Mohon tunggu...
Lita Chan Lai
Lita Chan Lai Mohon Tunggu... Freelancer - Semangat Jiwa

---hanya perempuan biasa--- menyukai petualangan alam terbuka,traveling, aktif dikegiatan pecinta alam, senang bersosialisasi dan suka menyimpan buku dibawah bantal.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kompasianer Jelajah Batu Tulis

17 Juni 2023   19:40 Diperbarui: 17 Juni 2023   20:07 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senangnya bisa ikut acara Komunitas Kompasianer " Walking Tour Sejarah di Bogor Bareng Click dan KPK". Bagi yang belum kenal apa itu KPK dan Click sedikit saya infokan bahwa KPK adalah Kompasianer Penggila Kuliner dan Click adalah Commuter Line Community Kompasiana. Kenapa saya begitu senang bisa menjadi peserta terpilih yang mengikuti kegiatan ini? Ya, karena sudah lama sekali tidak ikut kegiatan seperti ini bersama para senior dan teman-teman kompasianer.

Pagi sekali saya berangkat menuju stasiun kereta Buaran, karena titik kumpulnya berada di stasiun Bogor. Sebagai anak kereta yang tergabung dalam komunitas Click sudah tentu bahagia ketika naik komuterline, karena ini satu-satunya tranportasi umum Jakarta yang mudah dan cepat untuk bisa pergi kemanapun.

Kegiatan di mulai pukul 09.00wib jadi perkiraan waktu yang saya siapkan dari rumah menuju stasiun Bogor adalah 2 jam. Dan saya berangkat dari rumah  sekitar jam 7 pagi. Alhamdulillah sesampainya di stasiun Buaran kereta datang, saya segera naik untuk menuju stasiun transit Manggarai. Sesampainya dimanggarai kereta Bogor sudah standby menunggu penumpang masuk otomatis tanpa menunggu lama saya pun naik kereta tersebut. Sesampainya di Stasiun Bogor tepat pukul 8.10 WIB. Sisa waktu yang saya punya masih banyak, saya pikir bisa santai-santai dulu nih buat cari sarapan dan ngopi. 

Saya tidak langsung menuju titik kumpul yang sudah diinformasikan oleh admin KPK dan Click, karena perut saya belum terisi dan butuh asupan agar badan kuat menjelajahi Batu Tulis Bogor. Sambil menunggu teman-teman yang lain datang aku membeli makanan dan minuman. Setelah perut terpuaskan oleh makanan dan minum, akhirnya aku, Mba Hida dan Linda yang masih dalam stasiun keluar dan menuju titik kumpul yang sudah ditentukan. 

Ternyata banyak yang sudah datang hanya sisa 4 orang lagi yang belum hadir. Sambil menunggu mereka datang admin Ciclk yaitu Mba Muthia menginformasikan bahwa ada yang berhalangan ikut kegiatan Jelajah ini jadi akan di ganti oleh yang lain. Admin KPK yaitu mas Rahab bilang penggantinya adalah mistery gues. Hemmm...siapa kira-kita nih? Clue yang disampaikan adalah orang tinggalnya paling jauh. Semua pada mencoba menebak, tetapi gada yang benar tebakannya. 

Tiba-tiba dari kejauhan ada seorang wanita yang sibuk foto-foto. Entah siapa dan apa yang dia foto dari kejauhan itu. Setelah mendekat ternyata mistery guesnya adalah mba Indah Noing, kompasianer senior yang tinggal di Hungaria. Senang sekali bisa bertemu dengan mba Indah Noing. Kebetulan dia sedang ada di Jakarta. Rasanya seperti kembali mengenang masalalu saat-saat kita sering kopdar dan berevent ria bersamanya.

Tidak lama kedatangan mistery gues peserta yang lain juga datang, Alhamdulillah 15 orang sudah siap berangkat menuju destinasi yang sudah ditentukan oleh admin komunitas KPK dan Click. Untuk pergi menuju lokasi awal perjalanan kami menggunakan taxi online dengan pembagian grup masing-masing 5 orang  dalam satu taxi. Berikut adalah tujuan wisata kami.

Dok. Tim KPK dan Click
Dok. Tim KPK dan Click

Laksa Pak Inin 

Sebenarnya untuk menuju warung laksa pak Inin yang berada di Cijeruk, Ciheurang ini bisa menggunakan angkot tetapi harus 1x ganti angkot untuk menyambung perjalanan. Kita sih maunya praktis aja dengan naik Taxi online dan langsung sampai ke tujuan. 

Laksa pak Inin ini banyak pengunjungnya, bahkan sampai antri orang yang membeli. Jangan sampai datang kesiangan kalau ga mau kecewa. Karena cepat habisnya. Laksa Pak Inin termasuk kuliner legendaris. Keberadaannya diakui sejak 1965. Harga seporsinya hanya Rp. 15.000,- . Setelah kenyang makan Laksa Pak Inin, perjalanan dilanjut ke Stasiun Batu Tulis.

Dok. Tim KPK dan CLICK
Dok. Tim KPK dan CLICK

Stasiun Batu Tulis

Ramai-ramai kami naik angkot ke Stasiun Batu Tulis. Cuma bayar Rp. 5.000,- . kenapa di sebut Stasiun Batu Tulis? Karena lokasinya ada di wilayah Batu Tulis dengan ketinggian +299M. Kereta Bumi Geulis melayani rute Bogor-Sukabumi pada tahun 2009. Namun pada tahun 2012 pelayanan dihentikan karena rangkaian kereta yang digunakan sudah tua. Setelah vakum beberapa bulan akhirnya KA Pangrango dijalankan. 

Ketika kami datang, Stasiun Batu Tulis sedang ada relokasi karena lahan stasiunnya kecil dan tidak cukup untuk pembagunan double track. Stasiunnya mepet sekali dengan jalan raya. Tidak bisa dilakukan perluasan. Katanya sih akan dipindahkan ke lokasi baru. Tetapi ketika saya kesana stasiunnya sepi jadi kami berlima belas orang puas menikmati suasana stasiun. Ada Toilet, Mushola dan kantor KAI. Di dalam stasiun ada jadwal kereta dan peta rute atau jalur kereta yang dipampang agar terlihat jelas oleh orang umum. 

Sambil berfoto-foto, saya menikmati coklat oleh-oleh dari Hungaria. Hemm...yummy! Coklatnya lumer dengan  campuran caramel putih. Udara panas membuat coklat cepat meleleh. Ada satu coklat lagi yang saya bawa untuk dimakan di rumah. Terima kasih Mba Indah atas pemberian coklatnya. 

Setelah puas duduk santai di stasiun Batu Tulis, akhirnya perjalanan dilanjut dengan berjalan kaki. 

Dok. Tim KPK dan Click
Dok. Tim KPK dan Click

Prasasti Batu Tulis

Kalau jalannya ramai-ramai, langkah kaki tidak terasa deh, apalagi kalau sambil ngobrol. Tiba-tiba sudah sampai aja ke Prasasti Batu Tulis. Lokasi Destinasi ini tidak terlalu besar dan luas. Prasasti Batu Tulis ini memiliki luas 17 x 15 Meter. 

Batu prasasti ini peninggalan kerajaan Sunda. Pada batu tersebut terukir kalimat-kalimat dalam bahasa Sunda Kuno dengan aksara Kawi. Dalam prasasti ini ada angka tahun 1455 Saka (1533 Masehi). Konon katanya prasasti ini tempat dinobatkannya Prabu Siliwangi. Mau tahu isi dalam prasasti yang sudah di terjemahkan? Oke deh, berikut ini adalah isi prasastinya:

  • Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu Almarhum

  • Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana

  • Dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata

  • Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan

  • Dia putra Rahiyan Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kencana yang dipusarakan ke Nusa Larang

  • Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan samida. Membuat Sahiyan Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (Tahun) Saka " Panca Pandawa Mengemban Bumi".

Dok. Tim KPK dan Click
Dok. Tim KPK dan Click

Prasasti ini dijaga oleh abdi kerajaan yang dipilih turun menurun. Bahkan bisa dibilang beliau adalah juru kuncen yang merupakan seorang perempuan.

Uniknya prasasti Batu Tulis ini adanya sebuah batu yang tercetak telapak kaki dan lutut sebuah batu sandaran tempat penobatan. Dan diluar juga banyak batu-batuan menhir. Lalu kamipun melanjutkan perjalanan berikutnya. 

Dok. Tim KPK dan Click
Dok. Tim KPK dan Click

Istana Batu Tulis

Tidak jauh dari lokasi Prasasti Batu Tulis, yaitu seberang jalan dapat kita temui Istana Batu Tulis. Istana ini adalah salah satu dari 6 Istana Kepresiden. Istana Batu Tulis ini berada dalam komplek bangunan bersejarah bernama Hing Puri Bima Sakti. 

Menurut Wikipedia, Istana Batu Tulis ini dibangun oleh ahli vulkanologi Belanda bernama Abraham Riebeeck pada masa pemerintahan colonial Hindia Belanda. Sayangnya kami tidak bisa masuk ke dalam Istana Batu Tulis ini, jadinya kami hanya bisa berfotoria bersama teman-teman kompasioner sebagai bukti lawatan kami ke Istana Batu Tulis ini. 

Selain itu, ada informasi dadakan disela-sela berkumpul depan Istana. Bahwa di belakang Istana terdapat pemandian para putri dan raja zaman kerajaan pajajaran. 

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Dok. Tim KPK dan Click
Dok. Tim KPK dan Click

Pemandian Keramat Cipulus

Kembali berjalan kaki menyusuri pinggir jalan raya kami melanjutkan perjalanan menuju Pemandian Keramat Cipulus. Sedikit melewati semak belukar yang hampir seperti hutan kecil, menurun tangga lalu memyusuri rel kereta api sampailah kami di Pemandian Cipulus. 

Konon airnya memiliki karomah bagi siapa saja yang memiliki hajat. Banyak orang dari berbagai wilayah sengaja datangi pemandian Cipulus ini. Nama Cipulus ini diambil karena dulunya banyak pohon pulus yang sangat gatal sehingga dimusnahkan dan tinggal namanya saja yang diambil.

Yang menjadikan pemandian Cipulus ini karena air pancurannya berasal dari 3 sumber air yaitu ; yang pertama adalah sumber air Sumur 7, yang konon katanya mata air tempat mandinya para putri dan raja zaman kerajaan pajajaran.   Yang kedua adalah sumber air dari Prasasti Batu Tulis dan yang ketiga adalah sumber air istana tempat pemandian Bung Karno dulu. Ketiga sumber air ini dimanakan Tri Murni.

Wah, pantas saja orang percaya dengan karomah yang akan dia dapatkan jika mandi atau menggunakan air pancuran tersebut. Tempat pemandiannya tidak besar, bahkan seperti toilet umum lainnya. Ekspetasi saya ketika menyusurinya pemandian Cipulus adalah sebuah pemandian dengan bak-bak ala kerajaan tempo dulu. Ternyata yang diandalkan oleh Pemandian Cipulus ini adalah air pancuran yang berasal dari 3 sumber mata air tersebut. 

Dok. Tim KPK dan Click
Dok. Tim KPK dan Click

Setelah puas menikmati cuci muka air Cipulus ini, akhirnya kami semua ke stasiun Bogor dengan menggunakan angkot 01. Rasanya perjalanan kali ini sangat membahagiakan. Walaupun banyak berjalan kaki, ada senior kompasianer yang sepuh dapat melewatinya dengan penuh semangat. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kekuatan yang power full agar next dapat melakukan perjalanan seperti ini lagi. Terima kasih buat 15 teman-teman kompasioner yang telah membuat kenangan indah bersama.

See u...  

Sumber ulasan : Wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun