Saya sendiri yakin tidak ada niatan untuk menghancurkan masa depan bangsa Indonesia dengan membuat anak-anak (konsumen) berada dalam kondisi tidak aman. Produk dibuat sedemikian rupa hanya untuk menjadi terlihat unik, lucu dan berbeda sehingga mendapatkan perhatian di benak konsumen.
Produk ini bermula dari tugas kuliah dan Tiwi beserta teman-temannya ingin membuat terobosan baru. Tiwi menjamin kalau Bikini berasal dari bahan-bahan yang dijamin kesehatan dan kehalalannya. Hanya saja produknya memang belum didaftarkan ke MUI dan BPOM.
Positifnya, produk jajanan ringan Bikini memang mendapatkan perhatian dan menjadi terkenal dengan konsep unik ini. Namun perlu diperhatikan bahwa ketenarannya diperoleh melalui hal negatif akibat dari kreativitas yang kebablasan. Tentu efek negatifnya akan lebih besar.
Dampak negatifnya bisnis yang menjanjikan ini terancam gulung tikar karena peralatan produksi dan ratusan ‘Bikini’ sudah disita. Petugas mengamankan peralatan produksi seperti wajan, kompor dan alat perekat kemasan. Selain itu turut disita 144 bungkus Bikini, 3.900 kemasan, 15 bungkus bumbu dan 40 bungkus bahan baku bihun. Sementara ini Tiwi masih berada di kediamannya.
Mudah mudahan pihak berwajib membuat kebijakan agar Tiwi diberi kesempatan untuk melanjutkan bisnisnya, tentu saja dengan memperbaiki kesalahannya. Konsep produknya harus dibenahi kembali, bisa dengan ganti merek (rebranding), mengurus perizinan dan mengganti desain kemasan.
*Referensi: islampos.com, tribunnews.com, pojoksatu.id, tempo.co
Artikel ini pernah dimuat di BISNIS MUSLIMÂ www.lisubisnis.com (silahkan berkunjung untuk melihat artikel menarik lainnya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H