lalu ku

2 Maret 2012   05:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:38 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku mengambil piring satu lagi lalu menyendokkan nasi ke.. ke tamu di hadapanku. Lalu lauk-pauk serta sayuran yang terhidang di meja. Semua aku bikin kacau. Kak Ing juga membantuku menumpahkan air minum di meja sana. Semua sempurna berantakan. Aku tak bisa mereka tahan. Gerakanku terlalu gesit dan aku merasa aku bisa membalaskan rasa kesalku pada wanita itu.

Tetapi.. disana.. aku melihat Ibu tertunduk lemah tanpa bisa menjawab apa-apa saat wanita itu memaki-maki Ibu sekencang yang dia bisa. Ayah cuma diam. Aku merasa itu bukan Ayahku. Itu bukan Ayah. Ayah selalu melindungi Ibu. Ini siapa ???

Aku masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang terjadi saat itu. Bahkan saat itu aku belum sekolah. Yang aku mengerti Ibu sedih sekali. Ibu membawa kami pulang. Dan terus menangis di perjalan pulang. Tak lama setelah hari itu, kami pindah ke kota lain. Kota yang menurutku sangat jauh dari kota kami dulu. Tidak di desa. Karena kami tau pasti, Ayah bisa menemukan kami disana.

Ibu menemukan rumah sederhana di kota itu. Ibu bekerja dengan menjahit dan menjual kue-kue buatan tangannya. Aku mulai sekolah. 1 sekolah dengan Kak Ing. Semua sepertinya akan baik-baik saja sampai Edo teman sekelasku yang juga tetanggaku berkicau mengenai keluarga kami yang tak punya Ayah.

Saat itu, semua menjauhiku. Semua melirik aku seperti aku ini sampah yang terbuat dari apa ? Sungguh Ayah, aku tak apa-apa, disini ada Mia yang selalu membelaku. Gadis cantik yang rambutnya sering di kuncir kuda dan lincah ini selalu mau berteman denganku, anak Ayah dan Ibu yang sejak dulu berjanji akan menjaga Mia.

Aku sekelas dengan Mia dari kelas 1 SD sampai 6 SD. Lalu saat lulus SD, kamipun mengambil sekolah tujuan masing-masing. Saat itu, aku sengaja tak mengambil sekolah yang sama dengan Mia karena persoalan biaya. Yaa, karena untuk membantu Ibu saja aku pun harus merelakan kulitku terbakar matahari dengan berjualan koran di lampu merah sana.

Aku senang Ayah. Aku senang Ibu. Setidaknya dari sini aku masih melihat Mia di atas bis kota itu. Mungkin dia tak pernah menyadari mataku yang selalu menangkap sosok tubuhnya saat dia turun di lampu merah itu lalu menyebrang menuju toko buku di sebrang sana.

Tak apa, Kak ing, adikmu ini menikmati setiap tetesan keringatnya dengan cinta yang semakin memenuhi hati kecil ini. Dengan dia yang masih menguncir kuda rambutnya. Dengan dia yang tumbuh menjadi gadis tomboi dan dikelilingi laki-laki yang menjadi sahabatnya. Dengan dia yang selalu menenteng buku baru di tangannya saat keluar dari toko buku itu. Dengan dia yang oooh.. jika tersenyum menggelitik dan mencampur adukkan perasaan hati adikmu ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun