Ji-young menjadi sedih dan penyakitnya kambuh, kali ini dia seperti dirasuki oleh teman karibnya yang telah lama meninggal. Dae-hyun segera membawa istrinya untuk istirahat.
Saat Ji-Young bertemu kembali dengan rekan kerjanya dia mengatakan bahwa dirinya tidak berkeinginan untuk mengambil pekerjaan tersebut dengan alasan lebih memprioritaskan anak dan keluarga.Â
Ji-Young tidak menceritakan terkait penolakan Dae-hyun guna menjaga kehormatan suaminya di depan orang lain.Â
Di sisi lain, mantan rekan kerja Ji-Young menceritakan terkait kejadian pelecehan yang dialaminya dan rekan kerja yang lain saat bekerja di kantor dimana toilet wanita di pasang sisi tv sehingga bagian tubuh sensitif para karyawan wanita menjadi konsumsi publik.Â
Para wanita di kantor tersebut merasa terintimidasi dengan kejadian itu.Â
Ji-Young teringat kembali pada masa lalunya ketika dirinya menjadi siswi SMA dimana dalam perjalanan pulang menggunakan bus umum terdapat seorang anak laki-laki sedang menyentuh bagian tubuhnya dan Ji-Young tidak mampu untuk berteriak maupun berkata-kata. Beruntungnya terdapat seorang bibi yang tanggap dan langsung mengajaknya bicara.
 Ketika bus berhenti dan Ji-Young turun untuk kembali menunggu jemputan dari ayahnya, anak laki-laki tersebut mengikuti Ji-Young turun.Â
Ayah Ji-Young belum datang menjemput, karena ketakutan Ji-Young menangis.Â
Ketika anak laki-laki ingin mendekati Ji-Young, secara tiba-tiba bibi turun dari bus dan mengusir anak laki-laki tersebut. Ji-Young menangis sejadi-jadinya dan ketika ayahnya tiba, ayahnya tetap menyalahkan Ji-Young karena menyayangkan keputusan putrinya melakukan kursus di tempat yang jauh.Â
Selain itu, ayahnya juga menyalahkan seragam Ji-Young yang dianggap terlalu pendek sehingga menarik perhatian lelaki.Â
Setelah bereuni dengan teman karib kantornya Ji-Yooung pulang kerumah dan sesampainya di rumah Dae-hyun yang berfikir kembali terkait dengan kesehatan Ji-Young mengambil keputusan dengan berat hati mengizinkannya kembali bekerja.Â