Laksa pak Inin ini banyak pengunjungnya, bahkan sampai antri orang yang membeli. Jangan sampai datang kesiangan kalau ga mau kecewa. Karena cepat habisnya. Laksa Pak Inin termasuk kuliner legendaris. Keberadaannya diakui sejak 1965. Harga seporsinya hanya Rp. 15.000,- . Setelah kenyang makan Laksa Pak Inin, perjalanan dilanjut ke Stasiun Batu Tulis.
Stasiun Batu Tulis
Ramai-ramai kami naik angkot ke Stasiun Batu Tulis. Cuma bayar Rp. 5.000,- . kenapa di sebut Stasiun Batu Tulis? Karena lokasinya ada di wilayah Batu Tulis dengan ketinggian +299M. Kereta Bumi Geulis melayani rute Bogor-Sukabumi pada tahun 2009. Namun pada tahun 2012 pelayanan dihentikan karena rangkaian kereta yang digunakan sudah tua. Setelah vakum beberapa bulan akhirnya KA Pangrango dijalankan.Â
Ketika kami datang, Stasiun Batu Tulis sedang ada relokasi karena lahan stasiunnya kecil dan tidak cukup untuk pembagunan double track. Stasiunnya mepet sekali dengan jalan raya. Tidak bisa dilakukan perluasan. Katanya sih akan dipindahkan ke lokasi baru. Tetapi ketika saya kesana stasiunnya sepi jadi kami berlima belas orang puas menikmati suasana stasiun. Ada Toilet, Mushola dan kantor KAI. Di dalam stasiun ada jadwal kereta dan peta rute atau jalur kereta yang dipampang agar terlihat jelas oleh orang umum.Â
Sambil berfoto-foto, saya menikmati coklat oleh-oleh dari Hungaria. Hemm...yummy! Coklatnya lumer dengan  campuran caramel putih. Udara panas membuat coklat cepat meleleh. Ada satu coklat lagi yang saya bawa untuk dimakan di rumah. Terima kasih Mba Indah atas pemberian coklatnya.Â
Setelah puas duduk santai di stasiun Batu Tulis, akhirnya perjalanan dilanjut dengan berjalan kaki.Â
Prasasti Batu Tulis
Kalau jalannya ramai-ramai, langkah kaki tidak terasa deh, apalagi kalau sambil ngobrol. Tiba-tiba sudah sampai aja ke Prasasti Batu Tulis. Lokasi Destinasi ini tidak terlalu besar dan luas. Prasasti Batu Tulis ini memiliki luas 17 x 15 Meter.Â
Batu prasasti ini peninggalan kerajaan Sunda. Pada batu tersebut terukir kalimat-kalimat dalam bahasa Sunda Kuno dengan aksara Kawi. Dalam prasasti ini ada angka tahun 1455 Saka (1533 Masehi). Konon katanya prasasti ini tempat dinobatkannya Prabu Siliwangi. Mau tahu isi dalam prasasti yang sudah di terjemahkan? Oke deh, berikut ini adalah isi prasastinya: