Mohon tunggu...
Feni Sulistyawati
Feni Sulistyawati Mohon Tunggu... Lainnya - Pecinta dunia pendidikan dan kesehatan

Content creator and content writer

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sinopsis Film Kim Ji-Young, Born 1982: Rekomendasi Film Tentang Kesehatan Gender

20 September 2021   07:10 Diperbarui: 20 September 2021   07:15 3260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film Kim Ji-Young, Born 1982 merupakan salah satu film yang mengangkat isu terkait dengan gender dan kesehatan. Film ini merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya dari Cho Nam-Ju. 

Diperankan oleh aktor dan aktris kenamaan Korea Selatan yakni Jung Yu Mi sebagai Kim Ji-Young dan Gong Yoo sebagai Jung Dae-hyun serta pemain film papan atas lainnya.

Film ini merupakan kisah pasangan suami istri dimana Ji-Young sebagai seorang istri rela untuk meninggalkan pekerjaannya demi keluarga sedangkan Dae-hyun adalah seorang suami yang sangat menyayangi dan pengertian kepada istrinya. Berikut sinopsis film yang diangkat dari kisah nyata sebuah realita sebagai seorang wanita di Korea Selatan.

cultura.id
cultura.id

Adegan diawali dengan Dae-hyun yang sedang bertemu dengan seorang psikiater untuk menanyakan perihal kesehatan istrinya. Di sisi lain, Ji-Young terlihat layaknya seperti ibu rumah tangga pada umumnya dengan berbagai kesibukan yakni mengurus rumah, memasak, merawat anak dan menanti kepulangan suami dari tempat kerja.

Permasalahan mulai terjadi ketika Ji-Young berkunjung ke rumah mertua bersama dengan suami dan anaknya untuk menghadiri sebuah perayaan. Dengan keadaan yang lelah Ji-Young tetap berusaha untuk menjadi menantu yang baik mulai dari ikut memasak bersama mertuanya mulai dari tiba hingga tengah malam dan tebangun kembali ketika pagi buta dengan waktu istirahat yang sebentar. 

Ketika Dae-hyun mencoba membantu dan memberikan saran kepada ibunya untuk membeli makanan dengan tujuan agar istrinya bisa istirahat, namun ibunya menolak dan mengatakan bahwa menyediakan makanan adalah tugas seorang perempuan. 

Setelah perayaan selesai semua istirahat kecuali Ji-Young dan ketika hendak pulang ke rumah untuk istrirahat, kakak Dae-hyun datang sehingga Ji-Young dan suami tertahan dan harus kembali untuk menyediakan makanan untuk menyambut kakak Dae-hyun. 

Saat mertua dan iparnya sedang bersantai secara tiba-tiba  Ji-Young berbicara seolah-olah dirinya dirasuki oleh leluhurnya. Dae-hyun dengan sigap membawa istrinya untuk pulang ke rumah orang tuanya agar bisa segera tenang.

Setiba di rumah orang tuanya, Ji-Young istirahat. 

Suasana kamar mengingatkan dirinya akan masa lalu dimana saat dia dan kakak perempuannya masih kecil seringkali di minta membantu ibu dan tantenya untuk menyediakan makanan, menata ruang makan, merapikan peralatan dll. Selain itu, ketika dirinya dan kakak perempuannya sedang bercanda dan tertawa akan segera diingatkan oleh tantenya dan mengatakan jika perempuan harus sopan dan lembut.

 Ji Young juga teringat dimana mertua ibu Ji Young selalu menekankan bahwa harus memiliki anak laki-laki untuk penerus keluarga dan mengatakan bahwa anak perempuan jika sudah menikah sepenuhnya menjadi hak milik suami dengan begitu secara perlahan akan melupakan orang tuanya sehingga memprioritaskan harus ada anak laki-laki dalam sebuah keluarga. 

Beranjak dari tempat tidur, Ji-Young melihat pena yang mengingatkan kembali kenangan dimana dia bercita-cita menjadi seorang penulis dan amat menginginkan ayahnya membelikan pena tersebut akan tetapi ayahnya hanya membelikan untuk adik laki-lakinya.

Adegan berpindah ketika Ji-Young dan suaminya sedang berada di rumah. Sebelum berangkat kerja Dae-hyun meminta istrinya untuk segera mengunjungi psikiater demi kesehatannya. 

Dae-hyun khawatir istrinya sedang mengalami depresi postpartum. Ji-Young mengiyakan dan segera melakukan rutinitas harian sebelum berangkat mengunjungi psikiater.

Diperjalanan menuju tempat penitipan anak, Ji-Young melihat seorang gadis muda yang sedang berangkat kerja dan mengingatkan dirinya dimasa lalu yakni sebagai seorang pekerja kantoran tepatnya bagian pemasaran. Prioritas utama pada tempat kerja Ji-Young dahulu adalah pria. 

Sepandai apapun wanita di kantor tersebut, pada akhirnya tetap para pria yang akan menerima prioritas kenaikan jabatan. Para petinggi kantor beranggapan bahwa wanita tidak selayaknya untuk ambisius terkait dengan pekerjaan karena masih memiliki tanggungjawab mengurus keluarga dan utamanya merawat anak. 

Mereka mengatakan bahwa ketika anak tidak langsung dirawat oleh ibunya akan menyebabkan anak tersebut kurang dalam hal apapun terkait dengan kecerdasan, sopan santun dll. 

Tersadar, Ji-Young segera melanjutkan perjalanan untuk menuju ke tempat psikiater, akan tetapi karena merasa sehat dan pemeriksaan yang dianggap terlalu mahal akhirnya dia memutuskan untuk tidak melakukannya.

Keesokan harinya, Ji-Young bertemu dengan mantan rekan kerjanya yang mengatakan bahwa terdapat kesempatan kerja kembali jika dirinya ingin bekerja. Ji-Young merasa senang dan mencoba untuk meminta izin suaminya. 

Di luar dugaan, suaminya tidak mengizinkan Ji-Young dengan alasan kesehatan dan takut jika istrinya kelelahan karena harus melakukan double job yakni mengurus anak dan bekerja. 

Ji-young menjadi sedih dan penyakitnya kambuh, kali ini dia seperti dirasuki oleh teman karibnya yang telah lama meninggal. Dae-hyun segera membawa istrinya untuk istirahat.

Saat Ji-Young bertemu kembali dengan rekan kerjanya dia mengatakan bahwa dirinya tidak berkeinginan untuk mengambil pekerjaan tersebut dengan alasan lebih memprioritaskan anak dan keluarga. 

Ji-Young tidak menceritakan terkait penolakan Dae-hyun guna menjaga kehormatan suaminya di depan orang lain. 

Di sisi lain, mantan rekan kerja Ji-Young menceritakan terkait kejadian pelecehan yang dialaminya dan rekan kerja yang lain saat bekerja di kantor dimana toilet wanita di pasang sisi tv sehingga bagian tubuh sensitif para karyawan wanita menjadi konsumsi publik. 

Para wanita di kantor tersebut merasa terintimidasi dengan kejadian itu. 

Ji-Young teringat kembali pada masa lalunya ketika dirinya menjadi siswi SMA dimana dalam perjalanan pulang menggunakan bus umum terdapat seorang anak laki-laki sedang menyentuh bagian tubuhnya dan Ji-Young tidak mampu untuk berteriak maupun berkata-kata. Beruntungnya terdapat seorang bibi yang tanggap dan langsung mengajaknya bicara.

 Ketika bus berhenti dan Ji-Young turun untuk kembali menunggu jemputan dari ayahnya, anak laki-laki tersebut mengikuti Ji-Young turun. 

Ayah Ji-Young belum datang menjemput, karena ketakutan Ji-Young menangis. 

Ketika anak laki-laki ingin mendekati Ji-Young, secara tiba-tiba bibi turun dari bus dan mengusir anak laki-laki tersebut. Ji-Young menangis sejadi-jadinya dan ketika ayahnya tiba, ayahnya tetap menyalahkan Ji-Young karena menyayangkan keputusan putrinya melakukan kursus di tempat yang jauh. 

Selain itu, ayahnya juga menyalahkan seragam Ji-Young yang dianggap terlalu pendek sehingga menarik perhatian lelaki. 

Setelah bereuni dengan teman karib kantornya Ji-Yooung pulang kerumah dan sesampainya di rumah Dae-hyun yang berfikir kembali terkait dengan kesehatan Ji-Young mengambil keputusan dengan berat hati mengizinkannya kembali bekerja. 

Ji-Young amat senang mendengar keputusan suaminya untuk mengizinkannya bekerja kembali.

Suatu ketika Dae-hyun ada pekerjaan yang mengharuskan dirinya ke luar kota sehingga Ji-Young terpaksa harus tinggal di rumah orang tuanya. Ji-Young merasa senang dapat beristirahat sejenak dengan mengingat kenangan bersama dengan kakak dan adiknya. 

Saat perjalanan mengantar Ji-Young kembali ke rumah, kakak perempuannya bercerita tentang keberaniannya mengungkap pelecehan yang dialami oleh temannya semasa SMA ke publik. 

Bukanlah pujian yang dia dapat akan keberaniannya akan tetapi dia mendapatkan tanggapan negatif dari para guru karena menganggapkan kejadian tersebut. Guru mengatakan bahwa perempuan seharusnya memiliki rasa malu untuk membahas terkait dengan seksual meskipun merugikan bagi dirnya (pelecehan). 

Saat asik berbincang, telpon Ji-Young berdering dimana dia mendapatkan pesan singkat bahwa dia mendapat tawaran pekerjaan dari mantan menegernya dahulu. Ji Young mengiyakan tawarannya dan sesampainya di rumah dia membuat pesta sederhana untuk merayakan pekerjaannya bersama dengan Dae-hyun. 

Berbeda dengan Ji-Young, Dae-hyun tidak bersemangat dan melakukannya dengan setengah hati karena menyesal dengan keputusan yang dia buat. 

Dae-hyun teringat ketika mereka baru menikah dimana keluarga Dae-hyun yang menekankan kepada mereka agar segera mendapatkan momongan meskipun Ji-Young belum siap.

idtheasianparent.com
idtheasianparent.com

Adegan berganti saat Daehyun bekerja, rekan kerja wanita membawa anaknya ke kantor dikarenakan sakit dan tidak tega untuk meninggalkannya di rumah. Hal tersebut menjadi pusat perhatian bagi pimpinan perusahaan dae-hyun. 

Disisi lain, Ji-Young dengan semangat berusaha mencari pengasuh anak untuk menggantikan dirinya saat bekerja. 

Dae-hyun mengusulkan bahwa dirinya siap cuti bekerja untuk Ji-Young. Saat Ji-Young mulai mempersiapkan pekerjaannya telpon berdering dimana merupakan panggilan telpon dari ibu mertua, Ji-Young dengan antusias menginformasikan bahwa dirinya akan bekerja kembali di sebuah perusahaan dan Dae-hyun akan bergantian untuk mengambil cuti mengurus anak. 

Seketika mertuanya menyalahkan dirinya jika karir anaknya hancur gara-gara keegoisan istrinya. Ji-Young kembali sedih dan menangis. 

Saat itu juga mertuanya menelpon ibu Ji-young dan menceritakan keegoisan dan ketidaknormalan putrinya. Ibu Ji-Young merasa terpukul dengan kabar tersbut dan segera menemui putrinya untuk mengetahui keadaannya. Setibanya di sana penyakit putrinya kambuh dimana dia seperti dirasuki oleh neneknya. 

Ibu Ji-Young sangat sedih dengan apa yang dialami oleh putrinya. Ketika ibunya kembali ke rumah. Ibu Ji-Young menyayangkan sikap suaminya yang selama ini hanya memperdulikan kesehatan putra semata wayangnya daripada kedua putrinya. Akhirnya ayah Ji-Young tersadar akan kata kata istrinya dan mulai memperhatikan kesehatan kedua putrinya.

Keesokan harinya, Ji-Young dan Dae-hyun berdiskusi kembali terkait dengan pekerjaan. 

Ji-Young memutuskan untuk tidak bekerja karena tekanan dari mertua dan suaminya sendiri. Saat itu, Dae-hyun memberanikan diri untuk mengatakan kepada Ji-Young tenatng penyakit yang dia alami dan menunjukan bukti sebuah video dimana dia tiba-tiba menjadi orang lain pada saat tertentu. 

Ji-Young menangis dan akhirnya bersedia untuk berobat ke psikiater. Psikiater memberikan saran kepada Ji-Young untuk tidak memendam perasaan dan emosi serta lebih bebas untuk melakukan apa yang dia inginkan.

 Ji-Young bersedia menerima dan mematuhi dan mempraktikkan semua saran dan masukan dari psikiater. 

Hal tersebut dibuktikan Ji-Young dimana saat dia sedang mengantri untuk sebuah kopi di sebuah kedai, ranaknya merengek dengan menarik bajunya dan secara tidak sengaja menjatuhkan kopi yang dia pegang. Seketika membuat dirinya menjadi pusat perhatian umum. 

Awalnya dia tidak mengihiraukan berbagai cibiran dari orang sekitar yang mengeluh karena membuat antrian menjadi lama, akan tetapi dia tidak tahan lagi ketika ada seorang pria yang mengatakan bahwa dirinya lelet seperti cacing dalam membersihkan tumpahan kopi tersebut. 

Seketika Ji-Young langsung menghampiri dan membungkam mulut pria tersebut dengan mengatakan bahwa dirinya tidak berhak menghakimi orang yang tidak dia kenal. Pria dan kedua temannya langsung pergi dengan berganti menjadi pusat perhatian semua orang.

Adegan ditutup dengan kesembuhan Ji-Young secara perlahan, dimana dia mengejar impiannya menjadi seorang penulis tanpa meninggalkan kewajibannya mengurus anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun