Tidak ada yang ingin, tapi kalau itu harus terjadi kepadamu, bagaimana?
Istilah "Life After Breakup" atau dalam bahasa Indonesia diartikan kehidupan setelah putus cinta menjadi salah satu yang menjadi bahan konten di media sosial terutama TikTok.
Akhir-akhir ini, entah berapa konten silih berganti singgah di akun saya, apakah akunmu juga? Kalau tidak, ya mungkin karena saya yang sedang menye-menye (manja berlebihan).
Lewat atau tidak pada akunmu, pembahasan "life after breakup" menjadi bahasan menarik bagi saya. Apalagi setelah terpapar beberapa konten yang kemudian ingin saya angkat saja sekalian menjadi tulisan, yang barangkali bisa juga jadi aba-aba jikalau nanti menjadi bagiannya. Meski saya doakan tidak pernah terjadi, mudah-mudahan.
Siapa Mau Putus Cinta?
Sebelum lebih mendalam (dan sedih ehem), tulisan ini sekali lagi bukan untuk mendoakanmu. Karena siapa sih yang mau putus cinta kecuali jika putus baik-baik. Alah, emang ada putus baik-baik? Alesan aja, Lu! #eh
Sebagian besar pasti tidak mau namanya putus cinta karena dengan siapapun pasanganmu, seberapa lama bersamanya, rasanya tetap saja ada sakit. Namanya juga putus. Adakah yang sudah benar resistensi karena sudah berkali-kali mengalami? Rasanya tidak, kecuali jika diawalnya memang tidak ada cintanya.
Sudah Siapkah Jika Terjadi Padamu?
Sudahkah kamu sampai pada titik di mana ketika melihat seseorang yang ingin mengajakmu menjadi pasangannya, tetapi kamu justru bertanya "alasan apa yang akan dia buat saat memutuskanku nanti?"
Selalu memikirkan risiko terburuk memang tidaklah salah, namun terlalu jauh berpikir juga khawatir membuatmu takut berlebihan. Tidak ada yang tahu bagaimana masa depan, baik menurutmu juga belum tentu baik untuk kehidupanmu.
Mungkin tidak ada yang sepenuhnya siap menemui akhir cerita cinta seperti putus cinta. Akan tetapi jika "pil pahit" itu yang harus kamu konsumsi untuk menjadi "lebih sehat" siapa tahu? Siap tidak siap, harus siap.
Menghadapi "Life After Breakup" dengan Berani
Karena menghadapinya butuh keberanian.
Banyak sumber yang mengatakan bahwa putus cinta tidak sekadar mengakhiri lalu lupa. Inginnya sesederhana itu, tapi ada tahapan yang harus dilalui.
Dari tahapan menyangkal bahwa ini tidak terjadi (denial), marah pada diri sendiri padahal bukan salahmu sepenuhnya (anger), ingin kembali ke masa-masa itu (bargaining), sedih sampai merasa hampa (depression), yang kemudian berakhir pada penerimaan bahwa putus cinta itu memang terjadi padamu dan satu-satunya cara menghadapi adalah dengan menerima fakta itu (acceptance)
Lalu bagaimana agar berani menghadapi "life after breakup"?
1/Habiskan rasa sedihmu, lalu lanjutkan hidup!
Sedih adalah cara perasaanmu menghargai cinta yang pernah tumbuh.
Kalau ingin menangis, menangis saja. Menangis bukan berarti lemah, justru itu emosi yang harus dikeluarkan sehabis-habisnya sampai tidak lagi ada air mata tersisa, sampai kamu bertanya pada diri sendiri, "kenapa aku sudah tidak menangis lagi?"
Setelah itu lanjutkan hidup, percayalah seperti kata lagu "ternyata tanpamu langit masih biru, ternyata tanpamu, bunga pun tak layu." Ya, dunia masih berputar dan kamu bukan pusat tata surya.
2/ Menerima perubahan bahwa setelah ini tidak sama
Panggilan video tiap malam, laporan dengan PAP tiap kegiatannya, notifikasi pembuka dan penutup hari yang tidak ada lagi.
Ternyata yang susah diterima adalah menerima kebiasaan yang kemudian berubah. Rutinitas yang biasanya mengisi hari-harimu dari membuka sampai menutup dan membuka mata lagi tidak ada lagi. Bagian ini memang butuh proses, bukan tidak bisa.
Ingat saja bahwa sebelum dia datang, kamu juga bisa menjalani, bukan?
3/Jangan sendirian, sibuklah dengan kegiatan positif!
Apalagi jika kamu tahu bahwa pemicu rasa sedih yang datang adalah ketika kamu sendirian.
Kegiatan positif bisa berupa hobi atau melakukan kegiatan baru yang belum pernah dilakukan. Entah itu hobi menulis, membaca, menyanyi, atau belajar skill baru. Atau berolahraga saja?
Karena ada juga yang menyinggung bahwa ketika seorang tiba-tiba menjadi atlet seperti suka lari, patah hatinya nggak main-main. #eh
Kalau tiba saatnya, mudah-mudahan kamu selalu siap. Tenang, bukan kamu saja yang merasakan. Ada makhluk bumi lain yang juga sama, tapi bedanya dia tidak berisik atau memilih menikmati karena toh hidup masih berlanjut!
Salam,
Listhia H. Rahman
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI