Mohon tunggu...
Listiyani
Listiyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

mahasiswa jurusan pendidikan guru sekolah dasar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Prinsip Etika Profesi Guru di SDN Panancangan 1

3 Desember 2024   19:33 Diperbarui: 3 Desember 2024   19:35 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, guru di SDN Panancangan 1 menunjukkan pemahaman bahwa etika profesi melibatkan tanggung jawab moral dalam memberikan teladan. Misalnya, mereka memprioritaskan kesetaraan dalam perlakuan terhadap siswa tanpa membedakan latar belakang, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang adil (Siswantara, Widana, & Zaenab, 2024). Prinsip ini juga terlihat dari upaya guru untuk menjaga profesionalisme melalui keterlibatan aktif dalam kegiatan sekolah dan komunitas. 

Namun, implementasi etika profesi tidak lepas dari tantangan. Guru sering menghadapi dilema antara peran sebagai pendidik dan kebutuhan untuk memenuhi beban administratif yang semakin kompleks. Beban ini terkadang mengganggu fokus guru dalam mengoptimalkan interaksi dengan siswa. Selain itu, tantangan lain datang dari kurangnya dukungan dari orang tua dalam memperkuat nilai-nilai moral yang diajarkan di sekolah. Dukungan orang tua memiliki peran penting untuk melanjutkan pembentukan karakter siswa di rumah (Saleh, 2019). 

Meski demikian, guru di SDN Panancangan 1 tetap berupaya menjaga prinsip etika profesi dengan berbagai cara. Mereka mengedepankan pendekatan komunikatif dalam berinteraksi dengan siswa dan orang tua, yang bertujuan untuk membangun hubungan yang saling mendukung. Misalnya, dalam menghadapi siswa yang memiliki kesulitan dalam disiplin, guru berusaha memberikan bimbingan tanpa menunjukkan sikap diskriminatif (Nasruddin dkk., 2024). Pendekatan ini mencerminkan upaya guru untuk menjalankan tugas tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing moral. 

Penerapan prinsip etika profesi juga terlihat dari peran aktif guru dalam mengembangkan kompetensi melalui pelatihan dan platform pembelajaran seperti Platform Merdeka Mengajar (PMM). Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa seorang guru yang profesional harus terus meningkatkan kualitas diri untuk memberikan pendidikan terbaik (Siswantara, Widana, & Zaenab, 2024). Dengan demikian, etika profesi tidak hanya berfungsi sebagai pedoman moral, tetapi juga sebagai motivasi untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan. 

Secara keseluruhan, implementasi prinsip etika profesi di SDN Panancangan 1 menunjukkan bahwa meskipun terdapat berbagai tantangan, guru tetap berkomitmen untuk menjalankan tugas mereka dengan integritas dan profesionalisme. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan membentuk generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga bermoral tinggi.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Etika Profesi Guru

Penerapan etika profesi guru di sekolah sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang mendukung maupun yang menghambat. Faktor pendukung utama berasal dari komitmen personal guru untuk menjaga integritas dan profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. Guru yang memiliki kesadaran tinggi akan tanggung jawab moralnya cenderung lebih konsisten dalam menerapkan prinsip-prinsip etika. Hal ini sejalan dengan pendapat Fahira (2022), yang menyatakan bahwa etika profesi menjadi panduan penting bagi guru dalam menjalin hubungan dengan siswa, rekan sejawat, dan masyarakat. 

Lingkungan kerja yang kondusif juga menjadi faktor pendukung signifikan. Di SDN Panancangan 1 dukungan dari kepala sekolah dan sesama guru menciptakan budaya profesional yang mendorong implementasi etika. Dukungan ini mencakup pengawasan, pemberian contoh, serta pelaksanaan pelatihan etika dan profesionalisme. Saleh (2019) menambahkan bahwa kerja sama yang baik antara guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa mampu meningkatkan kualitas etika profesi dalam lingkungan sekolah. 

Namun, terdapat beberapa faktor yang menghambat penerapan etika profesi guru. Salah satunya adalah beban kerja administratif yang tinggi. Guru sering kali harus membagi perhatian antara tugas mengajar dan penyelesaian dokumen administratif, yang dapat mengurangi fokus mereka pada penerapan etika secara maksimal (Siswantara, Widana, & Zaenab, 2024). Situasi ini diperparah dengan kurangnya sumber daya yang mendukung tugas mereka, seperti fasilitas pembelajaran yang memadai. 

Faktor eksternal seperti minimnya dukungan orang tua juga menjadi hambatan. Banyak orang tua yang kurang memahami pentingnya melanjutkan nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan di sekolah di lingkungan rumah. Hal ini dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam pendidikan karakter siswa, seperti yang dijelaskan oleh Nasruddin dkk. (2024), bahwa peran orang tua sangat penting dalam memperkuat pembelajaran karakter yang dimulai di sekolah. 

Selain itu, keberagaman latar belakang sosial dan ekonomi siswa juga dapat menjadi tantangan. Guru harus menghadapi perbedaan nilai dan norma yang dipegang oleh siswa dan keluarganya, yang terkadang tidak sejalan dengan prinsip etika yang ingin diterapkan di sekolah (Saleh, 2019). Dalam kondisi seperti ini, guru dituntut untuk lebih fleksibel namun tetap menjaga prinsip etika dalam setiap interaksi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun